40
01 Sumurbanger.
2 Shintawati 2013, yang berjudul “Penerapan Pendekatan Contextual
Teaching And Learning CTL Pada Pembelajaran Matematika Materi Operasi Penjumlahan Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa:
Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran
20122013”. Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan Contextual Teaching and
Learning CTL terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian tindakan kelas dimana
pada tes awal nilai rata-rata kelasnya adalah 62 dan setelah melakukan
penelitian tindakan kelas menjadi 88.
Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yakni sama-sama menerapkan pendekatan
Contextual Teaching and Learning CTL dalam pembelajaran di kelas tinggi Sekolah Dasar.
2.3 Kerangka Berpikir
Karakteristik objek IPA adalah lingkungan alam sekitar yang dalam pengajarannya membutuhkan pembelajaran langsung dengan bukti-bukti konkret
maupun media pembelajaran yang mewakili benda konkret untuk memudahkan siswa mempelajarinya. Pembelajaran juga harus dilaksanakan dalam suasana
yang menyenangkan sehingga siswa menjadi tertarik dan ikut aktif dalam
41 pembelajaran.
IPA adalah ilmu yang mempelajari obyek-obyek konkret di lingkungan sekitar siswa SD. IPA diharapkan membuat siswa SD memliki sifat ilmiah,
kreatif dan sosial. Oleh karena itu, guru diharapkan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD sehingga mampu
memahami konsep IPA. Pada kenyataanya, pembelajaran lebih berpusat pada guru teacher centered. Hal tersebut terlihat dari minimnya siswa yang berani
aktif bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru. Pendekatan konvensional memang baik untuk diterapkan, tetapi hendaknya guru lebih memvariasikan
pembelajaran dengan madukan media yang bersifat konkret, agar pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran yang kurang bermakna menjadikan hasil belajar
kurang melekat dalam pola pikir dan tindakan siswa. Akibatnya, hal ini berpengaruh pada rendahnya hasil belajar siswa.
Pembelajaran yang menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut terjadi karena
dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL terdapat tujuh komponen yang mendasari pelaksanaan proses pembelalajaran. Tujuh komponen
tersebut, yaitu: konstruktivisme constructivisme, bertanya questioning, inkuiri inquiry, masyarakat belajar learning community, pemodelan modeling,
refleksi reflection dan penilaian autentik authentic assessment. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengujikan pendekatan Contextual
Teaching and Learning CTL pada kelas eksperimen dan pendekatan konvensional pada kelas kontrol. Peneliti hendak membandingkan tingkat
42 aktivitas dan hasil belajar yang lebih optimal diantara kedua kelas yang diberi
perlakuan berbeda tersebut. Dengan adanya perbedaan aktivitas dan hasil belajar yang ditunjukkan itu, diharapkan dapat memberi masukkan bagi guru sebagai
bahan pertimbangan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran IPA khususnya materi gaya magnet, sehingga kedepan pembelajaran IPA dapat
mencapai tujuan yang optimal. Uraian tersebut dapat jelaskan dalam bagan kerangka berpikir di bawah ini.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho
1
: Tidak terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA materi gaya magnet antara yang memperoleh
Aktivias dan hasil belajar siswa dengan
pembelajaran konvensional
Aktivias dan hasil belajar siswa dengan
pembelajaran kontekstual
dibandingkan Proses
Pembelajaran Pembelajaran
Konvensional Pembelajaran
Kontekstual Pembelajaran
IPA, materi
gaya magnet
yang kurang
bermakna menyebabkan:
1. Aktivitas belajar rendah. 2. Hasil belajar kurang optimal.