65
5. Dampak Kontrol Diri yang Rendah
Gottfredson Hirschi dalam Iga Serpianing Aroma dan Dewi Retno Suminar, 2012: 4 menyatakan bahwa individu yang memiliki
kontrol diri rendah cenderung bertindak impulsif, lebih memilih tugas sederhana dan melibatkan kemampuan fisik, egois, senang mengambil
resiko, dan mudah kehilangan kendali emosi karena mudah frustasi. Individu dengan karakteristik ini lebih mungkin terlibat dalam hal kriminal
dan perbuatan menyimpang daripada mereka yang memiliki tingkat kontrol diri yang tinggi.
Sesuai dengan pendapat Gottfredson Hirschi, Abdul Muhid 2012: 2 juga menuliskan bahwa individu yang kontrol dirinya rendah
tidak mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilakunya serta tidak mampu menginterpretasikan stimulus yang dihadapi sehingga tidak
dapat mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi pada akhirnya tidak mampu memilih tindakan yang tepat.
Kemudian Herasti Widyari 2011: 5 mengungkapkan bahwa kontrol diri sangat diperlukan bagi setiap orang, terutama bagi seorang
remaja awal. Usia remaja adalah usia di mana individu sedang mencari identitas diri sebagai salah satu tugas perkembangannya. Sehingga jika
remaja memiliki kontrol diri yang rendah, dikhawatirkan remaja tersebut akan mengalami krisis identitas dan memiliki kecenderungan untuk
melakukan hal-hal yang bersifat negatif.
66
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dampak dari kontrol diri yang rendah yaitu individu tidak dapat mengarahkan,
mengatur dan mengelola perilakunya sehingga tidak mampu memilih tindakan yang tepat sehingga dapat menimbulkan frustasi dan lebih mudah
marah. Dampak lain yaitu individu akan mengalami krisis identitas dan memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang bersifat negatif.
D. Remaja 1. Pengertian Remaja
Kata remaja diterjemahkan dari kata dalam bahasa Inggris adolescence
atau adoleceré bahasa latin yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Istilah lain untuk menunjukkan
pengertian remaja yaitu pubertas. Pubertas berasal dari kata pubes dalam bahasa latin yang berarti rambut kelamin, yaitu yang merupakan tanda
kelamin sekunder yang menekankan pada perkembangan seksual. Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 123.
Endang Poerwanti dan Nur Widodo 2002: 106 mengungkapkan bahwa masa remaja adalah tahapan perkembangan yang pada umumnya
dimulai sekitar usia 13 tahun. Sedangkan Hurlock 1980: 206 mengungkapkan pandangan Piaget
mengenai remaja yaitu masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.