I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Jumlah penduduk Indonesia cenderung meningkat setiap tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2010 telah mencapai 237,641,326 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 1,29 persen. Pada
tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia mencapai 220 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2009 tercatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 231 juta jiwa.
Peningkatan jumlah penduduk tersebut menyebabkan jumlah permintaan terhadap makanan pun meningkat. Menurut teori Maslow, makanan merupakan
kebutuhan fisiologis yang akan selalu dibutuhkan selama manusia hidup Engel et al. 1994. Tanpa makan dan minum manusia tidak dapat beraktivitas.sehingga
makanan sangat dibutuhkan untuk dapat bertahan hidup. Hal ini dapat ditunjukkan dari besarnya persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan lebih besar
dibandingkan dengan persentase pengeluaran rumah tangga untuk bukan makanan yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 . Persentase Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Tahun 2008-2010
Indikator Terpilih 2008
2009 2010
Persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan
50,17 50,62
51,43 Persentase pengeluaran rumah tangga
untuk bukan makanan 49,83
49, 38 48,57
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia 2011
Globalisasi mempunyai pengaruh yang cukup cukup kuat terhadap kehidupan masyarakat. Salah satu cirinya adalah perubahan gaya hidup dan pola
konsumsi makanan. Kesibukan masyarakat menyebabkan mereka tidak mempunyai waktu untuk menyiapkan makanan di rumah sehingga mereka lebih
memilih untuk menghabiskan waktu luang dan uang dengan menikmati makanan dan minuman di luar rumah seperti restoran ataupun rumah makan. Masyarakat
juga menjadikan kebiasaan makanan di restoran sebagai tempat berkumpul dan bersosalisasi dengan orang lain baik dengan keluarga, kerabat, teman, dan rekan
2
kerja. Hal ini menyebabkan semakin tinggi permintaan masyarakat terhadap restoran atau rumah makan sebagai pilihan untuk tempat makan.
Tabel 2. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan Menurut
Kelompok Barang Makanan, Indonesia Tahun 2008-2010 Kelompok Barang Makanan
Tahun 2008
2009 2010
Padi-Padian 9,57
8,86 8,89
Umbi-umbian 0,53
0,51 0,49
Ikan 3,96
4,29 4,34
Daging 1,84
1,89 2,1
Telur dan susu 3,12
3,27 3,2
Sayur-sayuran 4,02
3,91 3,84
Kacang-kacangan 1,55
1,57 1,49
Buah-buahan 2,27
2,05 2,49
Minyak dan lemak 2,16
1,96 1,92
Bahan minuman 2,13
2.02 2,26
Bumbu-bumbuan 1,12
1,08 1,09
Konsumsi lainnya 1,39
1,33 1,29
Makanan dan minuman jadi 11,44
12,63 12,79
Minuman beralkohol -
- -
Tembakau dan sirih 5,08
5,26 5,25
Jumlah makanan 50,17
50,62 51,43
Sumber : Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Makanan, Badan Pusat Statistik 2011.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa makanan dan minuman jadi merupakan peringkat pertama untuk pengeluaran konsumsi masyarakat.
Peningkatan permintaan konsumen terhadap makanan dan minuman jadi menjadi suatu peluang bisnis bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa khususnya jasa
kuliner seperti restoran. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi sasaran pengusaha untuk membuka bisnis kuliner dikarenakan letak kota bogor
yang strategis dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Semakin banyaknya usaha kuliner seperti restoran membuat persaingan semakin ketat. Perkembangan bisnis
restoran dapat dilihat pada Tabel 3.
3
Tabel 3 . Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun 2003-2009
Tahun Jumlah Restoran buah
Laju Pertumbuhan 2003
178 -
2004 192
7,87 2005
222 15,63
2006 248
11,71 2007
268 8,06
2008 211
-21,2 2009
225 6,6
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor 2010
Berdasarkan Tabel 3, perkembangan jumlah restoran di kota Bogor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun pada tahun 2008 jumlah restoran
dan rumah makan di Kota Bogor mengalami fluktuatif. Hal ini mengindikasikan bahwa restoran yang tidak dapat bersaing akan mudah mengalami kebangkrutan
dan kerugian. Berkembangnya jenis restoran di kota Bogor merupakan reaksi dari
beragamnya selera konsumen akan makanan yang terdapat di kota Bogor. Perkembangan restoran dan rumah makan berdasarkan jenis-jenis makanan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 . Perkembangan Restoran di Kota Bogor Berdasarkan Jenis Hidangan
yang Disajikan Tahun 2005-2008 Jenis Hidangan
Jumlah Unit 2005
2006 2007
2008 Indonesia
45 48
51 54
Daerah 38
39 41
43 Internasional
37 38
40 41
Oriental 35
36 40
47 Kontinental
40 43
45 50
Sumber : Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Bogor 2008
4
Bisnis restoran saat ini terus mengalami peningkatan sehingga banyak ditemukan restoran dimana-mana. Peningkatan restoran ini mengindikasikan
adanya persaingan yang cukup ketat antar restoran yang ada di kota Bogor. Persaingan ini menyebabkan pelaku usaha bersaing untuk memberikan yang
terbaik baik dari segi pelayanan maupun dari segi produk yang ditawarkan agar tetap diakui dan dipilih oleh konsumen.
Salah satu restoran yang berada dalam persaingan antar restoran adalah Restoran Riung Gili-Gili yang berada di Jalan Pajajaran 69, Bogor. Persaingan
tersebut mengharuskan pihak Restoran Riung Gili-Gili menerapkan strategi pemasaran yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Ini
dikarenakan konsumen memegang peranan yang penting di dalam keberhasilan suatu usaha.
Untuk dapat bertahan dalam persaingan maka pihak restoran berusaha melakukan berbagai cara untuk meningkatkan usaha dengan memperhatikan
kepuasaan konsumen terhadap produk dan pelayanan yang disediakan. Kualitas produk dan pelayanan yang sesuai dengan harapan yang diinginkan konsumen
akan memberikan kepuasan bagi konsumen. Kepuasan yang tinggi akan memberikan dampak terhadap loyalitas konsumen yang pada akhirnya melakukan
pembelian ulang di restoran tersebut. Karena itu, riset mengenai kepuasan dan loyalitas konsumen perlu dilakukan agar dapat digunakan dalam penyusunan
strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan keinginan konsumen.
1.2. Perumusan masalah