PENERAPAN TEKNOLOGI RUMAH MURAH BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL

Laporan Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Tahun 2014 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -74 8. Propinsi Sulawesi Utara 9. Propinsi Sulawesi Tengah Anggaran 2014 : 1. Propinsi Riau 2. Propinsi Jambi 3. Propinsi Bangka Belitung 4. Propinsi Nusa Tenggara Timur 5. Propinsi Sulawesi Barat Pada tahun 2015 kegiatan ini masih akan dilanjutkan untuk propinsi Banten, Sumatera Selatan, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Gorontalo dan Nangroe Aceh Darusslam. Pada proses pelaksanaan pembangunan penerapan rumah contoh diatas, guna melengkapi hasil - hasil penelitian di laboratorium, maka di lapangan dilakukan kajian teknis seperti, keterdapatan dan sistem pengadaan bahan baku, proses pembuatan produksi, transportasi mobilisasi lapangan, kemudahan dan kecepatan dalam pemasangan serta pengamatan waktu kerja dan lain-lain. Di samping kajian aspek teknis dan pengamatan, maka pada tahun anggaran 2014 ini masih perlu melanjutkan kegiatan pada tahun sebelumnya untuk melakukan kajian aspek sosial budaya di seluruh lokasi terapan pembangunan rumah contoh yang telah dibangun, khususnya faktor keberterimaan animo masyarakat. Ini penting guna mendapatkan data langsung dari konsumen calon penghuni, apakah rumah contoh dapat diterima oleh masyarakat luas. Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa, teknologi rumah contoh yang dikembangkan ini secara teknis dan sosial budaya serta layak untuk dikembangkan ke daerah – daerah lain. Sejalan dengan kegiatan kajian sosial budaya, maka pada tahun anggaran 2014 ini juga dilakukan penerapan pembangunan prototype rumah murah di propinsi – propinsi lainnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat mempercepat dan memperluas cakupan wilayah sosialisasi teknologi terapan rumah contoh yang layak huni dan memenuhi standar secara teknis serta kesehatan. Gambar 3.16 Prototipe teknologi rumah berbasis bahan baku lokal Laporan Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Tahun 2014 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -75

2. PENERAPAN TEKNOLOGI AIR MINUM DAN SANITASI DI KAWASAN DAERAH ALIRAN

SUNGAI DAS Diberlakukannya Kepmen PU no. 16, tahun 2008, tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman KSNP- SPALP mencerminkan upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman. Oleh karena sebagai upaya memperbaiki dan memelihara keberlanjutan fungsi hidrologis DAS, maka sangat diperlukan penerapan teknologi dan strategi pengelolaan yang tepat sesuai karakteristik DAS. Model penerapan teknologi air dan sanitasi yang sesuai spesifik lokasi DAS, diperlukan untuk pemanfaatan potensi DAS dalam menjamin kebutuhan pokok air minum masyarakat dan ketercapaian sanitasi yang layak menuju pengelolaan air yang berkelanjutan. Berkaitan dengan permasalahan dan kebijakan terkait, maka sejak tahun 2012-2014, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Kementerian PU, telah melaksanakan penerapan teknologi terpadu di zona hulu perkotaan DAS Bengawan Solo, zona hulu- hilir DAS Citarum, DAS Ciliwung serta di zona hulu DAS Brantas. Hasil penelitian menunjukkan, penerapan teknologi terpadu dapat mendukung penyediaan air minum, peningkatan pelayanan sanitasi berbasis daur ulang serta mendukung peningkatan fungsi DAS. Pada tahun 2015, akan dilakukan identifikasi faktor faktor peningkatan kinerja dan perubahan sosial dari penerapan teknologi terpadu air minum dan sanitasi yang telah dilakukan di kawasan DAS. Selain itu dilakukan penerapan teknologi terpadu secara komunal di lokasi permukiman DAS prioritas dan strategis nasional. Oleh karena itu Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Kementerian PU, melalui penelitian penerapan teknologi air dan sanitasi lingkungan di kawasan DAS diharapkan dapat memberikan rekomendasi pada upaya peningkatan kinerja penyelenggaraan pengelolaan air dan peningkatan kelestarian sumber daya air yang semakin terancam oleh dampak permukiman. Lingkup kajian dan penerapan teknologi meliputi beberapa wilayah di DAS Citarum,yaitu: 1. Kawasan DAS Citarum Hulu : Kab. Sumedang, Kab. Bandung oxbow Citarum, merupakan lokasi untuk penerapan teknologi air dan sanitasi karena banyaknya kawasan permukiman padat yang minim akses air minum dan sanitasi 2. Kawasan DAS Citarum Tengah : Bandung Barat, merupakan lokasi yang memiliki potensi sumber daya air yang belum dimanfaatkan untuk masyarakat serta tingginya timbulan sampah di kawasan DAS. 3. Kawasan DAS Citarum Hilir : Kabupaten Karawang, sebagai kawasan DAS hilir yang paling banyak dipengaruhi oleh intrusi air laut dan kebiasaan masyarakat yang tinggi untuk menggunakan sungai sebagai sarana sanitasi yang tidak sehat. 4. Kawasan DAS Cisadane dan Bengawan Solo; sebagai lokasi untuk kajian pembanding untuk mendukung penerapan teknologi penyediaan air minum dan sanitasi untuk kawasan DAS Citarum. 5. Bandung dan Jakarta sebagai lokasi untuk konsultasipembahasan kegiatan penerapan teknologi air dan sanitasi dalam kaitannya dengan kebijakan pemerintah dalam peningkatan kinerja pengelolaan air. Laporan Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Tahun 2014 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III -76 Output kegiatan ini adalah i terbangunnya suatu prototipe teknologi pengolahan air dan sanitasi secara sustainable pada area permukiman di kawasan DAS, ii tersedianya modul panduan pengelolaan teknologi air dan sanitasi yang sesuai karakteristik kawasan permukiman DAS. Sedangkan outcome kegiatan ini adalah tersedianya alternatif teknologi pengolahan air dan sanitasi yang dapat dipertimbangkan untuk pengelolaan air di lingkungan permukiman kawasan DAS oleh para pemangku kepentingan Selain kegiatan prioritas BAPPENAS diatas Puslitbang Permukiman juga telah melaksanakan beberapa kegiatan lain yang mendukung Mitigasi Bencana, RAN MAPI maupun EKONOMI KREATIF. Output dari suatu kegiatan layaknya dapat dirasakan manfaatnya oleh penggunanya. Demikian pula output yang telah dicapai oleh Puslitbang Permukiman yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas Pada tabel 3.66 dibawah ini kami sampaikan capaian output atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 4, sebagai berikut Gambar 3.17 Prototipe teknologi pengolahan air dan sanitasi di kawasan DAS