17 Perubahan kondisi bahan amorf dari gelas menjadi rubbery menginduksi
terjadinya  pengempalan  dan  kelengketan.  Pengempalan  terjadi  ketika partikel  bubuk  amorf  mengalami  plastisasi  penurunan  Tg  yang
menyebabkan  peningkatan  mobilitas  zat  terlarut  dan  mampu  membentuk jembatan antar partikel yang cukup kuat sehingga mengakibatkan terjadinya
kelengketan.  Bahan  yang  berada  dalam  keadaan  gelas  memiliki  viskositas sangat tinggi, dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membentuk
jembatan  antar  partikel.  Adanya  penurunan  viskositas  yang  dramatis  pada daerah  transisi  gelas  menyebabkan  pembentukan  jembatan  antar  partikel
terjadi  dalam  waktu  singkat  dan  menyebabkan  kelengketan  atau pengempalan Ross et al, 1996.
F. PUFFING
1. Pengertian
Puffing merupakan salah satu proses pengolahan bahan pangan dimana bahan  pangan  tersebut  mengalami  pengembangan  atau  ekspansi  volume
sebagai  akibat  pengaruh  perlakuan  suhu  dan  tekanan  sehingga mengakibatkan terjadinya proses perubahan pada struktur bahan tersebut.
Salah  satu  produk  puffing  adalah  breakfast  cereal  atau  ready  to  eat cereal.  Produk  yang  sudah  populer  di  daerah  Jawa  Barat  dan  juga  banyak
dijual  di  Supermarket  adalah  puffed  jagung  atau  popcorn  dan  puffed  beras yang  produknya  dikenal  dengan  nama  jipang.  Teknologi  puffing  serelia
telah  dikembangkan  oleh  A.P.  Anderson  pada  awal  tahun  1900.  Menurut Matz 1959, proses puffing dapat dibedakan atas dua tipe, yaitu:
1. Atmospheric  pressure  procedures.  Cara  ini  bertumpu  pada  aplikasi
panas  yang  tinggi  dan  mendadak  untuk  memperoleh  penguapan  air yang cepat.
2. Pressure drop processes. Cara ini menyangkut perubahan tekanan dari
partikel  basah  yang  telah  sangat  panas  ke  ruang  pada  tekanan  yang lebih  rendah  seperti  yang  terjadi  pada  proses  ekstrusi  pangan.  Dalam
kasus  ini  penurunan  tekanan  dapat  dicapai  dengan  melepaskan  tutup egel pada vessel yang berisi produk yang telah disetimbangkan dengan
18 uap  bersuhu  tinggi  atau  dapat  juga  dilakukan  dengan  memindahkan
material panas yang berada dalam ruang bertekanan.
2. Prinsip Teknik Puffing
Fenomena  puffing  merupakan  hasil  dari  ekspansi  yang  tiba  –  tiba  dari uap air dalam celah – celah suatu  granula. Berdasarkan cara pembuatanya,
puffed  serelia  dapat  dibuat  dengan  tiga  cara,  yaitu  menggunakan  puffing gun,  oven  dan  ekstruksi  Matz,  1959;  Maxwell  dan  Holahan,  1974.  Pada
cara  Anderson,  umumnya  biji  –  biji  dimasak  tanpa  penambahan  bahan lainnya, kemudian diatur pada kadar air yang tepat dan ditutup rapat dalam
puffing gun. Puffing  gun  terdiri  dari  sebuah  silinder  horisontal  yang  diputar  pada
sumbunya,  pembakar  gas  atau  pemanas  lainnya  yang  diletakkan  untuk memanaskan bagian luar silinder dan alat – alat pembuka silinder serta alat
–alat  untuk  memasukkan  dan  mengeluarkan  bahanproduk.  Massa  biji  – bijian  yang  jatuh  berserakan  dalam  silinder  yang  berputar  menjadi  panas
dalam beberapa menit dan didesak oleh udara panas dan uap air bahan. Bila tekanan  yang  diharapkan  telah  tercapai  pada  kisaran  90  –  250  psi,  tutup
dibuka dan isinya akan meledak dengan bunyi nyaring dan butir serelia akan terekspansi oleh penguapan air internal yang tiba – tiba.
Kondisi  yang  tepat  dari  tahap  –  tahap  puffing  mempunyai  pengaruh penting pada rasa dan stabilitas produk. Waktu pembakaran harus dikontrol
dalam  selang  beberapa  detik  untuk  menghindari  kurangnya  ekspansi maupun  terjadinya  kegosongan  produk  Maxwell  dan  Holahan,  1974.
Produk  puffing  harus  dipertahankan  pada  kadar  air  sekitar  3  atau  kurang untuk memperoleh suatu kerenyahan yang diinginkan.
3. Kualitas Produk Puffing