Analisis Kemampuan Observasi Siswa Pada Konsep Wujud Zat Dan Perubahannya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen (Penelitian Deskriptif Di Smp 2 Mei Ciputat)

(1)

(Penelitian Deskriptif di SMP 2 Mei Ciputat) SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

RENI HANDAYANI NIM : 107016301070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1433 H / 2013 M


(2)

(3)

iii

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kemampuan observasi siswa setelah menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012, di kelas VII-2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Mei Ciputat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen nontes berupa lembar observasi dan instrumen tes berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pertemuan pertama rata-rata kemampuan observasi siswa masih rendah sebesar 57.70%, akan tetapi pada pertemuan selanjutnya terjadi peningkatan yang signifikan. Pada pertemuan terakhir rata-rata kemampuan observasi siswa meningkat menjadi 81.14%. Rata-rata Hasil LKS kelompok memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dan meningkat pada setiap pertemuan.


(4)

iii

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang tidak terhingga. Salah satu nikmat dan karunia-Nya adalah akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat teriring salam senantiasa tersampaikan kepada nabi tercinta, nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat akademis untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1) program studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan judul “Analisis Kemampuan Observasi Siswa pada Konsep Wujud Zat dan Perubahannya dengan Menggunakan Metode Eksperimen”.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nengsih Junaengsih, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih atas doa, bimbingan dan saran, ilmu serta dorongan semangatnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Erina Hertanti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penelitian skripsi ini. Terima kasih atas ilmu serta dorongan semangatnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap Guru dan Kepala Sekolah SMP 2 Mei Ciputat-Tangerang Selatan,

yang telah memberikan informasi dan penerimaan yang hangat selama proses pengumpulan data.


(5)

iv

7. Secara khusus, peneliti juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu dan Bapak, yang kasih sayangnya tak terbatas dan tak lekang oleh waktu, segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT. atas karunia yang Allah

berikan melalui Ibu dan Bapak. Do’a, didikan, nasehat, dan semangat yang

diberikan senantiasa menjadi pengobat rasa lelah dan pemicu untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan berusaha meraih yang terbaik untuk membuat Ibu dan Bapak bangga. Semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi ku.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, maka secara terbuka peneliti menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan penelitian selanjutnya.

Jakarta, Januari 2013


(6)

v

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 4

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR ... 5

A. Deskripsi Teoritis ... 5

1. Pengertian, prinsip-prinsip, keterampilan dan tahapan serta kelebihan dan kekerangan Metode Eksperimen ... 5

2. Kedudukan suatu metode dalam pembelajaran ... 14

3. Pengertian, jenis-jenis dan Karakteristik Keterampilan Proses Sains ... 17

4. Kemampuan Observasi ... 25

5. Hakikat dan Karakteristik Pembelajaran Fisika ... 28

6. Wujud zat dan Perubahannya ... 30

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 33


(7)

vi

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 41

F. Uji coba instrumen Penelitian ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian... 47

B. Pembahasan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58


(8)

vii

Tabel 2.1 Keterampilan Proses dan Indikatornya ... 21

Table 3.1 Uji Validitas Ahli ... 42

Tabel 3.2 Skala Kategori Kemampuan ... 44

Tabel 3.3 Skala Kategori Kemampuan ... 44

Tabel 4.1 Indikator Kemampuan Observasi Tiap Kelompok pada Pertemuan Pertama ... 48

Tabel 4.2 Indikator Kemampuan Observasi Tiap Kelompok pada Pertemuan Kedua... 49

Tabel 4.3 Indikator Kemampuan Observasi Tiap Kelompok pada Pertemuan Ketiga ... 50

Tabel 4.4 Indikator Kemampuan Observasi Tiap Kelompok pada Pertemuan Keempat... 51

Tabel 4.5 Rekapitulasi Indikator Kemampuan Observasi Siswa Tiap Pertemuan ... 52


(9)

viii

Gambar 2.1 Peta Konsep Wujud Zat dan Perubahannya ... 30


(10)

ix

Lampiran 1 Rencana Pelaksana Pembelajaran ... 61

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ... 80

Lampiran 3 Pedoman Observasi ... 93

Lampiran 4 Rubrik Penilaian ... 99

Lampiran 5 Analisis Data Lembar Obsrvasi ... 109

Lampiran 6 Analisis Data Lembar Kerja Siswa ... 121

Lampiran 7 Lembar Uji Validitas ... 123

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian ... 125


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sains mencakup kajian tentang biologi, kimia dan fisika merupakan mata pelajaran yang dapat menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai-nilai ilmiah kepada siswa. Pernyataan ini sejalan dengan Implementasi hakekat sains yang diwujudkan dalam pembelajaran IPA yang disusun melalui suatu kurikulum yang menekankan pembelajaran sains pada pemberian pengalaman secara langsung dengan tidak melepaskan konsep dengan kerja ilmiah. 1

Panduan Kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah menjelaskan bahwa sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pelaksanaan pendidikan sains harus menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah Keterampilan Proses Sains (KPS) untuk menjelajahi alam sekitar dan memahaminya agar dapat meningkatkan kualitas mereka dalam keilmuan.

Keterampilan proses sains adalah sejumlah kemampuan atau keterampilan fisik dan mental yang digunakan para ilmuwan untuk menemukan semua fakta dan konsep. Keterampilan Proses Sains (KPS) terdiri atas melakukan observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang dan waktu, membuat hipotesa, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menginterpretasikan, interferensi, meramalkan, menerapkan dan mengkomunikasikan.2

Observasi merupakan salah satu bagian dari Keterampilan Proses Sains (KPS) yang dianggap sebagai langkah pertama dalam melakukan suatu kegiatan

1Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009) h. 46.

2

Conny semiawan, dkk. Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: PT. Gramedia, 1986) h.17.


(12)

ilmiah atau memecahkan suatu masalah. Informasi yang diperoleh melalui observasi akan menuntun untuk mengetahui lebih lanjut, mempertanyakan, memikirkan, menginterpretasikan dan menyelidiki. Terkumpulnya fakta yang relevan dalam suatu permasalahan sangat dipengaruhi oleh ketelitian dalam mengobservasi.

Untuk mempelajari IPA khususnya fisika, penguasaan kemampuan observasi sangat penting sebagai modal bagi siswa, mengingat banyak sekali objek serta fenomena yang membutuhkan kemampuan mengobservasi untuk mempelajarinya. Keterampilan observasi merupakan salah satu bagian dari keterampilan proses yang menjadi dasar bagi pengembangan keterampilan proses lainnya. Melalui observasi segala objek dan fenomena alam dapat diketahui dengan menggunakan kelima indera yaitu penglihatan, pendengaran, pengecap, pembau dan peraba.

Pengembangan kemampuan observasi siswa dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis praktikum yang terdapat pada metode eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan untuk mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dengan menggunakan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan Keterampilan Proses Sains dengan cara memperoleh sendiri konsep-konsep fisika yang dipelajari, sehingga lebih mudah dipahami.

Salah satu konsep fisika yang meminta siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar adalah konsep wujud zat dan perubahannya. Melalui metode eksperimen yang diterapkan pada konsep wujud zat dan perubahannya siswa tidak hanya belajar tentang konsep, tetapi juga belajar bagaimana suatu konsep diperoleh melalui metode ilmiah. Siswa juga diharapkan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berinisiatif dan dapat mengembangkan kemampuan observasi yang terdapat dalam dirinya.

Materi pada pokok pembahasan wujud zat dan perubahannya merupakan salah satu materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Materi ini membutuhkan keterampilan dalam menggunakan alat indera, keterampilan mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan keterampilan mencari persamaan dan perbedaan yang merupakan indikator dari kemampuan observasi. Materi ini


(13)

biasanya disampaikan dengan metode ceramah sehingga siswa kurang tertarik dan jiwa observasi kurang dimiliki, hal ini didasarkan pada pengamatan yang dilakukan di SMP 2 Mei Ciputat. Oleh karena itu, materi ini akan disampaikan dengan menggunakan metode eksperimen. Diharapkan siswa lebih tertarik dalam mempelajarinya dan dapat menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari serta akan melatih siswa agar memiliki keterampilan observasi yang lebih baik.

