Anak didik terlihat kurang bergairah belajar. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak
menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan.
Akhirnya, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
b. Metode sebagai strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik
terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Faktor inteligensi mempengaruhi daya
serap anak didik terhadap bahan pelajaran yyang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut di atas, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metode lah salah satu
jawabannya.untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode Tanya jawab,
tetepi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih mudah menyerap pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi atau eksperimen.
c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan
belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah
dirumuskan. Itu sama artinya perbuatan yang sia-sia. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama
komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah suatu alat untuk mencapai tujuan. Dengan
memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelican jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika
tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan akan disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dan
tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sialah perumusan
tujuan tersebut. Apalah artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan. Jadi guru sebaiknya menggunakan metode yang
menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
3. Keterampilan Proses Sains
a. Pengertian Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses Sains didefinisikan secara berbeda oleh beberapa ahli, diantaranya menurut W. Harlen:
“Process skills are described in various ways, all of which suffer from the problem of trying to draw boundaries round things which
are not separable from each other. ”
19
Keterampilan proses sains adalah sejumlah kemampuan atau keterampilan fisik dan mental yang digunakan para ilmuwan untuk
menemukan semua fakta dan konsep.
20
Keterampilan proses sains dibangun dari tiga keterampilan manual, intelektual dan sosial. Sesuai dengan karakteristik sains yang
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya fakta, konsep, prinsip saja namun menekankan pada
penemuan.
21
Terdapat beberapa kesimpulan mengenai keterampilan proses, yaitu:
19
W. Harlen, The Teaching of Science: Studies in Primary Education. London: David Fulthon Publishing Company, 1992 h.18.
20
Conny semiawan.Op- Cit., h.17
21
Zulfiani, dkk. Op- Cit., h.52