Bagaimana strategi pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah anak jalanan? Apa alasan rumah singgah melepas anak?

287 bendahara hanya satu. kan sebuah lembaga itu ada dua admin, tapi kan harusnya hanya satu, jadi ya saya sekalian merangkap keuangan. Kita tidak bisa ya kayak di sekolahan formal yang ada TU, BK, guru, kita tidak bisa seperti itu. Bisa jadi administrasi itu nanti turun ke lapangan, atau bisa saja Tutor itu nggak harus di sini bisa turun ke lapangan”. 15. Dari mana sumber dana PLK? “Dari Kementerian sosial ada, dari donatur ada,dari BPD itu donatur, dari Amanda brounies kita ada donatur, itu yang rutin. Terus dari Dinas sosial sendiri ada dana operasional, tapi untuk bayar listrik, telfon sudah habis mbak, cuma berapa itu, 12 juta atau berapa itu. Ya kita operasional dari itu. Kalau untuk dari Kemensos lewat rekening, kalau dari DIKPORA itu lewat kantor pos”. 16. Bagaimana partisipasi masyarakat atau pun keluarga dalam pelaksanaan PLK anak jalanan ? “biasanya kan untuk pertolongan atau apa” 17. Bagaimana peran serta Dinas terkait? “Kalau dari Dinas kadang kasih pelatihan ketrampilan, life skill, pelatihan, mungkin dengan dinas sosial, dengan BLK, nanti pelatihannya ke kerja itu. Disana nggak ngapa-ngapain, nggak ada apa-apa. Biasanya kalau ada anak yang menghubungi, buk aku kegaruk, ya kalau masih anak-anak kita kesana nanti kita bawa kesini. Kadang kita penajngkauan dengan Dinas Sosial, dengan Polda, dengan temen-temen yang care Rumah Singgah gitu kaya Hafara, dengan LPA, dengan Diponegoro, dengan Ahmad Dahlan, kita penjangkauan sampai alun-alun, nanti ploting areanya mana, nanti titik-titik merah anak-anak suka ngumpul gitu sudah ada jadwalnya. Walaupun kadang nanti penjangkauannya blong mbak, cuma dapet orang dewasa anaknya nggak ada. Cuma ya kalau orang dewasa sih itu mbak faktor mental mbak, kadang mereka lebih suka dimiskinkan, karena mereka nanti bisa mendapat banyak bantuan. 18. Bagaimana strategi pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah anak jalanan? “Mungkin salah satu ya cara kita melakukan pendekatan dengan anak itu ya pakai bahasa jawa itu mbak, mungkin dengan bahasa jawa yang halus kan kayak kita nanya sama mereka, meraka kan jadi merasa dihargai, jadi lama kelamaan mereka jadi merasa dekat dan bahasa yang mereka gunakan kan lama-lama juga mengikuti jadi halus. Kaya Nr sama Ev ini dulu pertama datang kesini bahasanya wah ya gitu mbak, tapi sekarang sudah bisa halus. 19. Apa alasan rumah singgah melepas anak? “Alasan melepas anak : kalau standarnya kan 20 tahun untuk kategori anak ya, tapi kan kalau dari kesehatan itu dibawah 21 tahun, 24 tahun itu masih 288 bisa, tapi kita endak mengadopsi itu, kita pakai yang 21 tahun. anak sudah menikah, anak sudah kerja, kembali kepada keluarga, anak sudah niat untuk pergi. Alasannya karena kepentingan anak, tapi kan satu anak dengan anak yang lain kan beda kasus yang dihadapi beda penyelesaiannya ya, intinya kita melepas anak tergantung kasus yang dihadapi. Kayak misalnya kita kadang melepaskan anak karena tidak sengaja, atau terpaksa itu tergantung. Jadi bisa jadi contohnya kayak si A, kita harus melespakan dia karena harus sekolah, kita terpaksa melepas dibawah perlindungan panti, tapi kan itu juga demi kebaikan anak. Jadi ada yang terminasi , memang kita pulangkan karena sudah ketemu dengan kelaurganya dan kelaurganya mau menerima. Kita lepas lagi karena anak sudah