Kerajaan Majapahit IPS Kelas 7 Budi Sanjaya Farida Sarimaya Iyus Andi Nugraha 2010

168 Pasukan Khubilai Khan dari Mongol berjumlah 20.000 prajurit mendarat di pelabuhan Tuban dengan tujuan membalas dendam penghinaan Kertanegara terhadap utusan Khubilai Khan. Raden Wijaya memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang Kediri dengan menggunakan pasukan Khubilai Khan bersama pasukannya. Penyerangan pasukan gabungan ini berhasil menangkap Raja Jayakatwang. Dengan tipu muslihatnya, Raden Wijaya menyerang balik pasukan Mongol itu ke daerah Duha dan Canggu. Akibat serangan tersebut, 3.000 tentara Mongol tewas terbunuh dan sisanya lari meninggalkan Pulau Jawa. Raden Wijaya kemudian menobatkan dirinya sebagai raja pertama Kerajaan Majapahit pada 1215 Saka atau 1293 M, dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Raden Wijaya juga tidak lupa terhadap jasa orang-orang yang telah membantu mendirikan Majapahit, seperti Ranggalawe, Lembu Sora, dan Nambi. Mereka diberikan jabatan tinggi. Ranggalawe menjadi Adipati Tuban, Lembu Sora menjadi patih di Daha, Kediri, dan Nambi sebagai perdana menteri. Namun Ranggalawe dan Lembu Sora tidak puas dengan kedudukan yang diberikan oleh Raden Wijaya. Mereka memberontak kepada Raden Wijaya. Pemberontakan berhasil dipadamkan. Pada tahun 1309, Raden Wijaya meninggal dan diwujudkan dalam bentuk patung Dewa Wisnu dan Dewa Syiwa. Aplikasi Konsep • Tahukah kamu asal mula Kerajaan Majapahit, mengapa dinamakan Majapahit? • Carilah peta dan tunjukkan di manakah letak Kerajaan Majapahit Menurut Prasasti Kudadu, setelah terbunuhnya Raja Kertanegara, menantunya, Raden Wijaya, berhasil menyelamatkan diri ke Madura berkat bantuan lurah desa Kudadu. Di Madura, Raden Wijaya mendapat perlindungan dari Aryawiraraja, Bupati Sumenep. Atas jaminan Aryawiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan mengabdi kepadanya. Sebagai tanda pengampunan dan pengabdian, Raden Wijaya diberi sebidang tanah oleh Jayakatwang di daerah Tarik yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah desa bernama Majapahit. Aplikasi Konsep • Apa tujuan tentara Kubilai Khan menyerang Pulau Jawa? • Jelaskanlah terjadinya pemberontakan Ranggalawe dan Lembu Sora Gambar 6.9 Patung Sri Kertarajasa Jayawardhana Raden Wijaya. Sumber: Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, 2 169 Jayanegara, putra Raden Wijaya kemudian dinobatkan sebagai Raja Majapahit. Dalam masa pemerintahan terjadi serangkai pemberontakan. Seperti pemberontakan Lembu Sora tahun 1311 M, pemberontakan Nambi 1316 M, pemberontakan Semi 1318 M, pemberontakan Kuti 1319 M. Pada pemberontakan Kuti, ibukota Majapahit diduduki oleh pemberontak sehingga raja terpaksa dilarikan ke daerah Bedander di bawah perlindungan pasukan penjaga istana Bhayangkari pimpinan Gajah Mada. Pasukan Gajah Mada kemudian berhasil menumpas pemberontak. Tahun 1328, Jayanegera tewas dibunuh oleh Tanca, seorang tabib istana. Tahta Kerajaan Majapahit diserahkan kepada Tribhuwana- tunggadewi Jayawisnuwardhani 1328 – 1350. Pada masa pemerintahan Tribhuwana juga terjadi pemberontakan, dipimpin oleh Sadeng dan Keta tahun 1331 M. Berkat kecakapan Gajah Mada, pemberontakan dapat ditumpas. Gajah Mada kemudian diangkat menjadi Patih Mangkubumi Perdana Menteri Kerajaan Majapahit. Gajah Mada bersumpah bahwa ia tidak akan menikmati buah palapa amukti palapa sebelum dapat menyatukan seluruh wilayah di Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah Gajah Mada dikenal sebagai Sumpah Palapa. Raja berikutnya adalah Hayam Wuruk 1350-1389, putra dari Tribhuwanatungga dan Kertawardhana. Hayam Wuruk naik tahta menjadi raja Majapahit dengan gelar Rajasanegara. Didampingi oleh Patih Mangkubumi Gajah Mada. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Gajah Mada merupakan salah satu tiang utama Kerajaan Majapahit dalam mencapai kejayaan dan kebesaran. Setelah meninggalnya Hayam Wuruk, terjadi pertikaian antara Bhre Wirabumi, putra Hayam Wuruk dari selirnya diberi kekuasaan di Blambangan, dengan Wikramawardhana yang mengawini putri Hayam Wuruk yaitu Wikramawardhani. Wikramawardhani menyerahkan haknya atas tahta Kerajaan Majapahit kepada suaminya Wikramawardhana 1389-1429. Tentu saja Bhre Wirabhumi merasa berhak atas tahta itu meskipun ia anak dari seorang selir Hayam Wuruk. Terjadilah peperangan antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana. Info Hist ori Hayam Wuruk Keberhasilan Hayam Wuruk mencapai cita-citanya dalam mempersatukan Nusantara disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut: a. Sifat dan kecakapan Gajah Mada b. Susunan pemerintahan yang teratur c. Angkatan perang yang kuat d. Kemajuan perdagangan e. Kemajuan kebudayaan 170 Aplikasi Konsep • Jelaskan apa yang menyebabkan terjadinya Perang Paregreg • Apakah perang itu menjadi salah satu sebab terjadinya keruntuhan Majapahit?

