Hasil Lembar Kerja Siswa LKS

Tabel 4.6 Hasil Lembar Kerja Siswa pada Setiap Pertemuan LKS Kelompok Rata- Rata 1 2 3 4 5 6 Pertemuan 1 70 65 70 70 70 65 68.33 Pertemuan 2 73 70 74 70 73 72 72.00 Pertemuan 3 80 78 80 75 80 80 78.83 Pertemuan 4 80 80 83 80 83 85 81.83 Rata-rata 75.75 73.25 76.75 73.75 76.50 75.50 75.25 Pada tabel 4.6 terlihat bahwa rata-rata skor LKS tiap kelompok tidak jauh berbeda, yaitu berkisar antara 70-77. Terlihat juga rata-rata LKS mengalami peningkatan dari tiap pertemuan.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan observasi siswa pada konsep wujud zat dan perubahannya mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama, rata-rata kemampuan observasi kelompok masih memiliki kemampuan observasi yang rendah dan kurang merata pada setiap indikator. Indikator kemampuan observasi yang memiliki persentase terendah adalah kemampuan menggunakan alat indera. Hal ini disebabkan Lembar Kerja Siswa yang digunakan oleh siswa pada pertemuan pertama terdiri dari kegiatan praktikum sederhana tetapi jumlahnya cukup banyak. Selain itu, pengukuran dasar yang seharusnya telah dipelajari siswa pada bahasan sebelumnya ternyata sebagian besar belum dikuasai. Misalnya pada pengukuran massa benda menggunakan neraca. Kegiatan ini menuntut guru untuk memberikan bimbingan lebih. Hal ini sesuai juga dengan rata-rata skor LKS mereka pada pertemuan pertama yang masih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widayanto, bahwa belum tercapainya ketuntasan belajar dapat dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan pendekatan atau metode yang digunakan. 1 Pada pertemuan pertama, kelompok yang memiliki rata-rata kemampuan observasi dan rata-rata skor LKS paling rendah ada 2 kelompok. Hal ini disebabkan masih terdapat kelompok-kelompok siswa yang belum bisa menyelesaikan seluruh kegiatan, tepat waktu sehingga terdapat sebagian persoalan dalam LKS yang belum terjawab. Hal ini terjadi karena jumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa memang cukup banyak. Walaupun tergolong kegiatan yang sederhana, seperti melakukan pengukuran massa, volume serta panjang, tampaknya siswa belum terbiasa melakukannya, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikannya. Sebagian siswa juga terlihat belum bisa bekerjasama dengan rekan kelompoknya karena belum terjadi komunikasi yang baik antar anggota Pada pertemuan kedua, rata-rata kemampuan observasi siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama akan tetapi peningkatannya masih relatif sedikit. Rata-rata persentase indikator kemampuan observasi tidak jauh berbeda. Kegiatan praktikum pada LKS pembelajaran dipertemuan 2 melibatkan beberapa alat yang cukup beresiko, seperti pembakar spitus, tetapi tidak terdapat kegiatan yang rumit. Sebelum memulai praktikum, guru mengingatkan agar siswa sangat berhati-hati dalam melakukan kegiatan pengamatan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. Pengarahan serta bimbingan terhadap siswa saat melakukan pengamatan, mengolah data dan mengisi lembar kerja berlangsung lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Pada pertemuan kedua ini rata-rata kemampuan observasi tiap kelompok tidak jauh berbeda, semua kelompok mampu menyelesaikan kegiatannya tepat waktu. Jumlah kegiatan yang harus diselesaikan siswa tampaknya lebih sesuai dengan waktu dan kemampuan siswa. Keadaan ini didukung pula oleh adaptasi siswa yang lebih baik dari sebelumnya dan mulai terbiasa menghadapi rekan dalam kelompoknya sehingga kegiatan praktikum berjalan lebih lancar dan proses 1 Widayanto, Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman siswa Kelas X melalui kit optic. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia., Vol 5, No.1, Januari. Semarang, 2009