Belajar fisika melalui metode eksperimen ini juga dipilih mengingat siswa yang menjadi subjek penilitian adalah kelas VII dan sebagian besar belum pernah melakukan metode eksperimen selama duduk dibangku Sekolah Dasar, sehingga diharapkan minat siswa untuk belajar fisika juga ikut berkembang karena salah satu fungsi dari metode eksperimen yang dilakukan oleh siswa adalah dapat mengembangkan semangat belajar.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti “Analisis Kemampuan Observasi Siswa Pada Konsep Wujud Zat dan Perubahannya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah berikut ini:

1. Penguasaan kemampuan observasi sangat penting sebagai modal bagi siswa, mengingat banyak sekali objek serta fenomena yang membutuhkan kemampuan mengobservasi untuk mempelajarinya. 2. Pengembangan kemampuan observasi siswa dapat dilakukan melalui

pembelajaran berbasis praktikum yang terdapat pada metode eksperimen.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah maka permasalahannya dibatasi sebagai berikut: 1. Eksperimen yang dilakukan adalah eksperimen mengenai wujud zat dan


(14)

2. Kemampuan observasi yang diteliti meliputi keterampilan menggunakan alat indera, keterampilan mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan keterampilan mencari persamaan dan perbedaan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang akan diungkapkan adalah

“Bagaimanakah Kemampuan Observasi Siswa Pada Konsep Wujud Zat dan Perubahannya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen?”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kemampuan observasi siswa pada konsep wujud zat dan perubahannya dengan menggunakan metode eksperimen.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran berbasis metode eksperimen.

2. Sebagai alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan fisika dan mengembangkan keterampilan observasi siswa. 3. Sebagai sumbangan pemikiran pada peneliti lain yang ingin mengkaji


(15)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Deskripsi Teoritis

1. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajari dalam proses belajar mengajar. Dengan metode pelajaran ini siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, mencoba, mencari suatu hukum/dalil dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.1

Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pernyataan atau hipotesis yang telah dipelajari. Orang seringkali menggabungkan pengertian eksperimen dengan kerja laboratorium, meskipun kedua pengertian ini mengandung prinsip yang hamper sama namun berbeda dalam konotasinya. Eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium atau di luar laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat sehingga dapat dimasukan ke dalam metode pembelajaran.2

Metode eksperimen adalah metode mengajar dengan cara mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikkan suatu konsep yang sedang dipelajari. Metode ini diyakini sebagai metode yang paling tepat dalam mengajarkan konsep-konsep sains, karena sains

1

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 84

2

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005) h.220.


(16)

berasal dari hal-hal yang bersifat fakta. Metode eksperiman dalam prakteknya juga memerlukan alat dan bahan.3

Suatu eksperimen merupakan salah satu kegiatan yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau data dalam memecahkan suatu masalah. Suatu eksperimen dilaksanakan terutama untuk mempelajari dan memecahkan suatu problem, dimana penelitinya sendiri belum mengetahui jawabannya, atau baru mengetahui jawaban sementaranya. Bahan dan alat yang digunakan untuk melaksanakan eksperimen harus diusahakan sesederhana mungkin.4 Dengan melakukan eksperimen, siswa akan menjadi lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Kekurangan metode eksperimen ini adalah menuntut beerbagai peralatan yang terkadang tidak mudah diperoleh.5

Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Peran guru dalam metode eksperimen ini sangat penting khususnya berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai kegiatan eksperimen yang dilaksanakan pada proses pembelajaran.

b.Prinsip-prinsip Metode Eksperimen

Eksperimen merupakan bagian sangat penting dalam pembelajaran sains, karena hal eksperimen itulah yang membedakan sains dengan mata pelajaran lain. Dengan menggunakan metode eksperimen siswa dapat dilatih untuk menggunakan metode ilmiah yang meliputi

3

Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009). h.104

4

Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan Inquiry”, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987), h..105

5

Y. Nuryani Rustaman, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UNM Pre, 2005) h.109


(17)

observasi, penemuan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Karena dalam pelaksanaan eksperimen itu banyak keterampilan proses yang perlu digunakan, maka metode ini merupakan strategi yang penting untuk membelajarkan keterampilan proses pada siswa, terutama keterampilan proses terintegrasi.6 Siswa dilatih untuk membaca data secara objektif menurut apa adanya, mengambil kesimpulan hanya berdasarkan fakta-fakta yang mendukung, menyadari keterbatasan sains, keterbatasan ketelitian suatu pengukuran, keterbatasan suatu hukum atau teori, memahami makna dari suatu teori dan sebagainya. Hal-hal semacam ini sukar untuk dimengerti hanya dengan cara mendengarkan melalui ceramah.

c. Keterampilan Menjalankan Metode Eksperimen

Sama dengan demonstrasi, eksperimen dpat dilaksanakan pada tahap awal pelajaran dan inti pelajaran. Bahkan, eksperimen dapat dilaksanakan pada akhir atau penutupan pelajaran. Eksperimen pada awal pelajaran digunakan untuk menampilkan fenomena, menggali pengetahuan awal siswa dan menarik motivasi belajar siswa. Eksperimen pada inti pelajaran berfungsi untuk menjelaskan konsep atau memberi fasilitas kepada siswa untuk menemukan jawaban dari masalah yang ingin dipecahkan. Dengan kata lain, eksperimen pada inti pelajaran digunakan untuk membantu siswa menemukan konsep yang dipelajari.

Ada beberapa ciri yang perlu diperhatikan pada pembelajaran dengan eksperimen:7

1) Eksperimen mempelajari hubungan antara dua variabel yaitu variabel terikat.

2) Kegiatan eksperimen dilakukan sendiri oleh siswa

3) Siswa dapat melakukan kegiatan inkuiri bebas, hal ini berbeda dengan pembelajaran demonstrasi. Demonstrasi biasanya

6

Pudyo Susanto, Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Kontruktivisme, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2002) h.65

7Ibid ., h.68.


(18)

dilakukan oleh guru, inkuiri yang dijalani oleh siswa adalah inkuiri terbimbing.

d. Tahapan mengajar Eksperimen

Keterampilan mengajar eksperimen dapat dipisahkan menjadi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan penutup.

1) Keterampilan Menyiapkan Eksperimen

a) Menentukan tujuan pengajaran dan tujuan eksperimen b) Mengidentifikasi variabel-variabel eksperimen yang akan

diselidiki sesuai dengan topik pelajaran.

c) Merancang percobaan untuk eksperimen. Dalam kegiatan ini guru menterjemahkan informasi dan prinsip verbal dari topik yang dipelajari menjadi informasi dan prinsip yang tervisualisasikan melalui eksperimen.

d) Merancang prosedur pelaksanaan eksperimen, yaitu langkah kegiatan pembelajaran dalam eksperimen yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.8

2) Pelaksanaan Eksperimen

a) Pada kegiatan awal, eksperimen dimaksudkan untuk menyajikan fenomena dalam rangka menimbulkan konflik kognitif, menggali pengetahuan awal siswa dan menarik memotivasi belajar siswa. Keterampilan guru yang diperlukan diantaranya adalah:

 Memandu siswa untuk menjalankan eksperimen. Keterampilan ini diperlukan karena eksperimen biasanya dilaksanakan oleh beberapa kelompok kecil.

 Memandu siswa untuk memusatkan perhatiannya pada informasi yang essensial khusunya yang menimbulkan konflik kognitif.

8Ibid


(19)

 Menggali pengetahuan awal siswa dan memotivasi siswa, kegiatan ini didahului dengan meminta siswa untuk menghentikan eksperimen. selanjutnya, guru mengajukan masalah yang dapat menimbulkan konflik kognitif, dan mengevaluasi jawaban siswa. Dengan begitu pengetahuan awal siswa dapat digali.9

b) Pada kegiatan inti, guru:

 Membimbing penemuan masalah dan hipotesis. Tanya jawab pada penggalian pengetahuan awal diteruskan ke Tanya jawab untuk menemukan masalah yang terkait dengan konsep/prinsip yang dipelajari, dan diteruskan lagi sampai ditemukan hipotesis.

 Membimbing kerja kelompok. Setelah hipotesis dirumuskan, siswa dipandu untuk melanjutkan eksperimen lanjutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan kerja kelompok kecil atau perseorangan.

 Membimbing diskusi kelompok kecil, untuk pencatatan data, analisis data dan penariakan kesimpulan. Kegiatan ini dapat dilakukan di kelompok kecil atau secara klasikal.