3. Bentuk dan Ciri-ciri Peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia

a. Seni Bangunan

Peninggalan-peninggalan budaya yang berupa seni bangunan antara lain: 1 Candi adalah bangunan yang terbuat dari batu bersusun yang berfungsi sebagai tempat pe- nyimpanan abu jenazah raja. Candi dalam agama Hindu ber- fungsi sebagai pemakaman. Sedangkan dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa. Kata candi berasal dari bahasa Sanskerta,yaitu Candikagerha , yang berarti rumah Candika. Dalam kepercayaan Hindu, Candika adalah salah satu nama dari Dewi Durga atau Dewi Kematian. Bangunan candi bersusun bertingkat terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap. Terdapat perbedaan sangat menonjol candi-candi yang di ada Indonesia. Ada ciri-ciri khas langgam di antara candi yang berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti berikut ini. Gambar 6.10 Seni bangunan ini peninggalan Hindu-Buddha yang ada di Indonesia. Sumber: Dokumentasi Penerbit Perang ini dikenal dengan sebutan Perang Paregreg 1401- 1406. Perang ini berakhir dengan tewasnya Bhre Wirabhumi. Terbunuhnya Bhre Wirabumi menimbulkan benih balas dendam dan pertikaian antarkeluarga raja makin mendalam. Wikramawardhana menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya Suhita tahun 1429-1447. Setelah Suhita berhenti jadi raja, terdapat empat raja Kertawijaya 1447-1451, Rajasa Wardhana 1451-1453, Purwawisesa 1456-1466 dan Singhawikrwamawardhana 1466-1478. 171 Gambar 6.11 Candi berlanggam Jawa Tengah Sumber: Pengantar Sejarah Kebudyaan Indonesia, 2 Tabel 5.1 Ciri Khas langgam Candi Jawa Tengah dan Jawa Timur Perhatikan nama-nama candi berlanggam Jawa Tengah bagian utara dan candi-candi berlanggam Jawa Timur pada tabel berikut. No. Candi-candi berlanggam Jawa Tengah bagian utara dan selatan 1. Candi Gunung Wukir, di dekat Kota Magelang 2. Candi Badut, dekat kota Malang 3. Candi Gedongsongo, sekitar lereng Gunung Unggaran 4. Kelompok Candi Dieng, sekitar dataran tinggi Dieng 5. Candi Kalasan, dekat kota Jogyakarta 6. Candi Borobudur, dekat kota Magelang 7. Candi Mendut, sebelah timur Borobudur 8. Kelompok Candi Pelaosan , sebelah timur 9. Candi Sewu, dekat Prambanan Kelompok Candi Sewu, dekat desa Prambanan, Jogyakarta 10. Kelompok Candi Roro Jonggrang, di desa Prambanan, Jogyakarta No. Candi-candi berlanggam Jawa Timur 1. Komplek Candi Panataran, dekat kota Blitar 2. Candi Kidal, dekat kota Malang 3. Candi Jago, dekat kota Malang 4. Kelompok Candi Muara Takus, dekat Bangkinang, Sumatera Selatan 5. Candi Gunung Tua, dekat kota Padang, Sumbar 6. Candi Bentar, di Pulau Bali 7. Candi Singhasari, dekat kota Malang Tabel 5.2 Tabel Letak Candi Berlanggam Jawa Tengah dan Jawa Timur Gambar 6.12 Candi berlanggam Jawa Timur Sumber: Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, 2 Ciri-ciri candi langgam Jawa Tengah 1. Bentuk bangunannya tambun. 2. Atapnya bertingkat-tingkat. 3. Puncaknya berbentuk ratna atau stupa. 4. Letak candi di tengah halaman. 5. Pada umumnya menghadap ke arah timur. 6. Kebanyakan bahan candi dari batu andesit. batu sungai, 7. Relief timbulnya agak tinggi dan sifatnya naturali. 8. Berhiaskan kala mangkara di atas pintu masuk atau relung. Ciri-ciri candi langgam Jawa Timur 1. Bentuk bangunannya ramping. 2. Atapnya berbentuk piramida jenjang. 3. Puncaknya berbentuk kubus. 4. Letak candi di bagian belakang halaman. 5. Pada umumnya menghadap ke barat. 6. Kebanyakan bahan candi dari bata merah. 7. Relief timbulnya tidak menonjol, bersifat simbolis. 8. Tidak ada hiasan kala mangkara di atas pintu masuk. Sumber: Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2 Sumber: Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2