Apakah lingkungan sekitar rumah singgah mendukung PLK? Bagaimana partisipasi masyarakat dan keluarga dalam PLK?
258
dari dinas sosial propinsi, itu satu team satu kru tapi ada gaji-gaji yang berdua ini dari pemerintah”.
15. Menurut Bapak apakah sarana prasarana sudah sesuai ?
“Ya kalau fasilititas itu, saya rasa kalau di Rumah Singgah ya sudah standar, ada kamar tidur ya beralaskan nggak cuma di lantai gitu, ada tikar
ada kasur, kamar mandi ada sabun, perlengkapan baju ada, kesehatan kita jamin dengan jaminan kesehatan, sekolah kita juga carikan beasiswa.
Kalau
standarisasi secara
umum saya
melihat dimana-mana
Alhamdulillah ya sudah luar biasa ini, ada yang mampu saya lah 24 jam untuk mengawasi mereka, yang lainnya kan nggak ada yang seperti itu.
Bisa lihat nanti kalau Nurma mau main kemana-mana itu , ada yang Rumah Singgahnya itu tutup nanti jam 12, jadi tidak menampung anak
lagi, itu kan ada yang seperti itu, sore udah tutup nanti buka lagi jam 9 itu juga ada. Iya, ndak ditempati, ya seperti itu lah. Ya orang itu macem-
macem lah, tergantung. Kalau untuk pendidikan kita di sini ada buku- buku bacaan, kita juga menyediakan alat tulis untuk siswa, kalau untuk
ketrampilan kita juga punya komputer, mesin jahit itu juga ada, ya mungkin itu aja tapi cukup membantu lah”.
16. Apakah lingkungan sekitar rumah singgah mendukung PLK?
“Kalau lingkungan disekitar ya Alhamdulillah di sini baik, awal-awal saja yang mungkin ada penolakan-penolakan, dikira memang kita tidak bisa
mengatur mereka nanti membuat keonaran dan lain sebagainya”.
17. Bagaimana partisipasi masyarakat dan keluarga dalam PLK?
“Alhamdulillah partisipasi masyarakat itu sangat baik. Karena tanpa mereka mengakui, dilibatkan dalam karang taruna, kemudian TPA,
kemudian dilibatkan acara kerja bakti dan sebagainya, dengan warga itu kan anak kan juga merasa ya ada, dan itu yang sangat diperlukan bagi
mereka, sebenarnya itu. Kalau masih orang itu mengganggap dia anak yang perlu perhatian, itu akan mudah merubah perilaku mereka, mereka
juga dianggap ada, kalau mereka dianggap masih sampah sampai kapan pun ya gak akan kembali. Kalau partisipasi dari pihak keluarga,
kebanyakan dari 100 yang ada secara global itu 70 itu sudah menganggap dia itu hilang, kembali yo syukur, ora yo syukur ilang endok
e siji. Kebanyakan seperti itu. Ya ada keluarga yang pernah kesini, tapi dari segi kemampuan dia untuk memberikan pendidikan, tempat yang
nyaman itu belum bisa, sehingga anak ya di biarkan saja. Ada yang leleh luweh itu juga banyak. Kemarin kita coba reunifikasi Tanya kesana, saya
kerumah dia, kita survey, ternyata ibunya menolak, ibu kandungnya. “ ngopo kowe bali barang mending lunggo meneh aku ra masalah”. Ya
akhirnya dia kan frustasi putus asa menghadapi seperti itu, sudah mendapatkan hal semacam itu dia mendapatkan penolakan oleh keluarga,
259
dia mau kemana, di sini dia sudah besar, terus saatnya untuk dipulangkan, tapi ya akhirnya dia bunuh diri, tapi tertolong lah. Di sini kan kamu sudah
besar, Le, kamu udah gini gini, tapi ternyata nggak tahu kalau ibunya menolak. Tahu-tahu kan kemaren dia gitu, ibunya ya nggak mau
menerima itu. Dikabari tahu, nunggu aja nggak mau, pulang, seperti itu, bahkan ibu kandungnya sendiri lho itu. Ya itu karena faktor
perekonomian, ditinggal suaminya kawin lagi kan, hidupnya sendiri, sudah cerai, sendirian. Ya akhirnya kita bina lagi lah gimana caranya”.
18. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan PLK?