3) Mengakhiri eksperimen

a) Memberikan pemantapan. Setelah kegiatan eksperimen berakhir guru memberi pemantapan, dapat berupa pertanyaan aplikatif atau memberi masalah baru untuk dipecakan melalui eksperimen di luar jam pertemuan.

b) Mengevaluasi tes belajar. Tes formatif dapat dilaksanakan secara formal (Tanya-jawab) atau formal (tertulis). Tes sebaiknya mengukur hasil belajar melalui pengalaman langsung (tes penampilan)

9


(20)

c) Membimbing siswa untuk mengemas, mengembalikan peralatan dan membersihkan ruang belajar secara rapi. Ini merupakan kegiatan untuk latihan pengembangan sikap.10

e. Macam-macam Metode Eksperimen

1) Eksperimen Sederhana

Banyak masalah IPA yang dapat dipecahkan dengan eksperimen sederhana, sehingga tidak memerlukan tahap-tahap kerja yang terpisah untuk menyelesaikannya. Langkah dari eksperimen sederhana itu adalah pengajuan masalah, pelaksanaan percobaan untuk pengamatan dan pengambilan kesimpulan. Dalam eksperimen sederhana ini tidak perlu dilakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebas yang tidak dipelajari, karena pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat diabaikan atau memang tidak ada variabel lain yang berpengaruh kecuali variabel yang sedang dipelajari.11

Sebagai contoh masalah yang dipecahkan adalah : “Apakah tepung beras mengandung amilum?” masalah itu cukup dipecahkan dengan percobaan, yang dilakukan dengan meneteskan larutan YKY (Yodium) pada tepung beras, kemudian mengamati bahwa zat tersebut berubah warna biru. Untuk mengambil kesimpulan, siswa cukup diminta untuk melakukan 2-3 kali percobaan, untuk mengambil kesimpulan bahwa tepung beras mengandung amilum berdasarkan perubahan warna yodium menjadi biru.

2) Eksperimen Terkontrol

Hubungan antara suatu variabel bebas dan terikat dalam fenomena-fenomena alam banyak yang tidak dapat diamati

10

Ibid 11


(21)

karena adanya variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat yang diamati. Misalnya, pada suatu tanaman pot baru yang tanahnya diberi urea, pertumbuhannya subur, tetapi tidak dapat disimpulkan begitu saja bahwa yang menyebabkan subur adalah zat urea, karena orang berpikir bahwa faktor lain juga berpengaruh. Hubungan antara variabel-variabel seperti itu dapat diajarkan kepada siswa dengan metode eksperimen terkontrol. Dalam metode ini dibuat eksperimen dengan menggunakan dua kelompok tanaman pot yang medium tanahnya sama, tetapi pada satu kelompok tanaman tanahnya diberi urea sementara kelompok tanaman yang lain tidak diberi urea.

Dalam pelaksanaan metode eksperimen terkontrol, langkah-langkah yang perlu dilaksanakan adalah:

a) Pengajuan masalah b) Pengajuan hipotesis

c) Pengontrolan variabel (membuat perlakuan variabel bebas dan mengendalikan variabel terkontrol)

d) Pelaksanaan eksperimen e) Pengolahan data

f) Pengambilan kesimpulan, dalam metode eksperimen terkontrol kesimpulan yang diambil bersifat tertutup, artinya kesimpulan itu merupakan jawaban yang pasti (tidak perlu dipertanyakan kebenarannya, atau tidak mengundang munculnya masalah baru).12

3) Eksperimen Berujung-terbuka

Metode eksperimen berujung-terbuka mempunyai langkah-langkah yang sama dengan metode eksperimen terkontrol. Hal yang berbeda adalah pada eksperimen berujung-terbuka

12Ibid ., h.66


(22)

kesimpulan dari jawaban masalah masih terbuka untuk dipermasalahkan lagi. Dengan kata lain jawaban dari masalah dapat menimbulkan masalah baru atau hipotesis baru, sementara pada eksperimen berujung-tertutup kesimpulan yang dihasilkan merupakan jawaban yang tidak perlu dipermasalahkan lagi kebenarannya. Lebih dari itu, tingkat kesukaran dari metode eksperimen terbuka dapat dibuat lebih kompleks. Di samping itu, kalau pada metode eksperimen sederhana dan tertutup masalah, hipotesis dan rancangan eksperimen diresepkan oleh guru, pada metde eksperimen terbuka siswa dapat diminta untuk menemukan masalah, menyusun hipotesis dan membuat rancangan eksperimen sendiri.

Sebagai contoh, pada eksperimen pengaruh urea terhadap kesuburan tanaman padi yang dicontohkan, setelah ada kesimpulan bahwa urea menyebabkan daun menjadi lebih hijau dan pertumbuhan lebih cepat, siswa diberi kesempatan untuk mengamati gejala-gejala lain yang muncul pada tanaman padi dalam penggunaan urea. Misalnya, batang padi menjadi lemas dan roboh. Berdasarkan fakta tersebut, siswa diminta untuk menemukan masalah baru: “Apakah urea menyebabkan batang padi menjadi lemas dan mudah roboh?” Seterusnya, masalah tersebut dapat dibiarkan berada dalam benak siswa, sampai mereka mempunyai minat untuk memecahkan sendiri. Artinya, untuk topik pelajaran yang sedang dibahas, masalah bari itu tidak harus dijawab sekaligus.

f. Kelebihan Metode Eksperimen

Metode eksperimen mengandung beberapa kelebihan antara lain:13 1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya.

13


(23)

2) Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan bagi kehidupan manusia.

3) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Kelebihan Metode eksperimen, antara lain:14

1) Siswa diransang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama, terbuka dan objektif.

2) Siswa dirangsang untuk memiliki Keterampilan Proses Sains (KPS) seperti mengamati, menginterpretasi, mengelompokkan, mengajukan pertanyaan, merencanakan percoabaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan dan melakukan eksperimen.

3) Siswa belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, sehingga pemahamannnya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama.

4) Siswa ditempatkan pada situasi belajar yang penuh tantangan, sehingga tidak mudah bosan.

5) Siswa konsentrasinya terarahkan pada kegaitan pembelajaran. 6) Siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak.

g. Kekurangan Metode Eksperimen

Metode eksperimen ini mengandung beberapa kekurangan, antara lain:15

1) Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi. 2) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang

tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.

3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

14

Zulfiani, dkk. Loc-Cit. h.104 15


(24)

4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Kelemahan metode eksperimen antara lain:16 5) Memerlukan waktu yang relatif lama.

6) Memerlukan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit ditemukan atau mahal harganya.

7) Guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang, hal ini menuntut guru menguasai konsep yang akan diuji atau dibuktikkan dalam kegiatan eksperimen.

8) Siswa dituntut terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga mengetahui secara jelas tujuannnya melakukan eksperimen dan kesimpulan yang diambilnya relevan dengan konsep yang sedang diuji.

9) Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium) untuk lebih leluasa melakukan eksperimen.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan metode eksperimen akan melatih siswa menggunakan alat sains untuk meneliti, mengamati dan menganalisa suatu proses. Siswa akan mengalami proses belajar yang efisien. Diharapkan dengan metode eksperimen siswa akan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilan baik kemampuan psikomotor maupun intelektual, menghayati prosedur ilmiah dan sikap ilmiah. Sehingga siswa menyadari bahwa ilmu bersifat dinamik dan berkembang secara kontinu.

2. Kedudukan suatu metode dalam pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairag bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang

16


(25)

dimiliki, guna gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.

Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang guru.

Dari hasil analisa yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi entrinsik, sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.17 Berikut adalah penjelasannya.

a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam memilih metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan metode yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut.18

Dalam mengajar guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kelebihan dan kekurangannya. Penggunaan satu metode cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Jalan pengajaran pun tampak kaku.

17

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Loc-Cit. h.72 18Ibid


(26)

Anak didik terlihat kurang bergairah belajar. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Akhirnya, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

b. Metode sebagai strategi pengajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Faktor inteligensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yyang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai. Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut di atas, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metode lah salah satu jawabannya.untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode Tanya jawab, tetepi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih mudah menyerap pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi atau eksperimen.

c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Itu sama artinya perbuatan yang sia-sia.

Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah suatu alat untuk mencapai tujuan. Dengan


(27)

memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelican jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan akan disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersebut. Apalah artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan. Jadi guru sebaiknya menggunakan metode yang menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.

