8 | P a g e
UU PPh tidak melihat status subjek pajak orang pribadi berdasarkan kewarganegaraan, namun lebih pada faktor :
a. tempat tinggal, b. berapa lama berada di Indonesia dan
c. adanya niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Apakah seseorang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
ditimbang menurut keadaan. Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari tidaklah harus berturut-turut, tetapi ditentukan oleh
jumlah hari orang tersebut berada di Indonesia dalam jangka waktu 12 dua belas bulan sejak kedatangannya di Indonesia.
Dari contoh kasus di atas dapat diketahui bahwa : a dengan menandatangani kontak kerja menunjukkan Mr John punya niat untuk
berada di Indonesia b Mr John secara fisik berada di Indonesia selama 300 hari tahun atau lebih
dari 183 hari dalam satu tahunnya Dengan demikian menurut ketentuan UU PPh Mr John akan dianggap sebagai
Subjek Pajak Dalam Negeri. Untuk wajib pajak badan dalam negeri penentuan domisili fiskal dilihat dari
tempat didirikan atau bertempat kedudukan badan tersebut. Pengertian didirikan di Indonesia adalah dasar hukum pendirian badan tersebut menggunakan hukum
Indonesia dan kemudian didaftarkan di Indonesia. Contohnya untuk mendirikan perseroan terbatas menggunakan dasar hukum UU nomor 40 Tahun 2007 dan
ketentuan lain terkait dengan pendirian perseroan terbatas di Indonesia. Kemudian di daftarkan untuk mendapatkan pengesahan dari kehakiman. Pengertian tempat
kedudukan adalah tempat kedudukan manajemen efektif effective management berada. Tempat manajemen efektif bisa diartikan di mana biasanya keputusan-
keputusan penting manajemen diambil. Dengan kata lain tempat kedudukan manajemen biasa diartikan sebagai dimana kantor pusat wajib pajak badan terletak.
Wajib pajak dalam negeri baik orang pribadi maupun badan sesuai dengan pasal 4 ayat 1 UU PPh akan dikenakan pajak atas baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia. Dengan kata lain wajib pajak dikenakan pajak menggunakan prinsip world wide income.
9 | P a g e
C. Subjek Pajak Luar Negeri
Subjek pajak luar negeri adalah : 1. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan
2. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam
jangka waktu 12 dua belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Subjek pajak luar negeri baik orang pribadi maupun badan sekaligus menjadi Wajib Pajak karena menerima danatau memperoleh penghasilan yang bersumber
dari Indonesia atau menerima danatau memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
Contoh : Mr Bill seorang warga negara asing WNA yang mempunyai keahlian dalam bidang
geoseismik. Mr Bill bekerja pada sebuah perusahaan pertambangan yang sedang dalam tahap eksplorasi di kawasan Indonesia Timur. Pekerjaan tersebut
mengaruskan Mr Bill untuk melakukan kunjungan ke lokasi penambangan beberapa kali dalam satu tahun. Mr Bill berada di Indonesia selama 120 hari dalam setiap
tahunnya. Bagaimana status subjek pajak Mr John menurut UU PPh? Dalam kasus ini, Mr Smith berada di Indonesia selama 120 hari atau kurang dari 183 hari,
sehingga status subjek pajak untuk Mr Smith adalah subjek pajak luar negeri. Wajib pajak luar negeri hanya akan dikenakan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh bersumber dari Indonesia saja. Pasal 26 UU PPh mengatur bahwa atas penghasilan wajib pajak luar negeri, dengan nama dan dalam bentuk
apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
10 | P a g e
kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 20 dua puluh persen dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib
membayarkan. Adapun penghasilan wajib pajak luar negeri yang menjadi objek pemotongan PPh pasal 26 adalah:
a. dividen; b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang; c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya; g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; danatau
h. keuntungan karena pembebasan utang. Sesuai dengan ketentuan ini, misalnya suatu badan subjek pajak dalam
negeri membayarkan royalti sebesar Rp 100.000.000 kepada Wajib Pajak luar negeri, subjek pajak dalam negeri tersebut berkewajiban untuk memotong Pajak
Penghasilan sebesar 20 dari Rp 100.000.000,00 atau Rp 20.000.000 . Sebagai contoh lain, seorang atlet dari luar negeri yang ikut mengambil bagian dalam
perlombaan lari maraton di Indonesia kemudian merebut hadiah uang maka atas hadiah tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan sebesar 20.
Selain itu, PPh pasal 26 juga dikenakan penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat 2, dan
penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, dan premi asuransi
yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri. Besarnya PPh pasal 26 yang dipotong adalah 20 dua puluh persen dari perkiraan penghasilan neto.
D. Perbedaan Subjek Pajak Dalam Negeri Dan Luar Negeri