ENTERPRISE RISK MANAGEMENT ERM
PT Bank Mandiri Persero Tbk.
sales kepada nasabah dan aktivitas trading. Risiko kredit juga berasal dari
transaksi komitmen dan kontinjensi kepada nasabah dan counterparty.
Pengelolaan risiko kredit bertujuan untuk mengukur, mengantisipasi, dan
meminimalisir kerugian akibat kegagalan nasabah debitur atau counterparty
dalam memenuhi kewajibannya.
Proses kredit dan pengelolaan risiko kredit di Bank Mandiri dilakukan
secara terintegrasi oleh Business Unit, Credit Operation Unit, dan Credit
Risk Management Unit, yang dalam pelaksanaannya, didukung oleh sistem
yang terintegrasi dan dilakukan secara end-to-end.
Kebijakan Kredit
Sebagai pedoman dalam pengelolaan kredit secara end-to-end, Bank Mandiri
memiliki Kebijakan Perkreditan Bank Mandiri KPBM, termasuk didalamnya
Budaya Kredit dan Doktrin Perkreditan. Penjabaran kebijakan kredit secara
operasional dituangkan dalam bentuk Standar Prosedur Kredit SPK dan
Manual Produk. Proses pengelolaan kredit diawali dengan penetapan target
market, melakukan risk assessment dan monitoring atas pemberian kredit.
Bank Mandiri menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit,
dimana fungsi analisis kredit dilakukan oleh unit bisnis dan unit risiko kredit
yang independen, fungsi persetujuan kredit dilakukan secara “4 eyes principle”
dan fungsi administrasi kredit dilakukan oleh unit credit operation yang
independen terhadap unit bisnis dan unit risiko kredit.
Persetujuan Kredit
Persetujuan dan penetapan limit kredit pada segmen corporate dan commercial
diidentiikasi dan diukur melalui sistem credit rating yang kemudian dilakukan
analisa kelayakan bisnis melalui spreadsheet dan Nota Analisa Kredit
NAK secara terintegrasi dan end-to-end melalui Integrated Processing System
IPS.
Sedangkan pada segmen retail business banking micro dan consumer
diukur melalui sistem credit scoring. Proses kredit dan pengelolaan risiko
kredit segmen mikro dan consumer dilakukan melalui proses end-to-end
yang terintegrasi dalam sistem Loan Origination System LOS.
Model credit rating wholesale dan credit scoring retail dan consumer
secara terus menerus dikembangkan dan divalidasi, serta dimonitor melalui
laporan Tinjauan Model Scoring dan Rating. Model credit rating dan
credit scoring yang digunakan sudah dapat memberikan nilai Probability
of Default PD, sementara Bank terus menerus mengembangkan model
Loss Given Default LGD dan model Credit Conversion Factors CCF untuk
menghitung Exposure at Default EAD dalam rangka mendukung penerapan
Basel II dan perhitungan economic capital.
Dalam proses kredit, agunan yang diterima dapat berupa objek yang
dibiayai dengan kredit benda bergerak maupun benda tidak
bergerak, maupun objek yang tidak dibiayai personal guarantee maupun
corporate guarantee. Agunan kredit harus memenuhi kriteria antara lain
mempunyai nilai ekonomis, marketable, transferable, serta mempunyai nilai
yuridis.
Monitoring Kredit
Dalam menilai dan memantau kualitas kredit, Bank Mandiri senantiasa
mengacu kepada regulasi Bank Indonesia dan praktek kehati-hatian,
diantaranya berdasarkan faktor penilaian prospek usaha, kinerja debitur
dan kemampuan membayar.
Monitoring kredit pada segmen corporate, commerial, dan business
banking khusus untuk limit Rp2 miliar dilakukan pada level
debitur dengan menggunakan Watch List. Watch List merupakan
suatu metode standar, terstruktur dan komprehensif dalam memonitor
kinerja debitur, sehingga dapat segera dilakukan tindak lanjut action plan
untuk mencegah penurunan kualitas kredit debitur. Proses monitoring
dilakukan sekurang-kurangnya secara triwulanan, untuk mengidentiikasi
debitur-debitur yang berpotensi mengalami kesulitan memenuhi
kewajibannya melalui Loan Monitoring System yang telah terintegrasi dalam
sistem IPS, serta melakukan deteksi dini menggunakan analisa Watch List
Early Warning Analysis. Berdasarkan hasil analisa tersebut, Bank menetapkan
account strategy dan tindakan secara dini untuk mencegah terjadinya
penurunan kualitas kredit.