3. Keterampilan Proses Sains

a. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Keterampilan Proses Sains didefinisikan secara berbeda oleh beberapa ahli, diantaranya menurut W. Harlen:

Process skills are described in various ways, all of which suffer from the problem of trying to draw boundaries round things which are not separable from each other.”19

Keterampilan proses sains adalah sejumlah kemampuan atau keterampilan fisik dan mental yang digunakan para ilmuwan untuk menemukan semua fakta dan konsep.20

Keterampilan proses sains dibangun dari tiga keterampilan manual, intelektual dan sosial. Sesuai dengan karakteristik sains yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya fakta, konsep, prinsip saja namun menekankan pada penemuan.21

Terdapat beberapa kesimpulan mengenai keterampilan proses, yaitu:

19

W. Harlen, The Teaching of Science: Studies in Primary Education. (London: David Fulthon Publishing Company, 1992) h.18.

20

Conny semiawan.Op- Cit., h.17 21


(28)

1) Pendekatan keterampilan proses merupakan wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa.

2) Fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan siswa berperan dalam menunjang pengembangan keterampilan proses pada diri siswa.

3) Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri sendiri.

b. Kemampuan-kemampuan Yang Terdapat Dalam Keterampilan Proses Sains

Kemampuan-kemampuan atau keterampilan-keterampilan yang terdapat dalam Keterampilan Proses Sains yaitu:22

1) Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. 2) Penghitungan

Banyak kegiatan menghitung yang menyita waktu seorang ilmuwan. Keterampilan ilmuwan anak biasanya dilatih dan dibina melalui pelajaran matematika, namun dalam pelajaran IPA, Ilmu-ilmu Sosial dan bahasa keterampilan dapat pula dikembangkan.

3) Pengukuran

Keterampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah. Dasar dari pengukuran adalah pembanding. Kita pelu membandingkan luas, kecepatan, suhu, volume dan sebagainya. Para guru dapat melatih anak-anak agar trampil mengukur. Pertama-tama tentu saja mereka diarahkan untuk membanding-bandingkan satu benda dengan benda

22


(29)

lainnya. Lama-kelamaan mereka diperkenalkan dengan satuan ukuran, seperti centimeter, kilogram dan liter. Semakin tinggi tingkat sekolah anak, semakin rumit tugas-tugas pengukuran yang dapat diberikan kepadanya.

4) Klasifikasi

Ketrampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah salah satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari kita perlu mengenal perbedaan dan pesamaan antara benda-benda. Dalam membuat klasifikasi perlu diperhatikan dasar klasifikasi, misalnya menurut suatu ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu.

5) Hubungan Ruang/Waktu

Mencari hubungan ruang dan waktu adalah salah satu ketrampilan yang penting dalam kerja ilmiah. Mereka dapat dilatih agar mampu mengenal-mengenal bentuk-bentuk, mengenal arah, menggambarkan arah dan jarak.

6) Pembuatan Hipotesis

Kemampuan membuat hipotesis adalah salah satu ketrampilan yang sangat mendasar dalam kerja ilmiah. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.

7) Perencanaan Penelitian/Eksperimen

Para ilmuwan biasanya terbiasa dengan pekerjaan eksperimentasi. Namun, kegiatan eksperimen tidak hanya merupakan hak mutlak para ilmuwan. Eksperimen tidak lain adalah usaha menguji atau mengetes melalui penyelidikan praktis. Sering kita menguji atau mengetes gagasan-gagasan kita dengan kegiatan coba dan ralat (Trial and error) saja. Anak kecil paling gemar mengadakan mengadakan kegiatan coba dan ralat dengan hewan pelihaaan dirumah, serangga yang bertebrangan di sekitarnya ataupun mainannya.


(30)

8) Pengendalian Variabel

Pengendalian variabel adalah suatu aktivitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit seperti yang kita bayangkan. Yang penting adalah bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.

9) Interpretasi Data

Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah satu ketrampilan penting yang umumnya dikuasai oleh para ilmuwan. Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, histogram atau diagram. Data yang disajikan tersebut dapatlah diinterpretasi atau ditafsirkan. 10)Kesimpulan Sementara (Interferensi)

Para guru dapat melatih anak-anak dalam menyusun suatu kesimpulan sementara dalam proses penelitian sederhana yang dilakukan. Pertama-tama data dikumpulkan, kadang-kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu. Kesimpilan tersebut bukan merupakan kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai pada saat itu.

11)Peramalan

Para guru dapat melatih anak-anak dalam membuat peramalan kejadian-kejadian yang akan datang, berdasarkan pengetahuan, pengalaman atau data yang dikumpulkan.

12)Penerapan (Aplikasi)

Para guru dapat melatih anak-anak untuk menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki.


(31)

13)Komunikasi

Setiap ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Ia mungkin menyusun laporan penelitian, membuat paper, atau menyusun karangan. Ia mungkin pula menyampaikan penemuannya kepada orang lain secara lisan.

Adapun indikator-indikator dari Keterampilan Proses Sains terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini

Tabel 2.1 Keterampilan Proses dan Indikatornya23 No Keterampilan Proses Indikator Keterampilan Proses

1 Observasi a. Menggunakan sebanyak mungkin

indera

b. Menggunakan fakta relevan

2 Klasifikasi a. Mencatat setiap pengamatan

b. Mencari perbedaan/persamaan c. Mengontraskan ciri-ciri d. Membandingkan

e. Mencari dasar pengelompokkan f. Menghubungkan hasil pengamatan

3 Interpretasi a. Menghubungkan hasil pengamatan

b. Menemukan pola dalam satu seri pengamatan

c. Menyimpulkan

4 Prediksi a. Menggunakan hasil pengamatan

b. Mengemukakan apa yang

mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5 Mengajukan pertanyaan a. Bertanya apa, bagaimana, mengapa

23

Y. Nuryani Rustaman, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UNM Pre, 2005) h.86.


(32)

No Keterampilan Proses Indikator Keterampilan Proses

b. Bertanya untuk meminta penjelasan

c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis

6 Berhipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian

b. Menyadari bahwa suatu

penjelasan perlu diuji

kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah

7 Merencanakan percobaan a. Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan

b. Menentukan variabel/faktor penentu

c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat

d. Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja

8 Menggunakan alat/bahan a. Memakai alat/bahan

b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat dan bahan

c. Mengetahui bagaimana

menggunakan alat dan bahan

9 Menerapkan konsep a. Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru b. Menggunakan konsep pada


(33)

No Keterampilan Proses Indikator Keterampilan Proses

menjelaskan apa yang sedang terjadi

c. Menerapkan hukum teori pada situasi praktis

d. Menerapkan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal baru

10 Berkomunikasi a. Memberikan/menggambarkan data

empiris hasil percobaan atau

pengamatan dengan

grafik/tabel/diagram

b. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis

c. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian

d. Membacar grafik/table/diagram e. Mendiskusikan hasil kegiatan,

suatu masalah atau suatu peristiwa.

11 Melaksanakan

percobaan/Eksperimentasi.

-

c. Pengembangan Keterampilan Proses Sains

Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya keterampilan proses sains dilatih dan dikembangkan di sekolah, diantaranya dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

1) Menurut W. Harlen, bahwa keterampilan proses sains sangat penting untuk dilatihkan kepada siswa karena perkembangan pemahaman tentang sains bergantung pada kemampuan untuk melakukan keterampilan proses sains.


(34)

2) Nuryani Y. Rustaman dkk, dalam setiap tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran (umum) untuk masing-masing pokok bahasan terdapat kata kerja berkenaan dengan perilaku dan cara mencapainya yang sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang terdapat dalam Keterampilan Proses Sains. 24

3) Menurut Conny Semiawan dkk, bahwa keterampilan proses sangat penting dilatihkan dalam pembelajaran di sekolah karena:

a) Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat tidak memungkinkan guru untuk mengajarkan fakta atau konsep. Oleh karena itu, siswa harus dibekali dengan keterampilan proses agar dapat memperoleh ilmu pengetahuan sendiri tanpa bergantung pada guru.

b) Para ahli psikologi berpendapat bahwa anak-anak akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret yang wajar dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, sehingga tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan melainkan menyiapkan situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta atau konsep sendiri.

c) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak melainkan relatif.

d) Dalam proses belajar mengajar seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.25

d. Karakteristik Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan

24

Ibid., h.77 25


(35)

khusus dalam masing-masing keterampilan proses tersebut. Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Seperti SAPA (Science A Process Approach) pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Namun dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan. SAPA tidak mementingkan konsep. Selain itu SAPA menuntut pengembangan pendekatan secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya, sedangkan KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung metode yang digunakan. Contohnya dalam metode demonstrasi dapat dikembangkan keterampilan proses tertentu yaitu observasi, interpretasi, komunikasi dan aplikasi konsep.26

4. Kemampuan Observasi

Observasi merupakan salah satu keterampilan yang mendasar dalam keterampilan proses sains. Ada beberapa ahli yang menjelaskan pengertian observasi, diantaranya adalah:

Observasi adalah dasar atau podasi ilmu pengetahuan, dan belajar untuk mengobservasi atau mengamati secara sistematik dan disiplin adalah langkah awal untuk menjadi ilmuwan. Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat, dalam mengobservasi kita memilah-milahkan mana

26


(36)

yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Kita menggunakan semua indera untuk melihat, mendengar, mengecap, merasa dan mencium.27

Observasi adalah melakukan pengamatan terhadap fakta-fakta yang dapat dipisah-pisahkan, mana yang berhubungan dan yang tidak berhubungan dengan tujuan pengamatan. Mengamati merupakan kemampuan mengambil informasi dari suatu obyek atau peristiwa dengan cara memperhatikan obyek atau peristiwa tersebut melalui salah satu indera yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan dan perabaan.

