commit to user 20
20 menggunakan bahasa gaul, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota
kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
3. Gaya Bahasa
a. Hakikat Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk
menulis pada lempengan lilin Keraf, 2007: 112. Ada dua aliran yang terkenal, yaitu: 1 Aliran Platonik yang menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan
dan 2 Aliran Aristoteles yang menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren, yang ada dalam tiap ungkapan.
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang yang mempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran
yang terpendam di dalam jiwanya Rustamaji, 2003: 83. Kata gaya secara umum dapat dikatakan sebagai cara mengungkapkan diri sendiri, baik melalui bahasa,
tingkah laku, maupun cara berpakaian. Semakin baik gaya bahasa seseorang, semakin baik pula penilaian orang lain terhadap orang tersebut; sebaliknya
semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan pada orang tersebut. Dari beberapa pendapat dia atas dapat penulis simpulkan
bahwa style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian seseorang
pemakai bahasa.
b. Macam-macam Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang. Pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat tentang gaya bahasa
sejauh ini sekurang-kurangnya dapat dibedakan, pertama, dilihat dari segi nonbahasa, dan kedua dilihat dari segi bahasanya sendiri Keraf, 2007: 115. Pada
dasarnya majas atau gaya bahasa dapat dibagi menjadi empat, yang meliputi: 1 majas perbandingan; 2 majas sindiran; 3 majas penegasan; dan 4 majas
pertentangan.
commit to user 21
21
1 Majas perbandingan
Majas perbandingan adalah majas yang berupa kata-kata kias untuk menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya
terhadap pendengar atau pembaca. Majas perbandingan dibagi menjadi lima belas, di antaranya: 1 gaya bahasa personifikasi; 2 gaya bahasa
metafora; 3 gaya bahasa eufemisme; 4 gaya bahasa sinekdokhe; 5 gaya bahasa alegori; 6 gaya bahasa hiperbola; 7 gaya bahasa
simbolik; 8 gaya bahasa litotes; 9 gaya bahasa alusio; 10 gaya bahasa asosiasi; 11 gaya bahasa perifrasis; 12 gaya bahasa metonimia;
13 gaya bahasa antonomasia; 14 gaya bahasa tropen; dan 15 gaya bahasa parabel.
Majas personifikasi adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati,
sedangkan majas metafora adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan perbandingan langsung dengan benda lain atas dasar sifat yang
sama atau hampir sama Rustamaji, 2003: 83. Contoh dari masing-masing gaya bahasa di atas, misalnya Baru 3 km berjalan mobilnya sudah batuk-
batuk personifikasi dan Raja siang matahari telah pergi ke peraduannya metafora. Sementara itu, majas eufemisme adalah majas
yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut dan sopan untuk menggantikan kata-kata lain, misal Para tunakarya perlu
perhatian yang serius dari pemerintah. Keraf 2007: 142 menyatakan bahwa majas sinekdokhe adalah
suatu istilah yang diturunkan dari kata Yunani synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama. Majas ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
sinekdokhe pars pro toto dan sinekdokhe totem pro parte. Rustamaji 2003: 83 mengatakan sinekdokhe pars pro toto adalah majas yang
menuliskan sebagian tetapi yang dimaksud adalah seluruhnya, sebaliknya totem pro parte adalah majas yang melukiskan keseluruhan tetapi yang
dimaksud sebagian, misal pada contoh kalimat berikut ini. Dia mempunyai
commit to user 22
22 lima ekor kuda pars pro toto dan Kaum wanita memperingati hari
Kartini totem pro parte. Untuk majas alegori, Rustamaji 2003: 84 menyatakan bahwa
majas alegori adalah majas yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh dan membentuk kesatuan yang menyeluruh, misal Hidup ini
diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar di lautan. Berbeda dengan pendapat di atas, Keraf berpendapat bahwa majas alegori adalah
suatu cerita singkat yang mengandung kiasan 2007: 140. Sementara itu, majas hiperbola adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengganti
peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti, misal Kakak membanting tulang
demi menghidupi keluarganya. Senada dengan pengertian di atas, Keraf 2007: 135 menyatakan bahwa hiperbol adalah semacam gaya bahasa
yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar- besarkan sesuatu hal.
Majas simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang,
misal Dari dulu tetap saja ia menjadi lintah darat. Litotes adalah majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya
dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri, misal Perjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudera luas. Alusio adalah
majas dengan menggunakan ungkapan peribahasa, misal Ah, dia itu tong kosong nyaring bunyinya. Asosiasi adalah majas yang membandingkan
sesuatu dengan keadaan lain karena adanya persamaan sifat, misal Wajahnya muram bagai bulan kesiangan. Perifrasis adalah majas yang
melukiskan sesuatu dengan menguraikan sebuah kata menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu,
misal Petang barulah dia pulang kalimat tersebut menjadi Ketika matahari hilang di balik gunung barulah dia pulang.
Metonimia adalah majas yang menggunakan merk dagang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan, sehingga kata itu berasosiasi
commit to user 23
23 dengan benda keseluruhan. Kata metonimia Keraf, 2007: 142 diturunkan
dari kata Yunani meta yang berarti menunjukkan perubahan dan anoma yng berarti nama, misal Kemarin dia memakai Fiat mobil merk Fiat.
Antonomasia adalah majas yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri atau sifat menonjol yang dimilikinya, misal si
pincang, si jangkung, si keriting. Tropen adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan
kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan dan sejajar, misal Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.
Parabel adalah majas perbandingan dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup. Majas ini terkandung dalam seluruh isi karangan, misal
Baghawat Gita, Mahabarata, Bayan Budiman.
