TKI Bekerja Di Luar Negeri Lebih Dari 183 Hari

69 | P a g e Dari kasus di atas Tn Amir walaupun sudah memiliki NPWP karena bekerja di luar negeri selama lebih dari 183 hari maka status subjek pajak Tn Amir adalah subjek pajak luar negeri. Sehingga atas penghasilan berupa gaji yang telah dikenakan pajak di Singapura tersebut tidak akan dikenakan pajak di Indonesia. Tn Rahmat seorang penduduk Indonesia telah terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Pratama Sleman. Pada suatu waktu Tn Rahmat menandatangani kontrak untuk bekerja pada SAWIT PERMAI Sdn Bhd sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Malaysia. Di dalam kontrak disepakati bahwa Tn Rahmat bekerja di Malaysia selama 2 tahun dengan mendapat gaji dari SAWIT PERMAI Sdn Bhd Rp 40.000.000bulan. Atas gaji tersebut telah dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan pajak penghasilan yang berlaku di Malaysia. Dalam kenyataannya Tn Rahmat berada di Malaysia selama 300 hari tiap tahunnya, sisanya pulang ke Indonesia ketika mengambil cuti dan liburan. Selama bekerja di Malaysia rumah Tn Rahmat yang terletak di Jl Sudirman No. 1 Sleman disewakan dengan penghasilan sewa sebesar Rp 50.000.000 Atas penghasilan gaji Tn Rahmat tidak akan dikenakan pajak di Indonesia, karena Tn Rahmat berada di Indonesia kurang dari 183 hari status wajib pajak luar negeri, tapi karena Tn Rahmat memperoleh penghasilan dari Indonesia maka atas penghasilan yang diperoleh dari Indonesia berupa penghasilan sewa rumah dikenai Pajak Penghasilan sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia. Mengingat berstatus sebagai subjek pajak luar negeri, maka atas penghasilan berupa sewa rumah akan dikenakan sesuai pasal 26 UU PPh yaitu tarif 20 atau tarif sesuai P3B Untuk kepentingan administrasi perpajakan Tenaga Kerja Indonesia yang sebelumnya sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak orang pribadi di Indonesia dan memiliki NPWP berdasarkan SE - 89PJ2009 dapat dinyatakan sebagai Wajib Pajak Non Efektif. Wajib Pajak Non Efektif WP NE adalah Wajib Pajak yang tidak melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya baik berupa pembayaran maupun penyampaian Surat Pemberitahuan Masa SPT Masa danatau Surat Pemberitahuan Tahunan SPT Tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yang nantinya dapat diaktifkan kembali. Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tersebut mengajukan permohonan sebagai WP NE ke KPP, dengan melampirkan: fotokopi paspor dan kontrak kerja 70 | P a g e atau dokumen yang menyatakan bahwa Wajib Pajak berada di luar negeri lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan. Permohonan perubahan status WP NE akan diselesaikan dalam jangka waktu 10 sepuluh hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. Bagi Wajib Pajak yang telah mendapatkan label “NE” tetap tercantum dalam Master File Wajib Pajak dengan ketentuan sebagai berikut: a. tidak diterbitkan Surat Teguran sekalipun Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Masa atau SPT Tahunan; b. tidak turut diawasi pembayaran masabulanannya dan tidak diterbitkan STP atas sanksi administrasi karena tidak menyampaikan SPT; Apabila TKI suatu saat tidak lagi bekerja di luar negeri dan kembali ke Indonesia maka dapat mengajukan permohonan untuk diaktifkan kembali dan berubah status menjadi Wajib Pajak efektif.

B. TKI Bekerja Di Luar Negeri Tidak Lebih Dari 183 Hari

Dalam hal tenaga kerja Indonesia bekerja di luar negeri kurang dari 183 hari, maka statusnya masih sebagai wajib pajak dalam negeri. Kewajiban perpajakannya akan sama dengan wajib pajak orang pribadi dalam negeri lainnya. Wajib pajak tersebut akan dikenakan pajak menggunakan prinsip world wide income, yaitu dikenakan pajak di Indonesia baik atas penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri maupun di luar negeri. Atas penghasilan yang dibayar, dipotong atau terutang di luar negeri sesuai dengan pasal 24 UU PPh dapat dikreditkan di Indonesia. Contoh : Tn Arman K1 seorang penduduk Indonesia telah terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Pratama Cimahi. Selama bulan Januari sampai dengan September 2010 Tn Arman bekerja pada PT INDOGARMEN sebuah perusahaan yang berkedudukan di Indonesia. Gaji yang diterima dari PT INDOGARMEN selama tahun 2010 sebesar Rp 100.000.000 dengan dipotong PPh pasal 21 sebesar Rp 10.000.000. Sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2010 Tn Arman pindah bekerja di luar negeri, yaitu pada LIEKONG Ltd sebuah perusahaan yang berkedudukan di Hongkong. Gaji yang diterima dari LIEKONG Ltd selama tahun 2010 sebesar Rp 60.000.000 dengan dipotong pajak Rp 5.000.000 71 | P a g e Dalam kasus di atas Tn Arman berada di luar negeri selama 3 bulan atau kurang dari 183 hari sehingga Tn Arman masih berstatus sebagai wajib pajak dalam negeri. Maka baik penghasilan yang diterima dari Indonesia maupun dari Hongkong semuanya anak dikenakan pajak di Indonesia. Atas pajak yang dibayar atau dipotong di Hongkong dapat dikreditkan di Indonesia. Penghitungannya sebagai berikut : - Penghasilan dari dalam negeri 100.000.000 - Penghasilan dari luar negeri 60.000.000 Jumlah penghasilan 160.000.000 Penghasilan Tidak Kena Pajak - diri WP 15.840.000 - status kawin 1.320.000 - tanggungan 1.320.000 Jumlah PTKP K1 18.480.000 Penghasilan Kena Pajak 141.520.000 PPh Terutang 5 x 50.000.000 2.500.000 15 x 91.520.000 13.728.000 Jumlah PPh Terutang 16.228.000 Kredit Pajak - PPh Pasal 21 10.000.000 - PPh Pasal 24 5.000.000 Jumlah kredit pajak 15.000.000 PPh Kurang Bayar 1.228.000 Dari penghitungan tersebut maka Tn Arman pada akhir tahun pajak akan punya kewajiban menyetor PPh kurang bayar PPh pasal 29 sebesar Rp 1.228.000. Atas pemenuhan kewajiban tersebut Tn Arman harus melaporkannya dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi