Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia Ratu Inggris, Elizabeth I memberikan kewenangan kepada

194 di Jawa, seperti Raja Mangkunegara dari Surakarta, yang merasa kecewa dengan pemerintahan Daendels. Dalam waktu singkat seluruh wilayah Jawa jatuh ke tangan Inggris. Melalui Perjanjian Tuntang 18 September 1811 Belanda harus menyerahkan wilayah Indonesia kepada Inggris. Dengan demikian, sejak tahun 1811 Indonesia menjadi jajahan Inggris. Di bawah kendali EIC yang dipimpin Lord Minto di Kalkuta India Thomas Stamford Raffles 1811-1816 dipercayai sebagai gubernur jendral di Indonesia.

2. Perkembangan Kehidupan Masyarakat, Kebudayaan, dan Pemerintahan

a. Perubahan Struktur Sosial

Dalam pemerintahan kolonial selain terjadi pembedaan kedudukan antara penjajah dan yang dijajah, terjadi juga pembedaan kedudukan sosial antara penduduk pribumi dan golongan Indo keturunan campuran serta imigran, khususnya imigran dari daerah Asia Timur seperti Cina, India dan Pakistan. Menurut peraturan tersebut penggolongan penduduk di Indonesia terdiri dari. 1 Golongan Eropa dan yang dipersamakan, yaitu. a Bangsa Belanda dan keturunannya b Bangsa-bangsa Eropa lainnya, misalnya Portugis, Prancis, Inggris dan lainnya c Orang-orang bangsa lain yang bukan bangsa Eropa dan telah masuk golongan Eropa, telah sah diper- samakan dengan mereka yang termasuk golongan Eropa. Golongan ini berada pada kedudukan sosial atas atau lapisan pertama 2 Golongan Timur Asing, adalah orang Cina dan bukan Cina. Golongan yang bukan Cina terdiri atas Arab, India, Pakistan, dan orang-orang datang dari negara Asia lainnya. Golongan ini berada pada kedudukan sosial menengah atau lapisan kedua. 3 Golongan Bumiputera pribumi atau bangsa Indonesia asli inlanders, penduduk dan bangsa Indonesia berada pada kedudukan sosial bawah atau lapisan ketiga.

b. Mobilitas Sosial dan Perluasan Pendidikan

Perkembangan perekonomian dunia di bidang industri, mendorong kolonial Belanda menjadikan Indonesia sebagai sapi perahan untuk kebutuhan industri di Eropa. Gagasan membuka wilayah Indonesia untuk penanaman modal asing sejak tahun 1870 memberikan kesempatan besar bagi perusahaan- 195 perusahaan swasta asing membuka perusahaan-perusahaan di perkebunan, perindustrian, pertambangan, perhubungan, dan perdagangan. Maka era pasca 1870 bisa disebut sistem ekonomi liberal di Indonesia. Kebutuhan tenaga kerja yang meningkat sejalan dengan pembukaan perkebunan dan industri di wilayah Indonesia mendorong pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848, untuk membuka sekolah-sekolah yang khusus untuk mendidik calon-calon pegawai rendahan yang akan dipekerjakan pada perkebunan-perkebunan milik pemerintah kolonial. Sebenarnya sejak abad ke-17 M, di daerah-daerah tertentu telah dibangun sekolah-sekolah oleh pihak VOC. Seperti di Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara, Batavia Jakarta, dan Semarang Jawa Tengah. Sistem pendidikan dalam abad ke-17 dan 18 yang hanya sedikit sekali jumlahnya itu sangat berkaitan dengan penyebaran agama Kristen. Sekolah-sekolah ini dibangun oleh Misi dan Zending. Kemudian pada abad ke-19 mulailah dibangun sekolah-sekolah yang hanya diciptakan untuk masyarakat Eropa di Hindia Belanda terutama di kota-kota besar. Sekolah-sekolah juga dibangun untuk anak-anak priyayi. Pada tahun 1851, didirikan Sekolah Dokter Jawa yang sebenarnya merupakan sekolah untuk mendidik mantri cacar atau kolera sebab kedua penyakit ini sering menjadi wabah di beberapa tempat di Hindia Belanda. Lamanya belajar sekolah itu dua tahun, tetapi sejak tahun 1875 menjadi 6 tahun Sekolah ini kemudian berkembang menjadi STOVIA School Tot Opleiding Voor Inlandsche Artsen pada tahun 1902. Dengan ditingkatkan sistem pendidikannya, maka lulusan STOVIA dianggap sebagai dokter dengan gelar disebut Inlandsche Art. Pada tahun 1914, STOVIA ditingkatkan lagi karena calon- calonnya harus diambil dari lulusan MULO. Tahun 1927, pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Sekolah Tinggi Kedokteran Geneeskudige Hoogeschool yang mengambil lulusan dari AMS dan HBS. Lulusannya memakai gelar Art, dan disamakan dengan lulusan universitas di negeri Belanda. Pada tahun 1892 mulai diadakan pembagian dalam sistem pendidikan yang berbeda-beda dari suatu pulau ke pulau. Pada waktu itu semua sekolah dasar dikelompokkan menjadi dua macam saja, yaitu sebagai berikut.

1. Sekolah Kelas Satu Eerste School, sekolah ini hanya

menampung murid-murid dari golongan priyayi dan hanya didirikan di ibukota keresidenan. Lama pendidikannya lima tahun. Kurikulumnya meliputi: membaca, menulis,