Keterampilan proses observasi adalah proses pemasukan persepsi mengenai sesuatu yang dapat diamati dari obyek atau peristiwa mengenai kondisi serta sifat-sifatnya dan memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan realistis. Dengan demikian, kemampuan observasi mencakup kemampuan yang melibatkan semua alat indera, untuk menyatakan sifat yang dimiliki oleh satu atau lebih obyek, persamaan dan perbedaan dengan obyek yang lain. Jadi, apa yang dikemukakan melalui indera merupakan pencarian fakta yang penting dalam observasi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mendasar dalam memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses lainnya.28

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa observasi adalah proses pengumplan informasi mengenai objek atau peristiwa dengan menngunakan sebagian atau semua indera. Keterampilan observasi adalah proses pemasukan persepsi mengenai sesuatu yang diamati dari objek atau peristiwa mengenai kondisi serta sifat-sifatnya dan memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realitas.

Mengamati memiliki dua sifat utama, yaitu sifat kualiatif dan kuantitatif. Mengamati bersifat apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi, dan bersifat kuantitatif apabila

27

Conny semiawan.Loc- Cit., h.19 28


(37)

dalam pelaksanaannya selain menggunakan panca indera juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.29

Siswa yang melakukan observasi dapat di lihat dari beberapa aktifitas di bawah ini:30

a. Menggunakan berbagai perasaan untuk mengenali suatu objek.

b. Mencatat dengan detail fakta yang relevan dari objek dan segala sesuatu di sekitarnya.

c. Mengidentifikasikan persamaan dan perbedaan.

d. Menggunakan alat dan bahan untuk memahami objek dengan detail. Adapun penjelasan dari indikator kemampuan observasi yang diambil dari penelitian ini adalah

a. Kemampuan menggunakan indera

Pengamatan pertama yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan panca indera manusia. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk membaui, kulit untuk merasa dan lidah untuk mengecap. Pada kondisi tertentu, panca indera manusia dengan segala keterbatasannya tidak dapat mengamati atau mengobservasi lebih jauh. Pada kondisi ini diperlukan adanya alat bantu yang peka terhadap perubahan yang sesuai dengan pengamatan yang dilakukan.

b. Kemampuan mencari fakta-fakta yang relevan

Observasi merupakan proses seleksi, demi tercapainya tujuan dari suatu pengamatan. Pengumpulan fakta-fakta yang relevan dipengaruhi oleh harapan, pengalaman dan pengetahuan pengamat mengenai apa yang sedang diamatinya. Fakta-fakta yang diperoleh berasal dari hasil tulisan, gambar dan pola tertentu sebagai hasil penjabaran dari observasi. Harapan yang ada dalam pikiran pengamat akan mempengaruhi pengamatan yang dilakukan. Untuk menghindari hal tersebut pengamat hendaknya dalam netral atau perlu adanya kejujuran dengan apa yang dilihatnya. Selain itu, pengamat perlu menguasai terlebih dahulu

29

Ibid 30


(38)

kerangka konseptual mengenai apa yang sedang diamatinya. Dengan demikian, pengamat akan mampu membaca fakta-fakta dari hasil pengamatan.

c. Kemampuan dalam mencari persamaan dan perbedaan

Setelah pengamat mengumpulkan data yang tepat mengenai hal yang diamati, langkah selanjutnya pengamat perlu menelaah data hasil pengamatan. Kecenderungan dari hasil pengamatan perlu diketahui agar dapat dengan mudah mengambil kesimpuulan dari hasil pengamatan.

Kemampuan dalam mencari persamaan dan perbedaan dari objek atau peristiwa yang diamati dapat memandu pengamat untuk menemukan hubungan diantara fakta-fakta yang telah diamatinya. Dalam mencari persamaan dan perbedaan dari suatu objek atau peristiwa akan melibatkan keterampilan membandingkan sesuatu. Hal ini akan turut memberikan kesempatan kepada siswa sebagai pengamat untuk mengembangkan kemampuan observasi.

Kemampuan mengidentifikasikan perbedaan diantara objek atau peristiwa yang sama dan mampu mengidentifikasikan persamaan diantara objek atau peristiwa yang berbeda dengan yang lainnya merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam penyelidikan.

Guru dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan dalam mengobservasi dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa menggunakan alat-alat indera untuk memperoleh fakta dari objek atau fenomena yang diselidiki. Selain itu sangatlah baik apabila guru menarik minat siswa dengan menggunakan objek yang dipersiapkan di meja untuk diamati dan secara esensi dari objek-objek yang ditampilkan atau mengajak siswa untuk melakukan percobaan-percobaan sederhana.

5. Hakikat dan Karakteristik Pembelajaran Fisika

Membicarakan hakikat fisika sama halnya dengan membicarakan hakikat sains karena fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sains.


(39)

Oleh sebab itu, karakteristik fisika pada halnya sama dengan karakteristik sains pada umumnya.

Banyak orang menyatakan bahwa sains adalah pengetahuan, khususnya fakta atau prinsip yang diperoleh melalui kajian sistematik. Sebuah cabang khusus pengetahuan yang berkaitan dengan fakta-fakta atau kebenaran yang diatur secara sistematis. Definisi tersebut lebih menekankan hasil daripada cara memperoleh hasil. Akan tetapi banyak yang menentang pendapat tersebut dan mendefinisikan bahwa sains itu lebih lebih kepada sebuah cara berpikir daripada satu kumpulan pengetahuan.

Dengan menelaah pandangan Feynman dan Sagan tentang definisi sains, kita dapat menangkap hakikat fisika, yakni bukan hanya sekedar kumpulan fakta dan prinsip tetapi lebih dari itu fisika juga mengandung cara-cara bagaimana memperoleh fakta dan prinsip tersebut beserta sikap fisikawan dalam melakukannya. Hakikat fisika terdiri atas produk, proses dan sikap sehingga sudah menjadi keharusan bahwa dalam pembelajran fisika memiliki paling tidak dua dimensi yakni belajar materi sains dan bagaimana melakukan kegiatan sains.

Pengajaran fisika dilakukan mulai dari Sekolah Dasar yang termuat dalam sains hingga ke perguruan tinggi. Di Sekolah Dasar, anak mulai diperkenalkan dengan sains untuk meransang keingintahuan mereka tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Di sekolah lanjutan pengajaran ilmu fisika bertujuan untuk memperdalam hukum-hukum dan konsep dasar fisika dan di perguruan tinggi pengajaran dan pendidikan ilmu fisika diselenggarakan untuk memfasilitasi para mahasiswa yang memiliki minat dan bakat terhadap ilmu fisika.

Di tingkat SMP fisika diajarkan secara terpadu bersama biologi dan kimia dalam mata pelajaran sains. Dalam pembelajaran sains tingkat SMP diharapkan ada penekanan pembelajaran sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep sains dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran sains di SMP


(40)

dilaksanakan dengan memberikan pengalaman dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

6. Wujud Zat dan Perubahannya

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi wujud zat dan perubahannya, materi ini secara garis besar dapat dilihat pada peta konsep yang terdapat pada bagan 2.1 di bawah ini:

Bagan 2.1 Peta Konsep Wujud Zat dan Perubahannya Wujud Zat dan Perubahannya

Massa Jenis Zat

Wujud Zat

Teori Partikel Zat

Gas Cair

Padat

Susunan dan Gerak Partikel

Gaya Adhesi dan Kohesi

Kapilaritas Meniskus Cekung Meniskus Cembung Perubahan

Wujud Zat

Membeku Menguap

Melebur Menyublim Mengembun Mengkristal Terdapat

Dapat Berupa

Bentuk Tetap

Volume Tetap

Bentuk Tidak Tetap

Volume Tidak Tetap


(41)

a. Wujud Zat

Banyak benda yang dapat dilihat dan dijumpai di kehidupan sehari-hari. Misalnya pensil, kacamata, batu, kursi, air, balon berisi udara, tabung LPG berisi gas, es, baja, dan daun. Berbagai macam benda yang kita jumpai memiliki kesamaan, yaitu benda-benda tersebut memerlukan ruang atau tempat untuk keberadaannya. Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruangan. Menurut wujudnya zat digolongkan menjadi tiga yaitu.

