RISK OVERVIEW TATA KELOLA PERUSAHAAN
Saat ini, Bank juga sedang mengembangkan pengukuran
kebutuhan modal secara ekonomis economic capital baik untuk risiko
kredit maupun risiko operasional, yang sekaligus menjadi dasar bagi bank
untuk mulai mengimplementasikan VBM Value Based Management melalui
pengukuran RORAC Return On Risk Adjusted Capital. Selama tahun 2012,
salah satu fokus bisnis Bank Mandiri adalah segmen mikro, terbukti dengan
pertumbuhan kredit segmen mikro yang signiikan sebesar 60,4 YoY
yang dijustiikasi dengan angka RORAC yang tinggi.
Bank Mandiri telah mempersiapkan penerapan Basel III mengacu kepada
dokumentasi Basel serta regulasi dan inisiatif yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia. Bank Mandiri aktif mengikuti kelompok kerja Basel III maupun
Quantitative Impact Study QIS yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia.
Berdasarkan posisi per Juni 2012, hasil QIS menunjukkan bahwa secara umum
Bank Mandiri telah memenuhi pedoman dalam Basel III, dengan hasil simulasi
Capital Adequacy Ratio lebih tinggi dibandingkan perhitungan kecukupan
modal menggunakan Basel II. Hal ini disebabkan oleh struktur permodalan
Bank Mandiri yang didominasi oleh Tier 1 Common Equity. Hasil QIS juga
menunjukkan bahwa Bank Mandiri beroperasi pada tingkat risiko yang
rendah, ditunjukkan oleh kecukupan leverage ratio dan tingginya liquidity
ratio yang disebabkan oleh ketatnya pengendalian risiko atas eksposur of
balance sheet. Selain itu, posisi aset likuid dan komposisi neraca Bank
menunjukkan konsistensi terhadap persyaratan Basel III.
TINJAUAN UNIT-UNIT PENDUKUNG
PENGELOLAAN RISIKO MELALUI AKTIVITAS OPERASIONAL
Pengelolaan risiko melalui aktivitas operasional ditujukan untuk
pengelolaan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional pada level
yang dapat diterima. Bank Mandiri menerapkan risk appetite dan risk
tolerance dalam bentuk kebijakan limit dan sistem limit, yang disusun dan
diusulkan oleh unit bisnis bersama unit manajemen risiko dan disetujui oleh
Risk Capital Committee. Penetapan limit didasarkan pada limit secara
keseluruhan, limit per jenis risiko maupun limit per aktivitas fungsional
tertentu yang memiliki eksposur risiko. Kebijakan limit tidak saja berfungsi
dalam proses pengendalian risiko namun juga mendorong strategi bisnis
dan ekspansi bisnis ke dalam koridor pertumbuhan dengan proil risk-reward
yang optimal.
Pengelolaan risiko kredit dilakukan melalui front end, middle end dan back
end. Pengelolaan risiko pasar dan likuiditas dilakukan melalui sistem limit.
Pengelolaan risiko operasional pada produk dan aktivitas Bank dilakukan
oleh seluruh unit kerja, dan di-review secara bankwide oleh unit
risk management serta diukur keefektifan pelaksanaannya assurance
oleh unit Internal Audit.
1. Pengelolaan Risiko Kredit Risiko kredit berasal dari aktivitas
pemberian kredit, penempatan pada surat berharga dan kepada bank lain,
ALUR PROSES KREDIT DAN PENGELOLAAN RISIKO KREDIT
Loan Proposal
Pre- Screen
Approval Loan
Analysis Booking
Monitoring Review
Collection, Loan
Work Out
Account Portfolio
Strategy
Kebijakan Perkreditan
Bank Mandiri
KPBM, Standart
Prosedur Kredit
SPK, product
manuals, Standard
Operating Procedures
Integrated end-to-end
loan processing
systems LOAN
ORIGINATION SYSTEM
LOS INTEGRATED
PROCESSING SYSTEM
IPS Front End
Middle End Back End
Four-eye, Portfolio
Guideline Industry
Class, Industry
Acceptance Criteria,
Application Modules,
Credit ScoringRating,
Spreadsheet, Nota
Analisa Kredit,
Limit, BI
Checking, Appraisal,
Check On
the Spot,
Loan Pricing
Loan Monitoring,
Watch List,
Credit Risk
Proile, Portfolio
Management Industry
Limit, Stress
Testing, Validation
Collection System,
Loan Work
Out, Portfolio
Management Phase
Out, Portfolio
Sales Stages
Loan Processes
Methods Tools
Policies Integrated
Systems
MANAjEMEN RISIKO
PT Bank Mandiri Persero Tbk.
sales kepada nasabah dan aktivitas trading. Risiko kredit juga berasal dari
transaksi komitmen dan kontinjensi kepada nasabah dan counterparty.