Monitoring kredit untuk segmen business banking khusus untuk limit
TINJAUAN UNIT-UNIT PENDUKUNG
Rp2 miliar, retail dan consumer dilakukan pada tingkat portfolio melalui
analisa portfolio dari berbagai aspek kualitas dan kuantitas portfolio dari
berbagai perspektif: industri, wilayah, produk, jenis kredit, unit bisnis, segmen,
dll yang dituangkan dalam credit risk report.
Bank Mandiri juga melakukan monitoring kredit pada proses kredit
dan sistem serta alat pendukungnya melalui suatu forum yang disebut credit
session yang diselenggarakan secara rutin untuk setiap segmen kredit. Dari
forum ini dapat diketahui permasalahan dan kelemahan pada proses bisnis,
kebijakan kredit serta metodologi dan tools perkreditan, sehingga dapat
segera dilakukan perbaikan.
Sebagai langkah antisipatif early warning signal, dilakukan proses
simulasi dan stress testing terhadap portfolio Bank secara berkala untuk
mengetahui perubahan kualitas portfolio Bank per segmen atau per
sektor industri, akibat perubahan beberapa parameter kondisi ekonomi
secara ekstrim yang mungkin terjadi extreme but plausible. Hasil simulasi
memberikan panduan bagi bank untuk memonitor secara lebih ketat
sektor-sektor atau debitur-debitur yang berpotensi mengalami penurunan
kualitas serta untuk menetapkan langkah-langkah antisipatif guna
mencegah terjadinya dampak yang buruk. Pada tahun ini, selain
melaksanakan stress testing periodik, Bank Mandiri juga melakukan simulasi
stres test terkait dampak perubahan harga komoditas serta dampak
kenaikan upah minimum provinsi.
Credit Collection And Recovery
Direktorat Risk Management secara khusus menjalankan kebijakan
penanganan collection dan recovery untuk kredit segmen retail kredit
mikro dan kredit business banking dengan limit s.d. Rp5 miliar dan
consumer, yang dibuat secara lebih terfokus, sistematis, agresif dan
terintegrasi berdasarkan jenis produk dan masing-masing bucket collection.
Kebijakan tersebut didukung oleh Automated Collection System yang
sifatnya end-to-end dan dilengkapi dengan collection tools antara lain:
a. Call Monitoring System untuk memonitormerekam seluruh
kegiatan penagihan yang dilakukan melalui telepon guna
meminimalisir Reputational Risks dan sekaligus digunakan sebagai
alat untuk trainingcoaching.
b. Auto Predictive Dialer Melita untuk meningkatkan eisiensi,
efektivitas dan produktivitas
PORTFOLIO GUIDELINE PROCESS
Targeted Prospective
Industry Industry Class
Eligible Individual
Customer Industry
Acceptance Criteria
Maximum Exposure
Limit Industry
Limit
proses collection Kartu kredit yang terintegrasi dengan Behaviour Score.
Untuk meningkatkan eisiensi dan efektivitas, Bank menggunakan strategi
penagihan pada produk kartu kredit berdasarkan collection recovery
scorecard yang telah dilaksanakan sejak tahun 2009 dan terus disempurnakan
implementasinya. Bank akan terus melakukan enhancement terhadap
Automated Collection System terkait Debt Relief Program restrukturisasi kartu
kredit dan kredit mikro sebagai upaya pemenuhan ketentuan Bank Indonesia
mengenai pembatasan pengaturan kolektibilitas kredit restrukturisasi.
Portfolio Management Dan Risiko Konsentrasi
Bank telah dapat mengalokasikan modal dan menerapkan prinsip
active portfolio management dalam pengelolaan risiko kredit di tingkat
portfolio dengan mengacu pada Portfolio Guideline PG, yang terdiri
dari Industry Classiication, Industry
MANAjEMEN RISIKO
PT Bank Mandiri Persero Tbk.
Acceptance Criteria dan Industry Limit, yang akan muncul di seluruh tahapan
pengelolaan risiko kredit.
Industry Classiication dan Industry Acceptance Criteria bertujuan untuk
membidik perusahaan terbaik winner players pada industri prioritas yang
dapat memberikan nilai tambah secara ekonomis sebagai targeted customer.