1) Zat Padat

Ciri zat padat yaitu bentuk dan volumenya tetap. Contohnya kelereng yang berbentuknya bulat, dipindahkan ke gelas akan tetap berbentuk bulat. Begitu pula dengan volumenya. Hal ini disebabkan karena daya tarik antar partikel zat padat sangat kuat. Pada umumnya zat padat berbentuk kristal (seperti gula pasir atau garam dapur) atau amorf (seperti kaca dan batu granit).

2) Zat Cair

Zat cair memiliki volume tetap tetapi bentuk berubah-ubah sesuai dengan yang ditempatinya. Hal ini disebabkan partikel-partikel penyusunnya agak berjauhan satu sama lain. Selain itu, partikelnya lebih bebas bergerak karena ikatan antar partikelnya lemah.

3) Gas

Ciri dari gas di antaranya bentuk dan volume berubah sesuai dengan tempatnya. Partikel-partikel gas bergerak acak ke segala arah dengan kecepatan bergantung pada suhu gas, akibatnya volumenya selalu berubah.

b. Perubahan Wujud Zat

Setiap zat akan berubah apabila menerima panas (kalor). Es dipanaskan akan mencair. Air dipanaskan akan menguap menjadi uap air (gas). Apabila uap air didinginkan menjadi embun dan kembali menjadi


(42)

air. Air didinginkan menjadi es. Proses perubahan wujud zat tersebut dapat diamati pada diagram.

Gambar 2.2 Perubahan Wujud Zat

Berdasarkan diagram tersebut, zat dari wujud yang satu ke wujud yang lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Membeku yaitu perubahan wujud zat dari cair ke padat

2) Mencair atau melebur yaitu perubahan wujud zat dari padat ke cair 3) Menyublim (mengkristal) yaitu perubahan wujud zat dari gas ke

padat

4) Menyublim yaitu perubahan wujud zat dari padat ke gas 5) Menguap yaitu perubahan wujud zat dari cair ke gas 6) Mengembun yaitu perubahan wujud zat dari gas ke cair

c. Massa Jenis

Massa jenis benda sering disebut dengan kerapatan benda dan merupakan ciri khas setiap jenis benda. Massa jenis tidak tergantung pada jumlah benda. Apabila jenisnya sama maka nilai massa jenisnya juga sama. Misalnya, setetes air dan seember air mempunyai nilai massa jenis sama yaitu 1 gram/cm3 Berbagai logam memiliki nilai massa jenis


(43)

besar dikarenakan atom-atom dalam susunan molekulnya memiliki kerapatan yang besar. Gabus atau sterofoam mempunyai massa jenis kecil karena susunan atom-atom dalam molekulnya memiliki kerapatan kecil.

Massa jenis dilambangkan dengan simbol ρ (dibaca rho), salah satu huruf Yunani.

Keterangan:

ρ = massa jenis (kg/m3 atau g/cm3) M = massa benda (kg atau gram) V = volume benda m3 atau cm3)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Astri Novita Simalango dan zainudin Muchtar dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada

Pokok Bahasan Laju Reaksi” Memberikan kesimpulan bahwa berdasarkan nilai

rata-rata hasil belajar siswa diperoleh pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol, menjelaskan bahwa pemakaian metode praktikum dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Didapatkan hasil bahwa hasil belajar siswa yang diajar memamkai metode praktikum lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang tidak memakai metode praktikum.31

Haryono dalam jurnalnya yang berjudul “Model Pembelajaran Berbasis

Peningkatan Keterampilan Proses Sains” memberikan kesimpulan bahwa model

pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah bentuk pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam rangkaian proses belajar mengajar guna mengarahkan siswa pada proses konstruksi pengetahuan secara mandiri. Proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun

31

Astri novita simalango dan Zainuddin muchtar, Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi. (Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains ISSN : 1907-7157)


(44)

konsep, teori, dan sikap tertentu melalui proses sains secara mandiri. Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains terbukti cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan proses sains siswa sekaligus pencapaian hasil belajarnya secara keseluruhan.32

Amalia sapriati dalam jurnalnya yang berjudul “Pengembangan Instrument Penilaian Praktikum Fotosintesis” Memberikan Kesimpulan Bahwa kesimpulan dari kegiatan pengembangan adalah prosedur pengembangan instrument melalui tahapan mengkaji teori untuk merumuskan dimensi dan aspek penilaian, membuat kisi-kisi dan instrumen, serta mengkonsultasikan draft instrumen kepada ahli (panelis yaitu guru inti dan dosen) dan merevisinya. Kegiatan pengembangan ini menghasilkan instrumen dan perangkatnya, yang terdiri atas petunjuk dan tugas praktikum, format pengamatan, pedoman penskoran, serta format pemberian skor dan rekap nilai.33

Diena nurhasanah dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Fisika Berbasis Praktikum Terhadap Keterampilan Observasi Siswa SMP” memberikan kesimpulan bahwa efektivitas pembelajaran fisika berbasisi praktikum ini dinilai cukup karena IPK yang dicapai siswa dalam pembelajran mengenai peningkatan dari kurang terampil menjadi kategori cukup terampil.34

Susiwi, dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H” memberikan kesimpulan bahwa melalui pembelajaran MPP D–E–H: kemampuan “merumuskan hipotesis”, kemampuan “mengendalikan variabel” dan kemampuan “merancang percobaan” dapat dicapai secara tuntas baik pada kelompok SMA dengan prestasi akademik sedang maupun kelompok SMA dengan prestasi akademik tinggi. Untuk itu perlu diadakan diskusi dengan asisten untuk menindak lanjuti hasil rancangan yang dibuat siswa, terutama untuk mengevaluasi

32

Haryono, Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. 33

Amalia sapriati, Pengembangan Instrument Penilaian Praktikum Fotosintesis, Jurnal Pendidikan IPA Universita Terbuka 2004. h.10

34

Diena Nurkhasah, Efektivitas Pembelajaran Fisika Berbasis Praktikum Terhadap Keterampilan Observasi Siswa SMP, (Sripsi S1: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia) 2008.


(45)

perencanaan alat dan bahan, serta cara kerja sehingga percobaan tersebut aman dan efisien untuk dilaksanakan.35

Gebi Dwiyanti dalam penelitiannya yang berjudul Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum memberikan kesimpulan bahwa siswa mempunyai nilai baik untuk keterampilan observasi, nilai cukup untuk keterampilan menafsirkan hasil pengamatan dan untuk keterampilan berkomunikasi Urutan keterampilan proses siswa dan yang paling baik adalah keterampilan observasi, berkomunikasi dan menafsirkan hasil pengamatan.36

Widayanto dalam jurnalnya yang berjudul Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X Melalui Kit Optik memberikan kesimpulan bahwa Keterampilan proses dan pemahaman siswa kelas X SMA N 3 Sragen dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan Kit optik dalam pembelajaran pembiasan cahaya. Faktor penting dalam peningkatan keterampilan proses sains dan pemahaman adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan praktikum. Semakin tinggi keterlibatan siswa dalam kegiatan praktikum semakin tinggi pencapaian pemahaman dan ketrampilan proses sains siswa.37

Redno Kartikasari dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual teaching Learning) dengan Menggunakan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan Proses sains Kelas VIII C SMP N 14 Surakarta memberikan kesimpulan bahwa Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas VIII C SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.38

35

Susiwi, dkk.Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H. (Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2009. ISSN: 1412-0917).