kerja, kita lepaskan juga nggak mungkin dia terus di sini. Atau anak memang sudah berniat untuk pergi dari rumah singgah. Terpaksanya ya mungkin karena pernikahan kecelakaan, masih anak, tapi terpaksa kita lepas. Cuman untuk adopsi kita tidak akan melepaskan anak, karena kita memang bukan lembaga yang bisa untuk mengadopsi anak, kita juga nggak akan gegabah melepaskan anak. Kalau kita tidak tau latar belakang orang mending anak ini kita titipkan ke panti. Tapi kalau mereka belum siap dilepas tapi umurnya sudah diatas 21 tahun, kita masih bisa menerima, tapi dalam artian bukan sebagai anak ya. Eh mereka justru punya kelebihan, itu mereka juga kami tarik sebagai relawan, sebagai leader, justru mereka lebih menghayati karena mereka pernah mengalami, berbeda dengan temen-temen relawan yang gelarnya S. Sos itu, ibaratnya mereka sudah mateng baru turun ke lapangan. Justru mereka ini malah sudah mateng dari dulu tau lebih dalam masalah ini. Ini ada dua mantan binaan kita yang bekerja di sini, sebagai relawan juga”. 20. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan PLK anak jalanan ? “Banyak anak yang semangat untuk belajar. Terus rasa kekeluargaan yang ada ini, kita sering makan bareng, ilang-ilang sebentar saja dicari ya sekedar ditanyain lah, anak-anak bisa terima kita walaupun kita cerewet. Tapi memang sebenarnya bukan tempatnya mereka kita cerewetin, tapi memang ada kalanya mereka harus kita cerewetin. Susahnya kalau misalnya kita dikeluhi mbak, kita nggak bisa ngapa-ngapain. Misalnya dari segi mareti ya, buk butuh gini gini gini, rasanya itu pengen ngasih tapi kan kadang kita sendiri juga tidak punya. Terus kalau ada anak yang pulang, padahal kan program kita kan renivikasi. Beasiswa kadang nggak langsung turun, harus triwulan seperti itu. Kita kesulitannya untuk SPP, kita kan nggak ada KMS, jadi kadang anak yang sekolah di sekolah umum termasuk anak yang tidak pernah KMS, padahal anak yang tidak ada KMS kan tidak dapat bantuan, nah anak yang tidak KMS ini dihitung sama. Kita 289 mengupayakannya ya kita minta perpanjangan waktu dari sekolah untuk melunasi.Dari DIKPORA ada beasiswa, tapi kan turunnya tidak tentu mbak. Lagian cuma dijatah cuma 20 anak, kadang kan yang butuh lebih dari itu. Ya dapat bantuan dari Kemensos, dari mana kita pilah-pilah. Walaupun mesti nanti harus dengan MoU. Kadang sulitnya gini mbak, kalau misalnya Dinas kan mintanya dibawah umur 18 tahun, padahal kan kita juga menggunakan yang 21 tahun. Umur 21 tahun apa mereka sudah bisa mandiri.? Anak-anak rumahan yang normal apa umur 21 tahun sudah bisa mandiri? Sedangkan anak-anak kita 18 tahun harus disuruh lepas. Padahal ada anak kami umur 18 tahun baru SMA, dia tidak dapat beasiswa, beasiswa itu nggak boleh padahal kalau SMK itu kan mahal sedangkan ibunya cuma mulung gitu. Kalau terbentur usia mereka tidak dapat bantuan, makanya ini gimana caranya kita menyarikan untuk wirausaha, kita nggak buat anak, tapi mantan anak-anak binaan kita. Pemerintah kan mintanya cari anak yang dibawah usia 18 untuk dikasih pelatihan terus disiapkan untuk kerja, padahal secara mental mereka tidak kuat baru dilatih 2 hari sudah ngeblank, bablas mbak, ilang. Padahal kan usia segitu baru enak-enaknya, dalam arti ya enak-enaknya keinginan kita kan gede, sehari masih bisa dipegang, dua hari kalau tidak di tenggok ilang mereka. Terpaksa di reshuffle.” 290

5. 1. Wawancara Anak Jalanan Binaan Rumah Singgah Anak Mandiri