Dimana pelaksanaan pembelajaran anjal? Kurikulum apa yang digunakan PLK anak jalanan ? Materi pelajaran apa saja yang biasanya diberikan? Model pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan anjal? Bagaimana alokasi waktu pembelajaran?

263 jalanan tidak bisa dipaksa untuk melaksanakan wajar 9 tahun. Jadi kita ikuti alur tapi dengan norma-norma tertentu, ketika anak nggak mau sekolah ya sama aja, mereka gak sekolah, bolos, jadi ada tahap assessment pelacakan awal, studi kasus, prosesnya lama”. 7. Apakah perekrutan anak jalanan melibatkan dinas? “Dari rumah singgah sendiri. Ya saya disini juga memberikan sedikit berbagi ilmu pada mereka, bagaimana cara menidentifikasi anak, bagaimana cara mengali informasi yang banyak, biar anak-anak bisa deket, kemudian manajemen kasusnya. Jadi kita antara pekerja sosial lebih banyak sharing, karena dari latar belakang pendidikan mereka hanya SMA semua, jadi gak tau kearah kesitunya. Pihak dinas tidak ikut andil, hanya dari rumah singgah sendiri. Biasanya ada wilayah masing-masing, kalau kaya Ahmad Dahlan kita punya wilayah di altar, alkid, kopi jos, pakualaman, janti, jadi ada semacam area-area tertentu jadi kita nanti tingkat penjangkauan. Kita jangkau di jalan, anak-anak yang bermobilitas disana itu semua kita dekati, kita kasih pengarahan- pengarahan, lambat laun kalo mau kita tarik kesini, kasih pendidikan, dari independent pure dari rumah singgah, baru ketika mau tindak lanjut rumah singgah nanti koordinasi dengan kita dari kementerian nanti akan dibantu dari segi apa yang memang perlu kita bantu. Dinas tidak ada tim khusus untuk menjangkau anak jalanan, jadi kita hanya menghimbau, yang menjangkau langsung dari lembaga masing-masing LSM masing-masing, karena terus terang yang lebih tau LSM, kalau kaya kita kan lebih taunya dibelakang meja, yang lebih tau lapangan kan LSM masing-masing. Jadi kalau kita mau buat kebijakan-kebijakan kurang etis lah, orang kita gak tau. Kita hanya tau secara teotitik, secara praktiknya LSM lebih memahami. 8. Berapa jumlah peserta didik di Rumah Singgah ini? “Tidak dapat dipastikan, karena datang dan pergi, tapi antara 8-15 anak itu pasti, kadang 9, kadang 10, kadang 11. Gak mesti. Kadang dia datang terus pergi ke semarang, terus pulang kesini, tapi minimal 8 lah tapi tidak bisa dipastikan. Tapi maksimalnya 20, karena rumah singgah ini ada kapasitas maksimal, kapasitas maksimalnya 20 tapi kalo Ahmad Dahlan ini ya gak mesti jumlahnya”. 9. Dimana pelaksanaan pembelajaran anjal? “Kalau pembelajaran kebanyakan di sini, tapi nanti kalau seumpama da pelatihan di luar ya kita mengikuti, tapi memang kebanyakan proses pembelajaran dilakukan di rumah singgah”. 10. Kurikulum apa yang digunakan PLK anak jalanan ? “Ndak bisa kita paksa, yang jelas kita ada kegiatan rutin malam sabtu, belajar ngaji. Ngaji pun ndak bisa kita jadwal, ketika kondisinya tidak 264 memungkinkan kita sharing tentang agama, belajar baca iqro’ baca surat pendek, jadi ndak bisa kita jadwalkan yang pasti. Kemudian kalo selasa sore ada bahasa inggris. 11. Materi pelajaran apa saja yang biasanya diberikan? “Kita ada ngaji setiap hari jum’at, selasa sore kita ada bahasa inggris. Tapi nanti selain ini masih banyak sekali, fleksibel. Jadi volunteer- volunteer mau mengadakan pelatihan sablon, nanti koordinasi dengan sini kita jadwalkan hari apa berapa kali pertemuan. Bertempat di rumah singgah, banyaklah”. 12. Model pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan anjal? “Kalau di sini kita lebih ke sharing, jadi seperti yang saya katakan tadi ketika kondisinya tidak memungkinkan untuk belajar ya kita sharing. 13. Bagaimana alokasi waktu pembelajaran? “Kalau untuk pembelajaran sendiri biasanya dilakukan sore hari, karena kebetulan kan ini anak-anak biasanya kalau pagi ada yang pergi, terus untuk pengajarnya kan kita banyak volunteer-volunteer mahasiswa, jadi mereka pagi juga punya kesibukan sendiri, jadi memang bisanya sore. 14. Evaluasi seperti apa yang digunakan untuk melakukan penilaian keberhasilan pendidikan anjal ? “Evaluasi pendidikan, kebetulan di sini lebih mengukur ke sikap, karena kan anak jalanan itu yang pertama kali kita tangani bukan bagaimana dia bisa maju masa depan dia, tapi merubah mindset dia dulu lah, mindset dia dari negatif ke positif, ketika mindset perilaku dia udah berubah kearah positif enak nanti kita arahkan. Mindset mereka kan merasa diri mereka termarjinalkan, tidak berharga, tidak berpotensi, nah itu yang akan kita rubah. Mindset dan perilaku mereka ketika bisa kita ubah menjadi perilaku yang positif baru bisa kita arahkan ke pada yang lebih positif lagi, kearah ketrampilan, sekolah. Ada yang sekolah formal. Susah untuk sekolah formal tepat waktu, karena mereka sudah bebas tanpa norma, jadi yang kita lakukan merubah mindset dan perilaku itu yang paling utama ketika kita menyentuh anak jalanan. Kalau kita dengan beberapa norma yang pasti mereka akan memberontak dan kita kewalahan”. 15. Berapa anak yang berhasil melanjutkan pendidikan lebih tinggi ?