Pengelolaan risiko kredit bertujuan untuk mengukur, mengantisipasi, dan
meminimalisir kerugian akibat kegagalan nasabah debitur atau counterparty
dalam memenuhi kewajibannya.
Proses kredit dan pengelolaan risiko kredit di Bank Mandiri dilakukan
secara terintegrasi oleh Business Unit, Credit Operation Unit, dan Credit
Risk Management Unit, yang dalam pelaksanaannya, didukung oleh sistem
yang terintegrasi dan dilakukan secara end-to-end.
Kebijakan Kredit
Sebagai pedoman dalam pengelolaan kredit secara end-to-end, Bank Mandiri
memiliki Kebijakan Perkreditan Bank Mandiri KPBM, termasuk didalamnya
Budaya Kredit dan Doktrin Perkreditan. Penjabaran kebijakan kredit secara
operasional dituangkan dalam bentuk Standar Prosedur Kredit SPK dan
Manual Produk. Proses pengelolaan kredit diawali dengan penetapan target
market, melakukan risk assessment dan monitoring atas pemberian kredit.
Bank Mandiri menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit,
dimana fungsi analisis kredit dilakukan oleh unit bisnis dan unit risiko kredit
yang independen, fungsi persetujuan kredit dilakukan secara “4 eyes principle”
dan fungsi administrasi kredit dilakukan oleh unit credit operation yang
independen terhadap unit bisnis dan unit risiko kredit.
Persetujuan Kredit
Persetujuan dan penetapan limit kredit pada segmen corporate dan commercial
diidentiikasi dan diukur melalui sistem credit rating yang kemudian dilakukan
analisa kelayakan bisnis melalui spreadsheet dan Nota Analisa Kredit
NAK secara terintegrasi dan end-to-end melalui Integrated Processing System
IPS.
Sedangkan pada segmen retail business banking micro dan consumer
diukur melalui sistem credit scoring. Proses kredit dan pengelolaan risiko
kredit segmen mikro dan consumer dilakukan melalui proses end-to-end
yang terintegrasi dalam sistem Loan Origination System LOS.
Model credit rating wholesale dan credit scoring retail dan consumer
secara terus menerus dikembangkan dan divalidasi, serta dimonitor melalui
laporan Tinjauan Model Scoring dan Rating. Model credit rating dan
credit scoring yang digunakan sudah dapat memberikan nilai Probability
of Default PD, sementara Bank terus menerus mengembangkan model
Loss Given Default LGD dan model Credit Conversion Factors CCF untuk
menghitung Exposure at Default EAD dalam rangka mendukung penerapan
Basel II dan perhitungan economic capital.
Dalam proses kredit, agunan yang diterima dapat berupa objek yang
dibiayai dengan kredit benda bergerak maupun benda tidak
bergerak, maupun objek yang tidak dibiayai personal guarantee maupun
corporate guarantee. Agunan kredit harus memenuhi kriteria antara lain
mempunyai nilai ekonomis, marketable, transferable, serta mempunyai nilai
yuridis.
Monitoring Kredit
Dalam menilai dan memantau kualitas kredit, Bank Mandiri senantiasa
mengacu kepada regulasi Bank Indonesia dan praktek kehati-hatian,
diantaranya berdasarkan faktor penilaian prospek usaha, kinerja debitur
dan kemampuan membayar.
Monitoring kredit pada segmen corporate, commerial, dan business
banking khusus untuk limit Rp2 miliar dilakukan pada level
debitur dengan menggunakan Watch List. Watch List merupakan
suatu metode standar, terstruktur dan komprehensif dalam memonitor
kinerja debitur, sehingga dapat segera dilakukan tindak lanjut action plan
untuk mencegah penurunan kualitas kredit debitur. Proses monitoring
dilakukan sekurang-kurangnya secara triwulanan, untuk mengidentiikasi
debitur-debitur yang berpotensi mengalami kesulitan memenuhi
kewajibannya melalui Loan Monitoring System yang telah terintegrasi dalam
sistem IPS, serta melakukan deteksi dini menggunakan analisa Watch List
Early Warning Analysis. Berdasarkan hasil analisa tersebut, Bank menetapkan
account strategy dan tindakan secara dini untuk mencegah terjadinya
penurunan kualitas kredit.
Monitoring kredit untuk segmen business banking khusus untuk limit