Indikator Pencapaian Kompetensi Materi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Mata Pelajaran Ppkn Smp | Makalah Dan Jurnal Gratis

PPKn SMP K-1 13 sebagai wahana pencapaian tujuan pencerdasan kehidupan bangsa beserta implementasinya perlu dievaluasi secara terus menerus dan disempurnakan agar tetap relevan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dengan penyempurnaan ini diharapkan kurikulum selalu adaptif dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu kurikulum perlu disesuaikan dengan strategi pengembangan dan im[plementasinya. Sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia telah mencatat beberapa kali perubahan sesuai dengan perkembangan kehidupan bangsa dan kebijakan nasional pendidikan. Sementara itu perubahan sosial budaya yang sangat cepat memungkinkan sebagian masyarakat merasakan kurikulum sebagai sesuatu hal yang memberatkan dan tidak sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Perkembangan terakhir dialami pasca terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tentang Standar Isi SI, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan SKL, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 yang mengatur tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang SI dan SKL tersebut. Implementasi Standar Isi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan telah mendapat tanggapan dan kritik masyarakat, baik dari para guru, pakar Pendidikan Kewarganegaraan, akademisi di perguruan tinggi dan para politisi maupun masyarakat umum termasuk orang tua menganggap bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengandung kelemahan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam implementasinya sering dipandang sebagai mata pelajaran: tidak menarik; tidak menantang berpikir tingkat tinggi; bersifat hapalan; materi dianggap abstrak, sulit, dan kurang dirasakan manfaat praktisnya; bahkan banyak guru yang merasa kesulitan untuk membelajarkan kepada peserta didik. Kritik tajam terhadap kemasan kurikulum adalah karena dianggap lebih banyak berorientasi pada materi pelajaran daripada pembelajaran peserta didik. Hal ini dampaknya dirasakan oleh pendidik dan peserta didik, karena kurang memperoleh kemudahan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran lebih berupa pemberian banyak materi. Hal ini mengakibatkan kerjasama pendidik dan orang tua hanya sebatas kepentingan penguasaan materi, bukan penekanan pada pembinaan etika dan moral.