Latar Belakang Pajak Internasional

2 | P a g e negeri Surahmat, 2001. Untuk memberikan gambaran, berikut ini adalah beberapa asas pemajakan yang dikemukakan oleh Prof Rochmat Sumintro a. Asas domisili. Berdasarkan asas domisili subjek pajak dikenakan pajak di negara tempat subjek pajak tersebut berdomisili. Umumnya negara ini menerapkan prinsip world wide income, yaitu penghasilan akan dikenakan pajak di negara domisili baik yang diperoleh dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Indonesia termasuk negara yang menggunakan asas ini. b. Asas sumber. Berdasarkan asas sumber pajak dikenakan berdasarkan di mana sumber penghasilan berasal. c. Asas kewarganegaraan. Berdasarkan asas kewarganegaraan pengenaan pajak didasarkan pada status kewarganegaraan seseorang. Jadi setiap orang yang menjadi warga negara di suatu negara akan dikenakan pajak di negara tersebut walaupun penghasilannya diterima dari negara lain. Amerika Serikat termasuk negara yang menganut asas ini. d. Asas campuran dari asas-asas di atas. Negara ini menganut campuran dari beberapa asas di atas e. Asas teritorial. Berdasarkan asas ini pajak dikenakan atas penghasilan yang diperoleh di wilayah teritorial suatu negara, Jadi yang dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang diperoleh dalam wilayah negara tersebut, sehingga atas penghasilan yang diperoleh dari luar negara tersebut tidak di kenakan pajak. Prinsip-prinsip pemajakan berbeda yang dianut di masing-masing negara menjadi cikal bakal munculnya pajak berganda internasional international double taxation. Untuk memberikan gambaran pajak berganda diilustrasikan sebagai berikut; Mr Smith seorang warga negara Amerika serikat, sudah tinggal dan bekerja di Indonesia selama 5 tahun. Berdasarkan UU Pajak Indonesia Mr Smith dianggap sebagai penduduk Indonesia karena telah tinggal di Indonesia selama 5 tahun lebih dari 183 hari dianggap subjek pajak dalam negeri sehingga Indonesia akan memajaki penghasilan Mr Smith. Di saat yang sama Mr Smith dianggap sebagai wajib pajak Amerika Serikat karena memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat, akibatnya Amerika Serikat juga merasa berhak memajaki penghasilan Mr Smith. 3 | P a g e Dengan demikian Mr Smith akan dipajaki dua kali atas penghasilan yang sama double taxation. Tentu saja pengenaan pajak berganda akan menghambat kegiatan ekonomi, terutama yang melibatkan transaksi antar negara. Masing-masing negara berusaha menghilangkan atau paling tidak mengurangi pajak berganda ini baik secara unilateral maupun bilateral. Secara unilateral suatu negara dapat mengadopsi metode-metode penghindaran pajak berganda internasional dalam UU Domestik negara tersebut, misalnya penerapan metode kredit pajak credit method atau metode pengecualian exemption method. Secara bilateral suatu negara dapat membuat persetujuan dengan negara lain tax treaty mengenai penghindaran pajak berganda. Persetujuan tersebut pada intinya akan membagi atau membatasi hak pemajakan suatu negara atas suatu penghasilan. Globalisasi telah melahirkan perusahaan-perusahaan multi nasional, yang umumnya memiliki dana besar. Mereka memainkan peranan penting dalam proses investasi dan perdagangan internasional. Tidak dapat dihindari, perusahaan multinasional yang mempunyai jangkauan luas lintas negara, harus berkompetisi dengan perusahaan lain. Dengan dana besar yang dimiliki, mereka mempunyai pengaruh kuat dalam politik global. Negara-negara sering kali menawarkan fasilitas untuk menarik investasi, seperti seperti penurunan tarif pajak bahkan ada beberapa negara menawarkan tidak mengenakan pajak sama sekali. Alternatif-alternatif yang ditawarkan oleh negara-negara tersebut tentu saja tidak diabaikan oleh perusahaan yang memang berusaha melakukan efisiensi beban pajak. Kondisi ini memunculkan apa yang disebut dengan pilihan rezim pemajakan preferential tax regime. Kebijakan suatu negara yang tidak mengenakan pajak atau mengenakan pajak dengan sangat rendah sering disebut dengan istilah tax haven. Tentu saja keberadaan tax haven country akan merugikan negara lain yang tidak menerapkan kebijakan yang sama. Adanya tax haven country merupakan cikal bakal terjadinya praktik yang tidak sehat di bidang perpajakan internasional, di antaranya transfer pricing, controlled foreign corporation dan treaty shopping. Supaya praktek-praktek perpajakan ini tidak merugikan penerimaan negara, tiap negara umumnya mempunyai seperangkat aturan untuk menangkalnya. 4 | P a g e

B. Ruang Lingkup Pajak Internasional

Pajak Internasional pada dasarnya berdasarkan pada ketentuan pemajakan domestik yang berlaku terhadap wajib pajak dalam negeri yang memperoleh penghasilan dari luar negeri dan terhadap wajib pajak luar negeri yang memperoleh penghasilan dari Indonesia. Selain pada ketentuan domestik, pajak internasional juga berdasarkan pada perjanjian perpajakan dan praktek perpajakan global Gunadi, 1997. Dengan kata lain pajak internasional akan berbicara mengenai bagaimana pemajakan atas penghasilan orang asing atau perusahaan badan asing yang diterima dari Indonesia dan bagaimana pemajakan atas penghasilan orang atau perusahaan badan Indonesia atas penghasilan yang diterima dari luar negeri, dengan berdasarkan UU domestik dan UU negara lain serta perjanjian perpajakan tax treaty. Gambar I.1 Gambar Ruang Lingkup Pajak Internasional Jadi dimensi pajak internasional sebenarnya cukup luas, meliputi aturan pajak internasional yang sudah ada dalam UU Pajak Indonesia, aturan perpajakan yang ada di UU Pajak Negara lain yang bersinggungan serta persetujuan penghindaran pajak tax treaty yang telah dibuat Indonesia dengan negara lain. 5 | P a g e RANGKUMAN 1 Prof Rochmat Sumintro mengemukakan asas-asas pemajakan sebagai berikut : a. Asas domisili. Berdasarkan asas domisili subjek pajak dikenakan pajak di negara tempat subjek pajak tersebut berdomisili. Asas sumber. Berdasarkan asas sumber pajak dikenakan berdasarkan di mana sumber penghasilan berasal. b. Asas kewarganegaraan. Berdasarkan asas kewarganegaraan pengenaan pajak didasarkan pada status kewarganegaraan seseorang. c. Asas campuran dari asas-asas di atas. Negara ini menganut campuran dari beberapa asas di atas d. Asas teritorial. Berdasarkan asas ini pajak dikenakan atas penghasilan yang diperoleh di wilayah teritorial suatu negara, Jadi yang dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang diperoleh dalam wilayah negara tersebut. 2 Ruang lingkup pajak internasional meliputi aturan pajak internasional yang sudah ada dalam UU Pajak Indonesia, aturan perpajakan yang ada di UU Pajak Negara lain yang bersinggungan serta persetujuan penghindaran pajak tax treaty yang telah dibuat Indonesia dengan negara lain. LATIHAN 1 Jelaskan asas-asas perpajakan yang dikenal, terkait dengan pajak internasional. 2 Jelaskan ruang lingkup pajak internasional.