Aktivitas dan Hasil Belajar

21 proses pembelajaran. Kemampuan afektif muncul melalui nilai-nilai karakter yang terintegrasi pada setiap langkah pembelajaran dalam RPP. Dengan demikian, keseluruhan kemampuan hasil belajar tercakup dalam pembelajaran IPA.

2.1.4 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Nasution 1993 dalam Islamudin 2012: 39 menyatakan bahwa masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam tahun hingga sebelas atau dua belas tahun. Hal serupa juga diungkapkan oleh Suryobroto 1990 dalam Islamudin 2012: 40, membagi masa usia sekolah dasar menjadi dua fase, yaitu: 1 masa kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun, dan 2 masa kelas tinggi sekolah dasar, kira- kira umur 9 atau 10 sampai 11 atau 12 tahun. Dalam tahap perkembangan ini anak sudah dapat berpikir atau mencapai hubungan antara kesan dan logis. Dengan berkembangnya fungsi pikiran anak, maka anak sudah dapat menerima pendidikan dan pengajaran. Pendapat lain juga diutarakan Piaget dalam Hill 2012: 161 yang membagi perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap yaitu: 1 Tahap sensorimotor umur 0-2 tahun, pada tahap ini anak belum memasuki usia sekolah. 2 Tahap praoperasional umur 2-7 tahun, pada tahap ini kemampuan skema kognitif anak masih terbatas dan suka meniru orang lain. 3 Tahap operasional konkret umur 7-11 tahun, pada tahap ini anak sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. 22 4 Tahap operasional formal umur 11 tahun keatas, pada tahap ini anak telah memiliki kemampuan mengoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun berurutan. Dari empat tahap perkembangan kognitif yang diutarakan oleh Piaget, siswa sekolah dasar termasuk dalam tahap operasional konkret umur 7-11 tahun. Pada tahap ini siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret, sehingga belum bisa berpikir abstrak.

2.1.5 Hakikat IPA

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam IPA. Ilmu pengetahuan alam atau natural science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, yakni ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini Samatowa 2011: 3. Ledoux 2002: 34 menyatakan bahwa “natural sciences are defined as disciplines that deal only with natural event”. Ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai mata pelajaran yang hanya berhubungan dengan kejadian alam. Susanto 2013: 167 menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap. IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Sementara itu, Putra 2013: 51 menyatakan bahwa IPA sebagai proses atau metode dan produk. IPA adalah pengetahuan yang mempelajari, 23 menjelaskan, serta menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat empiris. Ilmu pengetahuan sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh ilmuwan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk, antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori-teori IPA. Ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan konsep tersebut. Proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains science process skills. Keterampilan proses sains terdiri dari mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan. Ilmu pengetahuan alam sebagai sikap. Dalam pembelajaran IPA harus dikembangkan sikap ilmiah. Menurut Sulistyorini 2006 dalam Susanto 2013: 169, ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA, yaitu: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri. Sikap ilmiah itu dapat dikembangkan melalui kegiatan dalam pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek. Sutrisno 2007 dalam Susanto 2013: 167 menambahkan IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Penambahan ini bersifat pengembangan dari ketiga komponen di atas, yaitu pengembangan prosedur dari 24 proses, sedangkan teknologi merupakan pengembangan dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk.

2.1.6 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi mata pelajaran IPA di sekolah dasar menyebutkan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk sekolah dasar meliputi aspek-aspek berikut. 1 Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2 Bendamateri, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3 Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4 Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Pendidikan IPA di SD bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari alam sekitar. IPA SD didefinisikan Paolo dan Marten 1993 dalam Sawatowa 2011: 5 sebagai pengamatan terhadap apa yang terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, dan menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Khusus untuk kelas V SD, materi pokok IPA meliputi : organ pernafasan manusia, pencernaan manusia, peredaran darah manusia, tumbuhan hijau,

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MEDIA VIDEO TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD NEGERI KEPANDEAN 03 KECAMATAN DUKUHTURI KABUPATEN TEGAL

0 31 283

KEEFEKTIFAN TEKNIK MODELLING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI MEMBUAT KERAJINAN DARI KERTAS SISWA KELAS IV SD NEGERI RANDUGUNTING 5 KOTA TEGAL

6 58 297

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT OBSERVE EXPLAIN) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KEJAMBON 4 KOTA TEGAL

2 25 408

KEEFEKTIFAN METODE BERMAIN JAWABAN TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PEMBENTUKAN TANAH DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON2 KOTA TEGAL

0 15 328

KEEFEKTIFAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATERI STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI KELAS V SD NEGERI PESAYANGAN 01 KABUPATEN TEGAL -

0 1 74

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN OUTDOOR LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PESAYANGAN ABUPATEN TEGAL

0 2 73

STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DAN TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI TEGALSARI 4 DAN OTA TEGAL

0 1 87

KEEFEKTIFAN MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD NEGERI GUGUS MUWARDI TINGKIR KOTA SALATIGA

0 0 65

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA APLIKASI MICROSOFT POWERPOINT TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA PADA SISWA KELAS V SDN RANDUGUNTING OTA TEGAL

0 0 93

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI TANAH MELALUI PENDEKATAN CTL IPA PADA SISWA KELAS V SD 1 JEPANG

0 0 25