Proses seleksi secara proaktif ini telah menciptakan hubungan kemitraan yang
professional dan berkelanjutan antara Bank dengan nasabah.
Pengelolaan risiko konsentrasi dilakukan antara lain dengan diversiikasi sektor
industri sesuai dengan Industry Class dengan memperhitungkan faktor-
faktor antara lain prospek industri sektor, keahlian internal Bank dan
kinerja portfolio. Untuk setiap sektor ditetapkan Industry Limit yang
menetapkan alokasi kredit maksimum pada tiap sektor industri sesuai dengan
Industry Class, industry limit berbeda- beda sesuai dengan tingkat risk and
return dari industri tersebut. Sedangkan pengelolaan risiko konsentrasi pada
level debitur ditetapkan melalui ketentuan in-house limit, dilakukan
secara lebih konservatif dibandingkan Batas Maksimum Pemberian Kredit
BMPK yang ditetapkan Bank Indonesia.
KOMPOSISI KREDIT BANK MANDIRI PER SEKTOR EKONOMI DESEMBER 2012
Perindustrian Perdagangan
Lain-Lain Pertanian
Jasa-Jasa Dunia Usaha
Pertambangan Pengangkutan
Komunikasi Konstruksi
Listrik, Gas Air Jasa-Jasa Sos.
Masyarakat
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
5.56 3.46
3.13 1.08
22.52
18.89 14.02
13.45 11.53
6.36
Bank Mandiri belum memiliki aktivitas terkait sekuritisasi aset, baik sebagai
investor, kreditur asal, maupun penerbit.
Selama tahun 2012 Bank berhasil mengelola kebutuhan modal untuk
risiko kredit credit risk capital allocation sebesar Rp26,86 triliun pada posisi
Desember 2012, di bawah limit sebesar Rp29,86 triliun.
Perindustrian 7.13
5.53 4.52
1.69 1.30
1.06 0.51
0.78
Makanan Minuman Bahan Kimia Sejenisnya
Logam Dasar dll Tekstil, Sandang Kulit
Bahan Kertas Sejenisnya Industri Lainnya
Hasil Tambang Non Logam Sejenisnya Kayu Hasil-Hasil Kayu
TINJAUAN UNIT-UNIT PENDUKUNG
ANALISIS SENSITIVITAS RISIKO KREDIT Risk Factors
Value Change NPL Change bps
GDP 100bps
42.59 Inlation
100bps 36.53
BI Rate 100bps
36.63 Exchange Rate RpUSD
Rp.100USD 30.03
Risk Factors lainnya dianggap tetap
Pertumbuhan Dan Kualitas Kredit
Selama tahun 2012, Bank Mandiri membukukan pertumbuhan kredit yang
cukup signiikan dengan tingkat NPL yang tetap terjaga. Portfolio kredit Bank
Mandiri untuk keseluruhan segmen posisi bank secara individual tumbuh
24,1 YoY dengan tingkat NPL 1,74 gross atau 0,37 nett. Beberapa
segmen kredit mengalami pertumbuhan di atas rata-rata, seperti segmen mikro
yang tumbuh sebesar 60,4 YoY namun dengan tingkat NPL yang terjaga sekitar
3. Pencapaian tersebut didapatkan melalui penerapan proses kredit secara
terintegrasi end-to-end dan handal, meliputi proses identiikasi sektor kredit
yang potensial, proses underwriting yang akurat dan ketat, proses monitoring kredit
secara kontinu, portfolio management yang komprehensif dan penyelesaian
kredit bermasalah secara disiplin.
Untuk mengetahui dampak perubahan kondisi ekonomi makro terhadap
portfolio, dan pada akhirnya terhadap proitabilitas dan ketahanan modalnya,
Bank melakukan stress testing secara berkala. Bank melakukan dua jenis
stress testing, yaitu: sensitivity analysis dan scenario analysis. Berdasarkan
hasil simulasi sensitivity analysis yang dilaksanakan pada tahun 2012, dampak
perubahan variabel makro akan dapat mempengaruhi NPL pada portfolio kredit
bank dalam setahun kedepan sebesar sebagai berikut:
VOLUME KUALITAS KREDIT BANK MANDIRI DESEMBER 2012 RP milyar
400 30
1200 90
2000 150
800 60
1600 120
124,474 101,622
37,509 18,397
5,119 46,880
1,785 1,082
929 608
870 699
NPL PL
NPL PL
MANAjEMEN RISIKO
PT Bank Mandiri Persero Tbk.