2 Majas Sindiran
Majas sindiran adalah majas yang yang bertujan untuk menyindir. Majas sindiran meliputi ironi, sinisme, dan sarkasme. Ironi adalah majas
sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang. Keraf
2007: 143 berpendapat bahwa ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang
terkandung dalam rangkaian kata-katanya, misal Harum benar bunga bangkai ini
Sinisme adalah majas sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi tetapi kasar, misal Itukah yang dinamakan
bekerja. Dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa, Keraf 2007: 143 mengatakan bahwa sinisme diartikan sebagai suatu sindiran yang
berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati, sedangkan sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih
kasar dari ironi dan sinisme. Sarkasme adalah majas sindiran yang terkasar serta langsung menusuk perasaan, misal Otakmu memang otak udang
commit to user 24
24
3 Majas Penegasan
Majas penegasan adalah majas yang betujuan untuk menegaskan sesuatu. Majas penegasan dibagi menjadi lima belas, yaitu 1 pleonasme;
2 repetisi; 3 pararelisme; 4 tautologi; 5 simetri; 6 enumerasio; 7 klimaks; 8 antiklimaks; 9 retorik; 10 koreksio; 11 asidenton;
12 polisidenton; 13 ekslamasio; 14 praeterito; dan 15 interupsi. Rustamaji 2003: 84 mengatakan bahwa pleonasme adalah majas
penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang
diterangkan, misalnya Salju putih sudah mulai turun ke bawah. Repetisi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata
atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato, sedangkan pararelisme adalah majas penegasan seperti repetisi tetapi
dipakai dalam puisi. Pararelisme dibagi menjadi dua, yaitu: anafora dan epifora. Anafora, yaitu bila kata atau frase yang diulang terletak di awal
kalimat, sedangkan epifora, yaitu bila kata atau frase yang diulang terletak di akhir kalimat atau lirik.
Tautologi adalah majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan kata-kata yang sama artinya bersinonim untuk
mempertegas arti, misal Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya. Simetri adalah majas penegasan yang melukiskan suatu
dengan mempergunakan satu kata, kelompok kata atau kalimat yang diikuti oleh kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang
pertama, misal Kakak berjalan tergesa-gesa, seperti orang dikejar anjing gila. Enumerasio adalah majas penegasan yang melukiskan beberapa
peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan satu per satu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas, misal Angin
berhembus, lalu tenang, bulan memancar lagi. Masih dalam bukunya yang sama, Keraf 2007: 124 berpendapat
bahwa majas klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya
commit to user 25
25 dari gagasan-gagasan sebelmnya. Bisa dikatakan, klimaks adalah majas
penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak
pengertiannya, misal Anak-anak, remaja, dewasa datang menyaksikan film “Saur Sepuh”. Antiklimaks adalah majas penegasan dengan beberapa
hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin melemah pengertiannya, misal Jangankan seribu, atau seratus,
serupiah pun tak ada. Untuk majas antiklimaks, Keraf 2007: 125 berpendapat bahwa antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu
acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut- turut ke gagasan yang kurang penting.
Retorik adalah majas penegasan dengan mempergunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah
diketahuinya, misalnya Mana mungkin orang mati hidup kembali? Koreksio adalah majas penegasan berupa membetulkan mengoreksi
kembali kata-kata yang salah diucapkan, baik disengaja maupun tidak, misal Hari ini sakit ingatan, eh … maaf, sakit kepala maksudku. Dengan
memberikan istilah yang lain dari majas koreksio ini, yaitu majas epanortosis, Keraf 2007: 135 mengatakan bahwa koreksio atau
epartonosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Berikutnya, majas yang masih termasuk dalam kelompok majas penegasan adalah asidenton. Asidenton adalah majas penegasan yang
menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata penghubung Rustamaji, 2003: 85. Dengan sedikit
memberikan penjelasan yang lebih lengkap, Keraf 2007: 131 mengatakan bahwa asidenton adalah suatu gaya yang berupa acuan, yang
bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung, misal Kemeja, sepatu,
kaos kaki, dibelinya di toko itu. Majas penegasan yang merupakan kebalikan dari asidenton adalah polisidenton. Bisa dikatakan, polisidenton
commit to user 26
26 adalah majas penegasan yang menyatakan beberapa benda, hal atau
keadaan secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung, misal Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.
Ekslamasio adalah majas penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas, misal Amboi, indahnya pemandangan ini Praeterio
adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka
apa yang disembunyikan itu, misal Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan ini. Interupsi adalah majas
penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan
menekankan bagian kalimat sebelumnya, misal Aku, orang yang sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan pangkatku.
4 Majas Pertentangan
Majas pertentangan adalah majas yang bertujuan untuk mempertentangkan sesuatu. Kata-kata berkias yang menyatakan
pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan
pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar. Majas pertentangan dibagi menjadi empat, yang meliputi: 1 antitesis; 2 paradoks; 3 okupasi; dan
4 kontradiskio intermimis. Antitesis adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu
dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti, misal Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai
seseorang wanita. Untuk majas paradoks Keraf 2007: 136 mengungkapkan bahwa paradoks adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Senada dengan hal tersebut, Rustamaji 2003: 84 berpendapat paradoks
merupakan majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak, misal Hatinya sunyi
tinggal di kota Jakarta yang ramai.
commit to user 27
27 Majas pertentangan yang berikutnya, yaitu okupasi dan
kontradiskio intermimis. Okupasi adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan
atau diakhiri dengan kesimpulan, sedangkan kontradiskio intermimis adalah majas pertentangan yang memperlihatkan pertentangan dengan
penjelasan semua Rustamaji, 2003: 85. Misalnya, Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya.
Maka, muncullah pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak okupasi; Semua murid kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut
jambore kontradiskio intermimis.
4. Campur Kode