Materi Pembelajaran SIMPULAN DAN SARAN

157 Cukup: kemunculan pertama terlihat sedikit ragu-ragu – gerakan bersifat alami – kurang dapat memposisikan diri blocking. 5-6 Kurang: kemunculan pertama terlihat ragu-ragu – gerakan terlihat kaku – kurang dapat memposisikan diri blocking. 3-4 Sangat kurang: kemunculan pertama terlihat gugup – gerakan terlihat canggung – tidak dapat memposisikan diri blocking 1-2 Sikap Sangat baik: sikap sangat sesuai dengan watak tokoh – sangat menjiwai watak tokoh. 9-10 Baik: sikap sesuai dengan watak tokoh – menjiwai watak tokoh. 7-8 Cukup: sikap cukup sesuai dengan watak tokoh – kurang menjiwai watak tokoh. 5-6 Kurang: sikap kurang sesuai dengan watak tokoh – kurang menjiwai watak tokoh. 3-4 Sangat kurang: sikap tidak sesuai dengan watak tokoh – tidak menjiwai watak tokoh. 1-2 Diksi Intonasi Sangat baik: dapat mengatur jeda dengan tepat – intonasi bervariasi sesuai watak tokoh – pembicaraan lancar dan tidak terputus-putus. 9-10 Baik: dapat mengatur jeda dengan tepat – intonasi bervariasi sesuai watak tokoh – pembicaraan lancar tetapi sedikit terputus-putus. 7-8 Cukup: dapat mengatur jeda – intonasi cukup bervariasi sesuai watak tokoh – pembicaraan kurang lancar dan tidak terbata-bata. 5-6 Kurang: kurang dapat mengatur jeda – intonasi monoton – pembicaraan tidak lancar dan terbata- bata. 3-4 Sangat kurang: sama sekali tidak dapat mengatur jeda – berbicara seolah membaca dan tidak jelas. 1-2 Artikulasi Sangat baik: pengucapan keras – terdengar jelas – dapat dimengerti. 9-10 Baik: pengucapan keras – terdengar cukup jelas – dapat dimengerti. 7-8 Cukup: pengucapan cukup keras – terdengar jelas – kurang dapat dimengerti. 5-6 Kurang: pengucapan pelan – terdengar tidak begitu jelas – tidak dapat dimengerti. 3-4 Sangat kurang: pengucapan sama sekali tidak dapat dimengerti. 1-2 Nilai akhir = Perolehan skor x skor ideal = Skor maksimal 60 100 60 Bantul, Maret 2016 Guru Bahasa Indonesia Zukhriyanta, S.Pd. NIP 19710215 200604 1 012 Peneliti Zusma Nadya Izzati NIM 12201241071 158 Lampiran 1 Materi Perkataan “drama” berasal dari bahasa Yunani “Dromai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, beraksi, atau action Waluyo, 2001: 2. Di kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah drama sebagai salah satu genre sastra atau drama sebagai sebuah kesenian yang mandiri. Teks drama merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa, sedangkan pementasan drama adalah salah satu kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis dekorasi dan panggung, seni kostum, seni rias, seni tari, dan lain sebagainya. Jika kita membicarakan pementasan drama, maka kita dapat mengarahkan ingatan pada wayang, ludruk, ketoprak, lenong, dan film. Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya Marno Idris, 2012: 87. Sosiodrama adalah teknik yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan, melalui suasana yang didramatisasikan sehingga dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan. Metode ini merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Kelebihan metode sosiodrama diantaranya adalah membuat siswa lebih tertarik pada pelajaran karena masalah-masalah sosial sangat berguna bagi mereka. Siswa lebih mudah memahami masalah-masalah sosial karena mereka bermain peran sendiri. Bagi siswa yang berperan sebagai orang lain, maka ia dapat menempatkan diri seperti watak orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi, dan cinta kasih terhadap sesama. Akhirnya, siswa dapat dapat berperan dan menimbulkan diskusi yang hidup, karena menghayati sendiri permasalahannya. Akting adalah suatu peragaan yang bertujuan untuk membangun suatu tokoh sehingga penonton dapat menikmatinya. Melihat betapa pentingnya akting dalam sebuah drama, maka ada tiga sapek yang bisa dilakukan oleh aktor untuk menggambarkan apa yang telah ditentukan penulis lewat tubuh dan wataknya Herymawan, 1993: 45, ketiga aspek yang dimaksud adalah sebagai berikut.