36

Gebi Dwiyanti, dkk, Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum (FPMIPA-Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2003)

37

Widayanto, Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman siswa Kelas X melalui kit optic. (Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia., Vol 5, No.1, Januari. Semarang, 2009)

38

Redno Kartikasari, Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual teaching Learning) dengan Menggunakan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan Proses sains Kelas VIII C SMP N 14 Surakarta, (Jurnal Skripsi Program Pendidikan Biologi UNS Surakarta 2011)


(46)

An Nuril Maulidan F dan Tutut Nurita dalam jurnalnya yang berjudul Pembelajaran Fisika Melalui Metode Eksperimen untuk Melatihkan Perilaku Berkarakter pada Siswa MAN Tlogo Blitar memberikan kesimpulan bahwa Simpulan pada penelitian ini adalah pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen dapat digunakan untuk melatihkan sikap berkarakter ilmiah pada siswa man tlogo blitar.39

Sudadi Mulyono dalam jurnalnya yang berjudul Penggunaan Metode Eksperimen Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran reproduksi Tumbuhan di SMA N 6 Surakarta memberikan kesimpulan bahwa penggunaan metode eksperimen secara signifikan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Adanya peningkatan nilai hasil belajar dari pretest sampai posttest (diasumsikan sebagai prestasi belajar siswa) pada siklus I, II, dan III menunjukkan penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Penggunaan metode eksperimen yang disertai Tanya jawab, diskusi dan pembimbingan kepada kelompok siswa dalam pembelajaran, dapat menimbulkan berbagai peningkatan meliputi: keaktifan siswa, motivasi belajar siswa dan kemauan bertanya serta peningkatan penguasaan materi pelajaran.40

C. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan pendidikan sains harus menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses untuk menjelajahi alam sekitar dan memahaminya agar dapat meningkatkan kualitas mereka dalam keilmuan. Hal ini sesuai dengan hakikat IPA yang disampaikan oleh Depdiknas yang meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi.

39

An Nuril Maulidan F dan Tutut Nurita. Pembelajaran Fisika Melalui Metode Eksperimen untuk Melatihkan Perilaku Berkarakter pada Siswa MAN Tlogo Blitar. (Pensa E-Jurnal FMIPA UNESA).

40

Sudadi Mulyono, Penggunaan Metode Eksperimen Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran reproduksi Tumbuhan di SMA N 6 Surakarta.


(47)

Kenyataannya kegiatan pembelajaran hanya mengutamakan mengenai produk sains yang berupa fakta (konsep), prinsip, teori dan hukum saja. Salah satu penyebab tidak tercapainya tujuan pendidikan sains karena penerapan metode pengajaran yang kurang tepat. Hal ini mengakibatkan siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat, yaitu dengan menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan suatu metode yang dapat mengembangkan keterampilan proses.

Metode eskperimen merupakan suatu metode mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan sendiri fakta-fakta yang diperlukan dan ingin diketahui. Metode ini menekankan siswa pada kegiatan yang harus dialami sendiri, dicari dan ditemukan sendiri data dan pemecahannya. Dengan metode eksperimen perhatian siswa akan lebih dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain serta siswa berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

Metode eksperimen dapat meningkatkan minat dan perhatian siswa dalam belajar. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan praktikum siswa dapat lebih aktif dan terlibat secara langsung dalam usaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman teori-teori berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan. Keberhasilan penggunaan metode eksperimen didukung oleh ketersediaan alat dan bahan di laboratorium serta keterampilan guru dalam pelaksanaan praktikum. Disamping itu keberhasilan metode ini juga bergantung pada tingkat motivasi siswa yang memadai untuk mengamati hasil metode eksperimen yang dilakukannya.

Metode eksperimen merupakan metode yang sering dilakukan oleh scientist. Untuk dapat melakukan eksperimen diperlukan keterampilan dasar seperti mengamati. Dalam rangka mengembangkan kemampuan eksperimen pada diri siswa pada metode eksperimen perlu dilatihkan kemampuan observasi secara cermat, agar mereka mampu melihat kesamaan dan perbedaan serta menangkap sesuatu yang essensial dari fenomena yang diamatinya.


(48)

Salah satu kemampuan dari Keterampilan Proses Sains (KPS) yang dapat dikembangkan melalui metode eksperimen adalah kemampuan observasi. Kemampuan observasi merupakan kemampuan mendasar dalam KPS. Melalui observasi segala objek dan fenomena alam dapat diketahui yaitu dengan menggunakan kelima indera kita yaitu penglihatan, pendengaran, pengecap, pencium dan peraba. Observasi dianggap sebagai langkah pertama dalam suatu kegiatan ilmiah atau memecahkan suatu masalah.

Materi fisika pada pokok pembahasan wujud zat dan perubahannya merupakan salah satu materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari akan tetapi materi ini sering dianggap sulit dan membosankan oleh karena itu materi ini akan disampaikan dengan menggunakan metode eksperimen agar dapat menumbuhkan keterampilan observasi yang merupakan dasar dalam Keterampilan Proses Sains.


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP 2 Mei, penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012, yang dilaksanakan pada tanggal 14, 21, 23 dan 28 Mei 2012.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Disamping itu, penelitian ini juga merupakan penelitian dimana pengumpulan data dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang.

Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian ini melibatkan deskripsi, pencatatan, analisis dan interpretasi yang terjadi pada saat ini. Karena memotret kejadian yang terjadi pada saat penelitian ini belaku, maka di waktu yang akan datang penelitian ini belum tentu berlaku. Penelitiian deskriptif tidak selalu menuntut adanya hipotesa, demikian pula manipulasi variabel ttidak diperlukan, sebab gejala dan peristiwa telah ada, tinggal dideskripsikan. 1

Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis. Sehubungan dengan penelitian deskriptif ini, sering dibedakan atas dua jenis penelitian menurut proses sifat dan analisis datanya yaitu riset deskriftip yang bersifat eksploratif dan riset deskriptif yang bersifat developmental.2

1

Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan PIPA UIN Jakarta, 2008), h. 10.

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), h.245


(50)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajai, tetapi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.3 Populasi dalam penelitian dibedakan dalam dua jenis, yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target yaitu seluruh siswa SMP 2 Mei yang terdaftar pada tahun ajaran 2011-2012. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP 2 Mei.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.4 Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampel yang merupakan pemilihan sekelompok subjek yang didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri-ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi. Keuntungannya terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti.5 Adapun sampel dalam penelitian ini adalah Kelas VII-2 yang berjumlah 31 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data non-tes berupa lembar observasi. Untuk data pendukung digunakan pula pengumpulan data tes berupa Lembar Kerja Siswa. Kedua data tersebut digunakan untuk menganalisis kemampuan observasi dengan menggunakan metode eksperimen.

3

Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.117. 4

Ibid., h.118 5


(51)

E. Instrumen Penelitian

1. Lembar Observasi

Observasi digunakan untuk melihat secara langsung aktivitas guru dan menilai kinerja siswa selama proses pembelajaran. Instrumen ini berupa lembar observasi yang digunakan sebagai alat pengumpul data melalui pengamatan secara objektif. Untuk mengamati kegiatan siswa selama melaksanakan pembelajaran maka disusunlah pedoman observasi. Pedoman observasi merupakan pedoman yang berisikan penilaian aspek afektif dan aspek psikomotor. Dari peneliti berpengalaman dipeoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam skala bertingkat.6

Lembar observasi digunakan untuk mengukur kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Instrument observasi ini berupa tanda checklist (√) artinya observer hanya memberikan tanda checklist (√) jika criteria yang dimaksud dalam format observasi ditunjukkan oleh siswa pada setiap pembelajaran.

Lembar observasi yang telah disusun tidak diujicobakan tetapi dikoordinasikan kepada para observer yang terlibat dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam proses observasi dan pengisian format observasi.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS yang dipergunakan merupakan petunjuk praktikum alternatif yang telah dibuat dengan bimbingan dosen pembimbimg. LKS tersebut dijadikan panduan siswa dalam melaksanakan praktikum wujud zat dan perubahannya yang didalamnya berisi judul, tujuan, dasar teori, alat dan bahan, prosedur percobaan, tabel pengamatan, pertanyaan dan kesimpulan. Selain itu, LKS yang digunakan untuk mengukur kemampuan observasi pada aspek kemampuan menggunakan alat indera, kemampuan mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan kemampuan mencari persamaan dan perbedaan.

6


(52)

F. Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sebelum digunakan untuk memperoleh data-data penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh instrumen yang baik. Dalam penelitian ini untuk uji coba instrumen pedoman observasi adalah dengan uji validitas ahli atau isi. Validitas ini berkaitan dengan butir-butir pertanyaan yang akan diajukan pada siswa. Validitas isi dan keterukuran tujuan dilakukan oleh ahli bidang studi. Bagi mahasiswa pendidikan sains ahli bidang studi bisa melibatkan guru mata pelajaran, dosen pembimbing, dan dosen mata kuliah sains (sesuai topik yang diteliti).7 Pada uji validitas ahli, instrumen pedoman observasi yang telah dibuat divalidasi kepada ahli bidang, validitas yang dilakukan yaitu validitas kesesuaian konsep dan validitas bahasa.