2. Pengelolaan Risiko Pasar
Risiko Pasar – Trading Book
Risiko pasar trading book disebabkan oleh perubahan suku bunga dan nilai
tukar atas portfolio trading termasuk derivative instrument. Pengelolaan risiko
pasar trading menerapkan pemisahan antara front oice unit transaksi
trading, middle oice unit proses manajemen risiko, menyusun kebijakan
dan prosedur dan back oice unit proses settlement transaksi.
Atas portfolio trading book, Bank melakukan proses valuasi secara harian
dari sumber yang independen. Sumber harga pasar yang digunakan antara
lain: i Harga pada Reuters, Bloomberg maupun sumber sejenis; ii Harga
yang tercatat di bursa exchange prices atau pasar sekunder; iii Harga pada
layar dealer screen prices; atau iv Kuotasi yang paling konservatif yang
diberikan oleh minimal 2 dua broker danatau market maker yang memiliki
reputasi baik dan salah satunya bersifat independen.
Untuk instrumen yang tidak memiliki harga pasar, Bank menggunakan mark
to model berdasarkan metodologi yang telah disetujui dewan direksi dan
dilakukan review secara berkala.
Pengukuran risiko pasar untuk perhitungan kecukupan modal
dilakukan baik dengan metode standar maupun metode internal. Perhitungan
dengan metode standar dilakukan sebagai laporan kepada regulator
Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan bank only dan triwulanan
konsolidasi dengan perusahaan anak. Sedangkan perhitungan
VALUE AT RISK VaR PER RISK FACTOR Rp. Miliar
VaR Year End 2012
Maximum Minimum
Average Year End 2011
FX 2,25
11,70 1,28
4,88 2,73
IR 3,66
15,00 0,67
5,43 6,20
Total 4,84
16,66 1,75
7,57 6,31
Utilisasi Limit VaR 10,57
44,91 3,82
17,70 17,01
Limit VaR Total 45,80
37,10
dengan Metode Internal dilakukan sebagai laporan kepada manajemen
yang dilakukan secara harian dengan metodologi Value at Risk.
Bank menggunakan 2 pendekatan perhitungan VaR yaitu: i Metode
Variance Covariance untuk perhitungan risiko pasar transaksi plain vanilla
products. Metode ini, menggunakan konsep Exponential Weighted Moving
Average EWMA dalam perhitungan volatilitas yaitu memberikan bobot
lebih besar untuk data terkini dengan nilai decay factor yang digunakan
adalah sebesar 0.94; ii Metode Historical Simulation untuk perhitungan risiko
pasar transaksi derivatif.
Realisasi Value at Risk tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Sedangkan realisasi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM
dengan metode Standar dan metode internal pada tahun 2012 adalah seperti
tertera di bar chart sebelah kanan.
Dalam rangka memastikan risiko yang dihadapi sesuai dengan risk appetite,
Bank melakukan monitoring risiko pasar atas aktivitas treasury dilakukan
dengan membandingkan realisasi risiko terhadap limit yang telah ditetapkan.
Selain itu, Bank juga melakukan pemantauan atas kinerja treasury
untuk memastikan target bisnis dan pendapatan tercapai.
Penggunaan pendekatan metode internal Value at Risk VaR senantiasa
diukur kelayakan dan akurasinya melalui proses backtesting. Proses backtesting
akan memberikan gambaran sejauh mana penyimpangan yang terjadi,
apakah estimasi kerugian yang didapat dari perhitungan VaR sejalan dengan
dengan actualhypothetical loss dan sejauh mana penyimpangan tersebut
dapat ditolerir. Berdasarkan hasil backtesting periode Desember 2012,
metodologi perhitungan VaR valid perhitungan PL tidak melebihi daily
VaR tanpa adanya penyimpangan.
