43 | P a g e
Contoh PT ABC sebuah melakukan ekspor sejumlah garmen ke XYZ Inc sebuah
perusahaan yang berkedudukan di Amerika senilai USD 100,000.00 tanggal 11 Mei 2010 saat nilai kurs transaksi USD1.00 sama dengan Rp 9.073. Pelunasan
pembayaran baru diterima PT ABC tanggal 3 Juni 2010 saat nilai kurs transaksi USD1.00 sama dengan Rp 9.190
Penghitungan keuntungan kerugian selisih kurs sebagai berikut : 3 Juni 2010
tanggal penyelesaian 100,000 x 9.190
= Rp 919.000.000 11 Mei 2010 tanggal transaksi
100,000 x 9.073 = Rp 907.300.000
Keuntungan selisih kurs = Rp 11.700.000
PSAK juga menyatakan bahwa pada setiap tanggal neraca pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah
dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank
Indonesia sebagai indikator yang obyektif. Dalam prakteknya akuntan publik akan menggunakan kurs tengah BI karena lebih objektif dan dapat memberikan nilai
komparabilitas dalam laporan keuangan. Contoh
PT ABC sebuah melakukan ekspor sejumlah garmen ke XYZ Inc sebuah perusahaan yang berkedudukan di Amerika senilai USD 100,000.00 tanggal 23
Desember 2009 saat nilai kurs transaksi USD1.00 sama dengan Rp 9.505,00. Pelunasan pembayaran baru diterima PT ABC tanggal 5 Januari 2010 saat nilai kurs
transaksi USD1.00 sama dengan Rp 9.308,00 Diketahui Kurs Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember 2009 sebagai berikut :
Kurs beli Rp 9.447,00 untuk dolar Amerika Serikat USD 1.00
Kurs jual Rp 9.353,00 untuk dolar Amerika Serikat USD 1.00
Dalam kasus ini pada tanggal neraca yaitu 31 Desember 2009 nilai piutang PT ABC atas penjualan ekspor dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah
dengan menggunakan kurs tengah bank Indonesia. Kurs tengah BI pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar 9.400,00 yaitu 9.447,00 + 9.353,00 : 2. Dengan demikian
pada tanggal 31 Desember 2009 akan diakui keuntungan kerugian selisih kurs mata uang asing dengan penghitungan sebagai berikut :
44 | P a g e
31 Desember 2009 tanggal neraca
100,000 x 9.400 = Rp 940.000.000
23 Desember 2009 tanggal transaksi
100,000 x 9.505 = Rp 950.500.000
Kerugian selisih kurs =Rp 10.500.000
Kerugian ini menjadi bebanpengurang penghasilan dalam penghitungan PPh tahun 2009
Pada tanggal 5 Januari 2010 saat pelunasan akan diakui keuntungan kerugian selisih kurs mata uang asing dengan penghitungan sebagai berikut :
5 Januari 2010 tanggal penyelesaian100,000 x 9.308
= Rp 930.800.000 31 Desember 2009
tanggal neraca 100,000 x 9.400
= Rp 940.000.000 Kerugian selisih kurs
= Rp 9.200.000 Kerugian ini menjadi bebanpengurang penghasilan dalam penghitungan PPh tahun
2010.
C. Pembukuan Dengan Mata Uang Asing
Wajib Pajak tertentu yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 196PMK.032007 jo. PER-11 PI2010 diizinkan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat. Para Wajib Pajak tertentu tersebut adalah :
a. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan Penanaman Modal
Asing; b. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan
kontrak dengan Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan selain
pertambangan minyak dan gas bumi; c. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
d. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 5 Undang- Undang PPh atau sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda P3B terkait; e. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun
seluruhnya di bursa efek luar negeri;
45 | P a g e
f. Kontrak Investasi Kolektif KIK yang menerbitkan reksadana dalam denominasi satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh
Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan pasar modal;atau g. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar
negeri, yaitu perusahaan anak subsidiary company yang dimiliki danatau dikuasai oleh perusahaan induk parent company di luar negeri yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 4 huruf a dan huruf b Undang-Undang PPh.
Sebelum diterbitkannya PMK Nomor: 196PMK.032007, pembayaran PPh Pasal 25 dan Pasal 29 serta PPh Final yang dibayarkan sendiri oleh Wajib Pajak
yang telah mendapatkan izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar AS wajib dilakukan dalam perhitungan mata uang Dollar AS.
Ketentuan ini disebutkan dalam Keputusan Dirjen Pajak dan Dirjen Anggaran Nomor KEP-306PJ.1999.
Setelah diterbitkannya
Peraturan Menteri
Keuangan Nomor:
196PMK.032007 tepatnya dalam Pasal 7 ayat 2 Peraturan Menteri Keuangan ini, ditegaskan bahwa pembayaran PPh Pasal 25 dan Pasal 29 serta PPh Final yang
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak yang memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan mata uang Dollar AS dapat dilakukan dalam
satuan mata uang Rupiah. Pembayaran PPh dalam mata uang Dollar AS ini dilakukan dengan cara mentransfer sejumlah PPh terutang dari bank Wajib Pajak di
luar negeri atau bank devisa ke rekening giro kas negara di Bank Indonesia Nomor: 600.500411. Bukti transfer tersebut kemudian disatukan dengan SSP lembar ke-1
untuk arsip Wajib Pajak, sedangkan fotokopi bukti transfer disatukan dengan Surat Setoran Pajak SSP lembar ke-3 untuk dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak KPP
sesuai dengan ketentuan pelaporan. Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat oleh Wajib Pajak harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan, kecuali bagi Wajib Pajak dalam rangka
Kontrak Karya atau Wajib Pajak dalam rangka Kontraktor Kontrak Kerja Sama. Izin