Berapa anak yang berhasil melanjutkan pendidikan lebih tinggi ? Darimana sumber pendanaan untuk pendidikan anak jalanan ? Menurut Bapak apakah sarana prasarana untuk ini sudah sesuai?

264 memungkinkan kita sharing tentang agama, belajar baca iqro’ baca surat pendek, jadi ndak bisa kita jadwalkan yang pasti. Kemudian kalo selasa sore ada bahasa inggris. 11. Materi pelajaran apa saja yang biasanya diberikan? “Kita ada ngaji setiap hari jum’at, selasa sore kita ada bahasa inggris. Tapi nanti selain ini masih banyak sekali, fleksibel. Jadi volunteer- volunteer mau mengadakan pelatihan sablon, nanti koordinasi dengan sini kita jadwalkan hari apa berapa kali pertemuan. Bertempat di rumah singgah, banyaklah”. 12. Model pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan anjal? “Kalau di sini kita lebih ke sharing, jadi seperti yang saya katakan tadi ketika kondisinya tidak memungkinkan untuk belajar ya kita sharing. 13. Bagaimana alokasi waktu pembelajaran? “Kalau untuk pembelajaran sendiri biasanya dilakukan sore hari, karena kebetulan kan ini anak-anak biasanya kalau pagi ada yang pergi, terus untuk pengajarnya kan kita banyak volunteer-volunteer mahasiswa, jadi mereka pagi juga punya kesibukan sendiri, jadi memang bisanya sore. 14. Evaluasi seperti apa yang digunakan untuk melakukan penilaian keberhasilan pendidikan anjal ? “Evaluasi pendidikan, kebetulan di sini lebih mengukur ke sikap, karena kan anak jalanan itu yang pertama kali kita tangani bukan bagaimana dia bisa maju masa depan dia, tapi merubah mindset dia dulu lah, mindset dia dari negatif ke positif, ketika mindset perilaku dia udah berubah kearah positif enak nanti kita arahkan. Mindset mereka kan merasa diri mereka termarjinalkan, tidak berharga, tidak berpotensi, nah itu yang akan kita rubah. Mindset dan perilaku mereka ketika bisa kita ubah menjadi perilaku yang positif baru bisa kita arahkan ke pada yang lebih positif lagi, kearah ketrampilan, sekolah. Ada yang sekolah formal. Susah untuk sekolah formal tepat waktu, karena mereka sudah bebas tanpa norma, jadi yang kita lakukan merubah mindset dan perilaku itu yang paling utama ketika kita menyentuh anak jalanan. Kalau kita dengan beberapa norma yang pasti mereka akan memberontak dan kita kewalahan”. 15. Berapa anak yang berhasil melanjutkan pendidikan lebih tinggi ? “Belum ada mbak, ya paling mereka sekolah sampai SMA, kalau untuk ke perguruan tinggi belom. Karena memang susah mereka untuk mengikuti peraturan yang ada di sekolah, ya seperti yang saya utarakan tadi mereka sudah bebas tanpa norma”. 16. Darimana sumber pendanaan untuk pendidikan anak jalanan ? “Dari dinas ada, beberapa rupiah ada, dari lembaga sendiri jg mempunyai. Lembaga sendiri sudah mempunyai donatur-donatur yang 265 sudah pasti setiap bulannya, kemudian untuk dibantu oleh dinas dari kementerian, jadi saling berkesinambungan, saling melengkapi, mana yang kurang nanti yang dilengkapi”. 17. Menurut Bapak apakah sarana prasarana untuk ini sudah sesuai? “Kalau untuk standar anak jalanan sudah, misalnya tempat tinggal anak jalanan ndak bisa kita sekat kamar-kamar, karena pertama mereka riskan sekali dengan seks bebas, tapi kalau kita melihat dari kacamata kesehatan tidak, masih jauh dari standar, tapi ketika melihat dari pergaulan dan dampak dari pergaulan anak jalanan yang memang harus seperti ini. Banyak kasus sodomi, obat-obatan, minuman keras, kalau seperti ini kan terkontrol, kalau kita buatkan kamar per kamar kayak panti asuhan itu kan kita nanti kewalahan, mereka akan pintar menyimpan barang-barang yang dilarang. Harusnya seperti ini, kamar mandi juga harusnya satu aja, ndak usah banyak-banyak untuk kasitas 20 orang karena riskan”. 18. Menurut BapakIbu, apakah lingkungan sekitar Rumah singgah mendukung dalam pelaksanaan pendidikan anak jalanan? “Yang jelas masyarakat sudah welcome, sudah tidak ada penolakan lagi ndak seperti awal-awal berdiri kan banyak yang menolak, ketika anak- anak dating dengan bertato, rambutnya disemir, tanpa mempunyai etika kan masyarakat menolak. 19. Bagaimana partisipasi masyarakat dan keluarga dalam PLK?