Pada kondisi pasar yang sangat ekstrim, Bank melakukan proses stress testing
untuk mengevaluasi ketahanan modal terhadap pergerakan faktor pasar yang
sangat signiikan dan mempersiapkan strategi yang diperlukan jika kondisi
krisis tersebut terjadi. Pelaksanaan stress testing dilakukan dengan
TINJAUAN UNIT-UNIT PENDUKUNG
Capital Charge Market Risk
27-D ec
-11 10-
Jan-12 24-
Jan-12 07-F
eb -12
21-F eb
-12 06-M
ar -12
02-M ar
-12 03-
A pr
-12 17-
A pr
-12 01-M
ay -12
15-M ay
-12 29-M
ay -12
12- Jun-12
26- Jun-12
10- Jul-12
24- Jul-12
07- A
ug-12 21-
A ug-12
04-S ep
-12 18-S
ep -12
02- O
ct -12
16- O
ct -12
30-No v-12
12-No v-12
27-D ec
-12 11-D
ec -12
25-D ec
-12 20.000.000.000
15.000.000.000 10.000.000.000
5.000.000.000 -
5.000.000.000 10.000.000.000
15.000.000.000 20.000.000.000
Rp. Juta
Proit Loss
VaR upper
VaR lower
mengkombinasikan stressed scenario: i Berdasarkan skenario Bank Indonesia,
dengan potensi kerugian terbesar yang dialami Bank yaitu sebesar Rp285,97
miliar apabila suku bunga meningkat 400 basis point dan kurs Rupiah ter-
apresiasi 20; ii Berdasarkan historical scenario Bank, dengan potensi kerugian
terbesar yang dialami Bank yaitu sebesar Rp234,17 miliar apabila suku
bunga meningkat 31 - 314,5 basis point dan kurs Rupiah ter-apresiasi 30.
MANAjEMEN RISIKO
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags
Sep Oct
Nov Des
Standard Model
Internal Model
120.00 100.00
80.00 60.00
40.00 20.00
Rp. Miliar
PT Bank Mandiri Persero Tbk.
Risiko Pasar – Banking Book
Risiko pasar banking book disebabkan oleh perubahan suku bunga dan nilai
tukar atas aktivitas banking book. Risiko pasar banking book dikelola dengan
mengoptimalkan struktur neraca Bank untuk mendapatkan imbal hasil yang
maksimal sesuai tingkat risiko yang dapat diterima Bank. Pengendalian
risiko pasar banking book dilakukan dengan menetapkan limit - limit yang
mengacu pada ketentuan regulator dan internal yang dimonitor secara
mingguan maupun bulanan oleh Market Risk Management Unit.
Risiko suku bunga banking book timbul akibat pergerakan suku bunga
pasar yang berlawanan dengan posisi atau transaksi yang dimiliki
Bank, yang dapat berpengaruh pada proitabilitas Bank earning perspective
maupun nilai ekonomis modal Bank economic value perspective. Sumber-
sumber risiko suku bunga banking book adalah repricing risk repricing
mismatch antara komponen aset dan kewajiban, basis risk penggunaan
suku bunga acuan yang berbeda, yield curve risk perubahan bentuk
dan slope yield curve, dan option risk pelunasan kredit atau pencairan
deposito sebelum jatuh waktu. Bank menggunakan repricing gap dan
melakukan sensitivity analysis guna memperoleh proyeksi Net Interest
Income NII dan Economic Value of Equity EVE. Berdasarkan hasil simulasi
sensitivity analysis per 31 Desember 2012, dampak kenaikan suku bunga
sebesar 100 bps akan mengakibatkan NII dan Equity Bank turun sebesar
2,74 dan 2,82 untuk 12 bulan kedepan, dari target yang telah
ditetapkan. Risiko nilai tukar timbul akibat
pergerakan nilai tukar pasar yang berlawanan pada saat Bank memiliki
posisi terbuka. Risiko nilai tukar berasal dari transaksi valuta asing dengan
nasabah dan counterparty yang menyebabkan posisi terbuka dalam
valuta asing maupun posisi struktural dalam valuta asing akibat penyertaan
modal. Bank mengelola risiko nilai tukar dengan melakukan pemantauan
dan pengelolaan Posisi Devisa Netto PDN sesuai dengan limit internal dan
regulasi. Per 31 Desember 2012, PDN keseluruhan absolut sebesar 0,76
dari modal.
Untuk mengetahui dampak perubahan suku bunga dan nilai tukar pada kondisi
ekstrim krisis terhadap pendapatan dan modal, Bank melakukan stress
testing risiko pasar banking book secara berkala.
