Permasalahan yang timbul dalam keberagaman masyarakat yang Beragam.
PPKn SMP K-1 271
Bhinnekata Tunggal Ika itu, pada dasarnya merupakan potensi kekayaan bangsa yang menjadi energi kemajemukan dan demokrasi,
namun di balik itu juga sangat rentan dengan konflik. Kita harus menyadari bahwa kehidupan masyarkat Indonesia
sangat majemuk dalam suku bangsa dan budaya. Keberagaman suku bangsa dan budaya itu akan berdampak negatif, berupa timbulnya
pertentangan antar budaya, jika tidak benar-benar ditangani secara tepat. Kehidupan bangsa Indonesia yang beragam suku bangsa dan
budaya, kadang-kadang diwarnai oleh konflik antar budaya. Hal itu terbukti dari timbulnya berbagai kerusakan sosial, seperti yang terjadi di
Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Situbondo, Ambon, Poso, Sambas, Aceh, Papua Irian Jaya, dan daerah-daerah lainnya.
Peristiwa Tasikmalaya
merupakan contoh
konflik yang
disebabkan oleh kecemburuan Poso merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh perbedaan agama antar umat Islam dengan umat
Kristen. Peristiwa Sambas merupakan contoh konflik dan yang disebabkan oleh perbedaan etnis suku bangsa anara suku Dayak
penduduk asli dengan suku Madura penduduk pendatang. Peristiwa Aceh dan Papua Irian Jaya merupakan contoh konflik sosial yang
disebabkan perbedaan kepentingan politik antara pemerintah Pusat dengan masyarakat daerah setempat.
Kerusakan sosial yang terjadi di ibukota Jakarta tentara suku bangsa Betawi penduduk asli dengan suku bangsa Madura penduduk
pendatang merupakan akibat dari sentiment ke daerahan. Perubahan nilai-nilai budaya akibat pengaruh globalisasi ternyata telah memicu
timbulnya konflik sosial budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Jakarta sebagai ibu kota Negara seringkali diwarnai oleh peristiwa
kerusuhan sosial, seperti peristiwa Tanjung Priuk dan prasasti. Konflik sosial tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan harta yang cukup
banyak. Warga masyarakat yang tidak berdosa banyak yang menjadi korban amuk massa. Konflik sosial akibat keberagaman budaya
mempunyai dampak negatif yang amat luas dan kompleks. Pada era reformasi sekarang ini, dampak negatif akibat
keberagaman social budaya, antara lain sebagai berikut : a
PPKn SMP K-1 272
Menimbulkan krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan dan sulit diatasi , menyebabkan naiknya harga barang-barang kebutuhan
pokok serta rendahnya daya beli masyarakat; b Menimbulkan konflik antar elite dan golongan politik, sehingga menghambat jalannya roda
pemerintah dan pelaksanaan pembangunan; c Menimbulkan konflik
antar suku bangsa, antar golongan, atau antar kelas sosial. d Menimbulkan perubahan sosial dan budaya yang terlalu cepat, sehingga
terjadi perubahan nilai dan norma sosial, perubahan pranata dan lembaga sosial, perubahan pandangn hidup, perubahan sistem dan
struktur pemerintahan, dan sebagainya. Kondisi itu, menandakan bahwa masing-masing komponen
keberagaman masyarakatdaerah secara ideasional dan fisik, memiliki karakteristik yang berbeda yang sulit untuk berintegrasi. Masing-masing
aktor keberagaman dan pendukung kebudayaan daerah baca: suku- suku bangsa saling berupaya agar kebudayaan yang dihasilkan mampu
bertahan sebagaimana kebudayaan-kebudayaan daerah yang lain. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat terkadang justru
berbeda dengan nilai-nilai budaya yang telah disepakati oleh masyarakat di tempat dan lingkungan geografis lain. Belum lagi jika
dikaitkan dengan pepatah Jawa: “desa mawa cara” dan “kutha mawa
tata” desa dan kota memiliki cara dan aturan sendiri-sendiri, “lain lubuk, lain ikannya
” Al-Hakim, 2015. Kondisi demikian bisa jadi akan berpengaruh terhadap cara pandang mereka, ketika pola pikir lokal
ditempatkan dalam kerangka pikir kehidupan berbangsa dan bernegara nasional.
Kenyataan tersebut relevan dengan temuan Berghe dalam Nasikun, 1993, Al-Hakim, 2015, yang menegaskan bahwa dalam
masyarakat majemuk memiliki karakteristik: 1 terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang memiliki sub-kebudayaan yang
berbeda satu sama lain; 2 memiliki struktur sosial yang terbagi dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer; 3 kurangnya
mengembangkan konsensus di antara para anggota terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar; 4 secara relatif seringkali mengalami konflik di
antara kelompok dengan kelompok lain; 5 secara relatif integrasi sosial
PPKn SMP K-1 273
tumbuh di atas paksaan coersion dan saling ketergantungan; dan 6 adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok
lain. Karakteristik tersebut sekaligus, akan berimplikasi munculnya
permasalahan dalam keberagaman masyarakat yang harus menjadi perhatian bersama, yakni munculnya permasalahan etnosentrisme,
pikiran disintegarsi bangsa, konflik horisontal dan vertikal, kesenjangan sosial, kaya-miskin, lemahnya nasionalisme, sekularisme, anarkhisme
dan sebagainya. Implikasi lain, penanganan keragaman masyarakat juga memiliki
konsekuensi politis. Ketika persoalan keberagaman dipandang penting sebagai agenda berbangsa dan bernegara dengan demikian seringnya
persoalan keberagaman dimasukkan dalam konteks kehidupan berbangsa, berakibat penanganan masalah kegeragaman berubah
menjadi argumen politik pemerintah.