Kelebihan Metode Sosiodrama Deskripsi Teori

37 7 Guru memberikan kesempatan untuk siswa mengadakan latihan sebelum praktik bermain drama di depan kelas. 8 Menyiapkan pengamat, yaitu guru memberikan motivasi kepada kelompok siswa yang belum tampil untuk mengamati dan menilai permainan, sehingga semua siswa dapat menghayati peran dan pesan yang ada di dalam permainaan drama. 9 Secara berkelompok, siswa bergantian bermain drama di depan kelas. Dalam hal ini guru hendaknya mendorong siswa untuk memunculkan spotanitas di dalam permainan. Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapatkan kesulitan. Setelah sosiodrama yang diperankan siswa mencapai situasi klimaks, maka harus dihentikan agar kemungkinan- kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara umum. 10 Guru mengadakan sesi tanya jawab, diskusi, kritik, analisis, dan evaluasi tentang kegiatan bermain drama yang telah dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini guru dapat mengarahkan diskusi siswa bukan pada kualitas pemeranan, yang perlu disoroti adalah cara pemeranan dalam mengomunikasikan perasaan atau mengomunikasikan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Tahapan-tahapan di atas merupakan garis besar dari metode sosiodrama. Sebenarnya guru tidak harus menerapkan semua tahapan sama persis seperti di atas. Guru lebih mengetahui kondisi kelas yang diampunya sehingga guru bisa melihat apakah tahapan di atas sesuai atau tidak dengan kondisi siswa dan kelasnya. Apabila tidak sesuai maka guru dapat menyederhanakannya tanpa menghilangkan aktivitas inti dari metode sosiodrama. 38

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Hasil penelitian Imam Baihaqi 2011 tenta ng “Peningkatan Keterampilan Bermain Drama dengan Metode Role Playing pada Kolompok Teater Kenes SMPN 4 Yogyakarta ” menyimpulkan bahwa metode role playing dapat meningkatkan keterampilan bermain drama pada kelompok Teater Kenes SMPN 4 Yogyakarta. Kemampuan rata-rata siswa dalam bermain drama sebelum adanya implementasi tindakan berkategori kurang. Namun, setelah implementasi tindakan selama dua siklus, kemampuan rata-rata siswa dalam bermain drama menjadi kategori baik. Proses pembelajaran bermain drama juga mengalami peningkatan. Sebelum implementasi tindakan, siswa masih belum berani untuk bermain peran, kurang aktif, dan siswa masih terlihat ragu untuk melakukan gerakan sehingga peran yang dimainkan menjadi kurang maksimal. Setelah implementasi tindakan, siswa menjadi lebih berani aktif di dalam pembelajaran, dan mereka tidak ragu lagi untuk melakukan gerakan, bahkan mereka sudah bisa melakukan improvisasi gerakan. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu pada jenis penelitian dan subjek penelitian. Kedua penelitian sama-sama memiliki jenis penelitian tindakan kelas. Kedua penelitian ini juga sama-sama memiliki subjek penelitian yang sama yaitu keterampilan bermain drama. Perbedaan penelitian ini dengan yang akan diteliti adalah penelitian ini menggunakan metode role playing, sedangkan peneliti menggunakan metode sosiodrama. Hasil penelitian M. Zaenal Arifin 2013 tentang “Keefektifan Media Video Pementasan Drama dalam Pembelajaran Bermain Peran pada Siswa Kelas