Manajemen Pricing
Bank menerapkan kebijakan pricing produk dana maupun produk
kredit sebagai salah satu strategi memaksimalkan Net Interest Margin
NIM dan sekaligus mendukung Bank menguasai revenue market share
dengan mempertimbangkan kondisi persaingan.
Bank secara konsisten berupaya menerapkan strategi sebagai
market leader dalam hal pricing pendanaan. Namun demikian, dengan
mempertimbangkan kondisi likuiditas dan kebutuhan dana, Bank dapat
ANALISIS SENSITIVITAS SUKU BUNGA
Keterangan Des 2011
Des 2012 NII Sensitivity 100bps, NII 12mo
terhadap target NII 3.07
2.74 EVE Sensitivity 100bps: Equity
1.84 2.82
Earning at Risk Equity 0.40
0.26 Capital at Risk Equity
1.15 1.06
menerapkan strategi agresif lebih besar dari pesaing utama atau defensif sama
atau lebih kecil dari pesaing utama.
Bank menerapkan risk based pricing melalui pemberian suku bunga kredit
yang bervariasi kepada nasabah berdasarkan tingkat risiko kreditnya.
Dalam rangka memitigasi risiko suku bunga, maka suku bunga kredit
disesuaikan dengan suku bunga sumber dana pembiayaan. Selain biaya
dana, suku bunga kredit ditetapkan dengan mempertimbangkan biaya
overhead, premi risiko kredit dan marjin keuntungan Bank dengan
tetap memperhatikan competitiveness dengan pesaing utama. Suku bunga
kredit dapat berupa suku bunga mengambang loating rate atau suku
bunga tetap ixed rate.
Bank mempublikasikan Suku Bunga Dasar Kredit SBDK valuta Rupiah
melalui pengumuman di setiap kantor Bank, website Bank dan setiap triwulan
melalui surat kabar sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.135DPNP tanggal
8 Februari 2011.
3. Pengelolaan Risiko Likuiditas Risiko likuiditas dapat terjadi apabila
Bank tidak mampu menyediakan likuiditas dengan harga wajar yang
akan berdampak kepada proitabilitas dan modal Bank. Likuiditas Bank
dipengaruhi oleh struktur pendanaan, likuiditas aset, kewajiban kepada
counterparty, dan komitmen kredit kepada debitur. Risiko likuiditas Bank
diukur melalui beberapa indikator, antara lain primary reserve ratio rasio
Giro Wajib Minimum dan Kas, secondary reserve cadangan likuiditas, dan loan
to deposit ratio LDR. Pengendalian risiko likuiditas dilakukan dengan
menetapkan limit - limit yang mengacu pada ketentuan regulator maupun
internal.
Per 31 Desember 2012, posisi GWM Primer Rupiah adalah sebesar 8
dari total dana pihak ketiga Rupiah, sedangkan GWM Sekunder Rupiah
adalah sebesar 24,94 dari total dana pihak ketiga Rupiah. Sementara untuk
Valuta Asing, bank memelihara GWM sebesar 8,01 dari total dana pihak
ketiga Valuta Asing. Realisasi GWM Rupiah dan Valuta Asing tersebut telah
memenuhi ketentuan regulasi dan limit internal.
Bank memiliki batasan cadangan likuiditas dalam bentuk limit safety
level, yaitu proyeksi cadangan likuiditas Bank untuk 3 bulan ke depan. Per 31
Desember 2012, cadangan likuiditas berada di atas safety level.
LDR Bank per 31 Desember 2012 sebesar 77.66, memenuhi kriteria
“likuid” dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Kondisi likuiditas Bank
di masa mendatang diproyeksikan melalui metodologi liquidity gap, yang
merupakan maturity mismatch antara komponen-komponen asset dan
liability termasuk of-balance sheet yang disusun ke dalam periode waktu
time bucket berdasarkan contractual maturity ataupun behavioral maturity.
Per 31 Desember 2012, proyeksi likuiditas Bank sampai dengan
12 bulan ke depan berada dalam posisi surplus yang optimal.