Tabel 3.1 Uji Validitas Ahli

No Aspek Yang Diuji Kriteria

Baik Cukup Kurang

1 Pengembangan indikator kemampuan observasi setiap tahap pembelajaran

2 Pernyataan dirumuskan dengan singkat, padat dan jelas

3 Keterwakilan semua tahap pembelajaran oleh indikator yang dikembangkan

4 Penskoran terhadap tiap-tiap indikator kemampuan observasi

5 Pemilihan kata dan kalimat dalam pengembangan indikator kemampuan observasi

6 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan

7


(53)

G. Teknik Analisis Data

Sebagaimana dalam penelitian deskriptif pada umumnya, maka setelah data terkumpul, analisis yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mencari jumlah frekeunsi dan jumlah persentasenya.

1. Lembar Observasi

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

a. Menghitung skor mentah terhadap pedoman observasi berdasarkan kriteria penilaian yang telah dibuat;

b. Mengubah skor mentah ke dalam bentuk persentase berdasarkan rumus:

�= 100%

Keterangan:

A : Nilai persentase kemampuan observasi : Skor mentah kemampuan observasi : Skor maksimal kemampuan observasi

c. Menentukkan nilai rata-rata yang diperoleh tiap kelompok siswa untuk masing-masing:

1) Kategori kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah. 2) Indikator yang terdapat pada kemampuan observasi.

d. Menentukkan kategori kemampuan observasi berdasarkan skala kategori kemampuan yang dapat dilihat pada tabel 3.2.


(54)

Tabel 3.2 Skala Kategori Kemampuan8

Nilai (%) Kategori Kemampuan

80 – 100 Sangat Baik

66 – 79 Baik

56 – 65 Cukup

40 –55 Kurang

30 – 39 Gagal

e. Menentukkan persentase sebaran kelompok siswa pada setiap kategori kelompok (tinggi, sedan dan rendah) untuk masing-masing kategori kemampuan pada tiap indikator dalam kemampuan observasi dengan rumus:

� = 100%

Keterangan:

a : Sebaran kelompok siswa pada kategori kemampuan.

∑x : Jumlah kelompok siswa pada kategori kelompok (tinggi, sedang dan rendah) dalam setiap kategori kemampuan.

∑y : Jumlah maksimum pada setiap kategori kelompok (tinggi, sedang dan rendah) dalam setiap kategori kemampuan.

f. Menafsirkan nilai persentase sebaran kelompok siswa dalam tiap kategori kemampuan ke dalam bentuk deskriptif berdasarkan tabel harga tafsiran persentase seperti pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Skala Kategori Kemampuan

Nilai (%) Kategori Kemampuan

0 Tidak ada

1 – 25 Sebagian kecil

26 – 49 Hampir separuhnya

50 Separuhnya

8

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 245


(55)

51 – 75 Sebagian besar 76 – 99 Hampir seluruhnya

100 Seluruhnya

g. Menggambarkan persentase tiap indikator dalam kemampuan observasi masing-masing kategori kelompok dalam bentuk grafik.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

a. Menghitung skor mentah terhadap jawaban siswa pada LKS berdasarkan kriteria penilaian yang telah dibuat.

b. Menghitung skor rata-rata tiap kelompok.

c. Mengubah skor rata-rata tiap kelompok ke dalam bentuk persentase dengan rumus:

�= 100%

Keterangan:

A : Nilai persentase kemampuan observasi : Skor mentah kemampuan observasi : Skor maksimal kemampuan observasi

d. Menentukan nilai rata-rata yang diperoleh kelompok siswa untuk masing-masing:

1) Kategori kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah. 2) Indikator yang terdapat pada kemampuan observasi.

e. Menentukkan kategori kemampuan observasi berdasarkan skala kategori kemampuan pada Tabel 3.2

f. Menentukkan persentase sebaran kelompok siswa pada setiap kategori kelompok (tinggi, sedang dan rendah) untuk masing-masing kategori kemampuan pada tiap indikator dalam kemampuan observasi dengan rumus:


(1)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Nugraha Alvin 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5

2 Egi zidan balian 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4

3 Muhammad alif 3 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4

4 Rizki ananda P 3 4 4 3 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 3 3

5 Eka saputra 3 4 4 3 4 4 4 3 4 1 5 4 4 4 3 3

17 22 22 18 22 23 21 18 20 15 21 22 22 22 18 19

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Alfiyah Shinta 4 5 5 4 5 4 5 4 5 3 5 5 4 5 4 4

2 Rino Fahrian S 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4

3 M. Daffa R 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4

4 M. Rio Bimo 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5

5 Sri Ratna Sari 3 4 5 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4 3 4 4

6 Fitri Ayu Lestari 3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 3 4 4

21 27 28 24 26 24 27 24 28 23 26 27 25 24 24 25 Kegiatan Siswa

KO-1 KO-2 KO-3

No Nama Siswa

Kegiatan Siswa

KO-1 KO-2 KO-3

Ketercapaian KO (%) Kelompok Lorentz

Jumlah Total Jumlah Total

81.67

Ketercapaian Indikator 81.5 81.3 74

Kelompok Galileo

80.5 Pertemuan Keempat

Nilai Persentase Kemampuan Observasi Tiap Kelompok

Ketercapaian Indikator 83.75 85.0

No Nama Siswa


(2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Andara Rizkia 3 4 5 5 5 4 4 4 4 1 5 4 3 4 4 4

2 Bagus sukarno 3 4 5 4 4 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 4

3 Anis chairunisa 4 5 5 4 5 4 4 4 4 1 4 5 4 4 4 4

4 Dhea Amelia 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4

5 Widya N aida 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4

18 23 24 23 24 20 21 20 21 16 23 23 21 21 20 20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Selina 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5

2 N. Hartono 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5

3 Andre 3 3 4 3 4 3 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4

4 M. Rian R 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5

5 Firman 3 3 4 3 5 3 5 4 4 1 5 4 3 4 3 3

18 21 22 18 21 18 24 20 20 19 22 23 20 22 22 22 No Nama Siswa

Kegiatan Siswa

KO-1 KO-2 KO-3

Ketercapaian KO (%) 83

Ketercapaian KO (%) 84.5

Kelompok pascal

Jumlah Total

Ketercapaian Indikator 81 84.0 88

Ketercapaian Indikator 86.5 83.3 80

Kelompok Newton

Jumlah Total

Nilai Persentase Kemampuan Observasi Tiap Kelompok Pertemuan Keempat

No Nama Siswa

Kegiatan Siswa


(3)

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Risda yanti 70 75 80 80 1 Emay s 70 70 80 80

2 Fauziyah dhita 70 75 80 80 2 Sarah sadiah 70 70 80 80 3 Dyah ratu h 70 75 80 80 3 Meidina C. A 66 70 80 80 4 Inapa aji 70 70 80 80 4 Rakhmat setiadi 60 70 75 80

5 Haekal rifqi 70 70 80 80 5 Novrian 60 70 75 80

70 73 80 80 65 70 78 80

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Nugraha Alvin 70 75 80 85 1 Alfiyah Shinta 70 70 75 80 2 Egi zidan balian 70 75 80 85 2 Rino Fahrian S 70 70 75 80 3 Muhammad alif 70 75 80 85 3 M. Daffa R 70 70 75 80 4 Rizki ananda P 70 75 80 80 4 M. Rio Bimo 70 70 75 80 5 Eka saputra 70 70 80 80 5 Sri Ratna Sari 70 70 75 80 70 74 80 83 6 Fitri Ayu Lestari 70 70 75 80 70 70 75 80

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Andara Rizkia 70 75 80 85 1 Selina 70 75 80 85

2 Bagus sukarno 70 75 80 85 2 N. Hartono 60 70 80 85 3 Anis chairunisa 70 75 80 85 3 Andre 60 70 80 85 4 Dhea Amelia 70 70 80 80 4 M. Rian R 70 75 80 85

5 Widya N aida 70 70 80 80 5 Firman 66 70 80 85

70 73 80 83 Rata-rata 65 72 80 85

No Nama Pertemuan

Rata-rata Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

Pertemuan

No Nama Pertemuan

No Nama Pertemuan

Kelompok pascal

No Nama

Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa Tiap Kelompok

Kelompok Einstein Kelompok Faraday

Kelompok Galileo Kelompok Lorentz

Kelompok Newton

Pertemuan

No Nama No Nama Pertemuan

Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa Tiap Kelompok Lampiran 5


(4)

(5)

(6)