commit to user 118
118 dilihat dari suasana dialog yang coba ditampilkan pengiklan, yaitu setting
keluarga. Dengan latar kebahasaan yang sama di atas, memungkinkan penutur dan mitra tutur beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa atau sebaliknya.
Data Alih Kode AK 8 : B : “Angel piye to? Syaratnya ya umum saja. Fotokopi KTP suami istri dan
KK yang masih berlaku, fotokopi surat nikah, slip gaji, jaminan BPKB dan SHM. Lebih detail lagi ya ke BPR Trihasta Prasojo saja.”
Pada dialog di atas, alih kode kembali muncul. Peralihan kode dilakukan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Kalimat angel piye to? memiliki arti sulit
bagaimana to? dalam bahasa Indonesia. Peralihan di atas termasuk dalam alih kode ke dalam yang dilatarbelakangi oleh topik pembicaraan. Bahasa Jawa
digunakan untuk dialog dengan topik pembicaraan yang santai antarkeluarga, sedangkan bahasa Indonesia digunakan untuk dialog dengan topik pembicaraan
tentang informasi penting dari produk yang diiklankan. Data Alih Kode AK 9 :
A : “Biar kreditnya cepet cair. Aku selak pingin mantu.”
Peralihan kode ketiga yang dimunculkan dalam iklan BPR Trihasta Prasojo dilatarbelakangi oleh faktor topik pembicaraan. Pada awal kalimat penutur
menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan keunggulan produk yang diiklankan, sedangkan pada kalimat berikutnya penutur menggunakan bahasa
Jawa untuk menyampaikan keinginannya mengadakan hajatan secepat-cepatnya. Peralihan di atas termasuk dalam alih kode yang bersifat ke dalam atau intern.
g. Iklan BPR Weleri Makmur
Penutur : Mas Cahyo
Mitra tutur : Mas Suryo
Topik pembicaraan : mengantar kuliah
Tujuan pembicaraan : menanyakan tujuan pergi Situasi tuturan
: di jalan, informal, dan santai Data Alih Kode AK 10 :
Mas Cahyo : “Monggo Mas Suryo.” Mas Suryo : “E…h Mas Cahyo. Mau kemana?”
commit to user 119
119 Mas Cahyo : “Mau nganter anakku, si Danang, masuk kuliah.”
Wacana iklan BPR Weleri Makmur diperankan oleh dua orang pelaku
dengan tanpa narator. Wacana iklan di atas berbentuk dialog. Dialog tersebut diawali dengan penggunaan bahasa Jawa berupa sapaan yang dilakukan oleh
penutur. Selanjutnya, dialog dilakukan oleh mitra tutur yang menggunakan bahasa Indonesia. Pada tuturan berikutnya, penutur beralih kode menggunakan bahasa
Indonesia ragam santai. Peralihan yang muncul pada data di atas merupakan alih kode ke dalam. Alih kode tersebut dilatarbelakangi faktor topik pembicaraan,
yakni dari topik yang ringan hanya sekedar sapaan berubah ke topik tentang kuliah.
h. Iklan Hemaviton Jreng
Data Alih Kode AK 11 : Jreng, jreng, ya Hemaviton Jreng.
Jreng segarnya, jreng staminanya. Hehehe… ape gue kate.
Jreng segarnya, jreng khasiatnya. Iklan Hemaviton Jreng merupakan iklan wacana monolog. Pada iklan ini
muncul alih kode yang bersifat ke dalam, yakni bahasa Indonesia ke bahasa Betawi. Pengalihan tersebut ditandai dengan penggunaan kalimat ape gue kate.
Kalimat tersebut merupakan kalimat tuturan dari bahasa Betawi. Pengalihan di atas dilatar belakangi faktor humor, yaitu agar tuturan lebih terdengar lucu dan
menarik pendengar atau sasaran iklan.
commit to user 120
120
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang karakteristik pemakaian bahasa iklan komersial di radio pada bab sebelumnya, maka peneliti
dapat simpulkan sebagai berikut. 1.
Karakteristik diksi yang muncul dalam bahasa iklan komersial di radio meliputi: a pemakaian kata-kata gaul, b pemakaian kata-kata asing,
c pemakaian kata bersinonim, d pemakaian kata khusus, e pemakaian kata- kata daerah, dan f pemakaian kata bermakna konotasi. Pemakaian kata-kata
tersebut didasarkan pada jenis produk yang diiklankan, daerah asal pendengar, usia pendengar, dan keinginan pengiklan untuk menyampaikan pesan atau
informasi iklannya dengan bahasa yang komunikatif, terkesan modern dan gaul, serta mudah dimengerti pendengar. Pemakaian lima karakteristik diksi
tersebut dikarenakan diksi-diksi di atas mampu menampilkan bahasa iklan komersial yang mudah dipahami pendengar, cocok dengan jenis produk
iklannya, dan mampu menyampaikan pesan iklan tepat sasaran dan tujuan. Sementara itu, gaya bahasa yang muncul dalam iklan komersial di radio
meliputi: a gaya bahasa metonimia, b gaya bahasa polisidenton, c gaya bahasa asidenton, d gaya bahasa eksklamasio, e gaya bahasa klimaks, f gaya
bahasa interupsi, g gaya bahasa hiperbola, dan h gaya bahasa alusio. Pemakaian gaya bahasa tersebut didasarkan pada jenis produk yang
diiklankan, bentuk wacana iklan, pendengar yang menjadi sasaran iklan, dan kebiasaan-kebiasaan pendengar. Pemakaian delapan gaya bahasa tersebut
dikarenakan gaya bahasa di atas mampu memberikan nilai rasa bahasa tersendiri dalam iklan dan mampu memunculkan makna pesan yang
disampaikan pengiklan, baik langsung maupun tak langsung. 2.
Wujud campur kode yang muncul dalam iklan komersial di radio meliputi: a campur kode berwujud kata, b campur kode berwujud frasa, c campur
kode berwujud baster, dan d campur kode berwujud klausa. Wujud alih kode