Untuk mengetahui dampak perubahan faktor pasar maupun faktor internal
pada kondisi ekstrim krisis terhadap kondisi likuiditas, Bank melakukan
stress testing risiko likuiditas secara berkala. Bank memiliki Liquidity
Contingency Plan LCP yang meliputi strategi pendanaan antara lain
pinjaman pasar uang, repo, pinjaman bilateral, Fx swap, penjualan surat
berharga, maupun strategi pricing. Dalam LCP, penetapan kondisi likuiditas
dan strategi-strategi pendanaan telah mempertimbangkan kondisi internal
dan eksternal.
Dalam rangka mengantisipasi dampak krisis di kawasan Eropa terhadap
kondisi likuiditas dan bisnis Bank baik secara langsung maupun tidak
langsung, Bank telah menetapkan pengaktifan Business Command Center
BCC guna mengelola dan memantau secara intensif kondisi likuiditas dan
Loan to Deposit Ratio LDR valuta asing. Dalam menjalankan fungsinya, BCC
mengelola kecukupan likuiditas dan LDR Valas melalui penyediaan likuiditas
Valas untuk pencairan kredit secara selektif dan memonitor pergerakan
sumber dana Valas secara harian. Dengan demikian cadangan likuiditas
Valas dapat dipertahankan diatas batas minimal cadangan likuiditas
dan batasan LDR. Disamping itu, BCC juga mengkoordinir program
peningkatan sumber dana Valas yang murah dan stabil.
TINJAUAN UNIT-UNIT PENDUKUNG
MANAjEMEN RISIKO
PT Bank Mandiri Persero Tbk.
Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi ekonomi yang
kurang stabil, baik yang disebabkan oleh kondisi krisis di kawasan Eropa
maupun berbagai isu di dalam negeri, BCC juga memonitor indikator-
indikator eksternal diantaranya: nilai tukar USDIDR, Credit Default Swap
CDS 5 tahun Indonesia, Spread antara ROI 5 tahun dibandingkan UST 5
tahun, Index Harga Saham Gabungan IHSG, Suku bunga Rupiah dan USD
interbank, Non Delivery Forward NDF USDIDR 1M serta informasi pasar
yang terkini.
Sejak dilakukan pengaktifan BCC tersebut, cadangan likuiditas Valas
Bank dapat dikendalikan diatas batasan dan realisasi LDR Valas pada
level maksimum 85. 4. Pengelolaan Risiko Operasional
Risiko operasional dapat disebabkan karena ketidakcukupan dan atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya
faktor eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
Pengelolaan risiko operasional yang efektif dapat menekan kerugian akibat
risiko operasional. Kerangka kerja Operational Risk Management ORM
mengacu pada regulasi Bank Indonesia, Basel II dan ketentuan internal Bank
yang berlaku. Pada saat ini, Bank telah memiliki kebijakan manajemen risiko
yang mencakup ORM yaitu Kebijakan Manajemen Risiko Bank Mandiri
KMRBM, dan Standar Prosedur Operasional SPO yang berisi teknis
pengelolaan risiko operasional meliputi aspek governance, prosedur maupun
sistem pelaporan dan perhitungan modal.
Selain itu, dalam rangka mendukung inovasi Bank untuk memenuhi
kebutuhan Nasabah atas produk dan layanan Bank, telah disusun pedoman
mengenai pengelolaan risiko dan langkah-langkah mitigasi pada
Produk atau Aktivitas Baru PAB, yaitu Standar Pedoman Operasional SPO
PAB bertujuan untuk menetapkan standarisasi dalam pengelolaan risiko
PAB secara end to end dan menghasilkan produk atau aktivitas yang handal serta
dapat meningkatkan keuntungan, corporate image, dan kualitas layanan
Bank. Sebagai upaya untuk senantiasa melaksanakan prinsip kehati-hatian dan
penerapan Good Corporate Governance, maka dalam SPO PAB dirumuskan
metodologi assessment terhadap 8 delapan jenis risiko. Hal ini membuat
seluruh produk atau aktivitas baru yang diterbitkan telah memenuhi ketentuan
regulator.
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan pengelolaan
risiko operasional, Bank melakukan hal seperti penyelarasan metodologi
risiko operasional dengan metodologi Risk Based Audit melalui sinkronisasi
risk library; menyediakan media komunikasi dengan Direktur Utama
yang dinamakan “Letter to CEO” sebagai Whistle Blowing System; dan
melakukan implementasi perangkat yang dinamakan Operational Risk
Management Tools ORM Tools. ORM Tools yang dipergunakan untuk
pelaksanaan ORM adalah sebagai berikut :