Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balikperbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Siswa yang belajar berarti menggunakan ranah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap lingkungan. Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik secara hierarkis. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek pengukuran dalam hasil belajar. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak digunakan oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Penilaian pada pelajaran PKn mencakup keseluruh aspek, baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Namun dalam hal ini penilaian pada pelajaran PKn hanya terbatas pada jangkauan ranah kognitif. Adapun penskoran tes kognitif menjelaskan tentang batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal bentuk uraian, dan kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran pada soal bentuk uraian non-objektif. Pedoman penskoran dalam hal ini hanya dibatasi pada pedoman penskoran soal bentuk pilihan ganda yang cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu pertama tanpa ada koreksi terhadap jawaban tebakan, dan yang kedua adalah dengan koreksi terhadap jawaban tebakan. a Penskoran tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan adalah satu untuk tiap butir yang dijawab benar, sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah banyaknya butir yang dijawab benar. Skor = x 100 B= banyaknya butir yang dijawab benar N= banyaknya butir soal. b Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan sebagai berikut: Skor = x 100 B = banyaknya butir yang dijawab benar S = banyaknya butir soal yang dijawab salah P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir N = banyaknya butir soal. Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0. 34 Pedoman penskoran memudahkan guru dalam perhitungan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Walaupun dalam hal ini hanya difokuskan pedoman penskoran pada aspek kognitif saja yang berkaitan dengan hasil belajar dalam bentuk soal pilihan ganda.

C. Pembelajaran Pkn

1. Pengertian PKn

Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. 35 Menurut pandangan Soemantri, Pendidikan Kewargaan Negara identik dengan istilah civic, yaitu mata pelajaran yang bertujuan membentuk atau membina warganegara yang baik, warganegara yang tahu, mau, sadar akan hak dan kewajibannya. Tujuan PKn ini untuk mewujudkan pelaksanaan 34 Manur Musli, Aunthentic Assessmennt. 35 Susanto, op.cit h., 225. demokrasi di Indonesia, sehingga lebih menekankan pada pemenuhan hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk sikap, perilaku, dan perbuatan yang baik. 36 Sedangkan menurut buku Pembelajaran PKn di SD karangan Udin S. Winataputra didefinisikan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon gurupendidik, anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. 37 Dalam pandangan Zamroni, Pendidikan Kewarganegaraan adalah Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis, dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. 38 Adapun menurut tim ICCE UIN Jakarta, pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap, dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional. 39 Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebuah mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk nilai dan karakter seseorang dan juga memberikan suatu pemahaman dasar tentang kepedulian, pengetahuan politik, tata cara demokrasi, serta sadar akan hak dan kewajiban sebagai bangsa Indonesia. 36 Moh. Murtadho, Arif Mansuri, dkk. Pembelajaran PKn MI, Surabaya: LAPIS-PGMI. 2009. h. 7. 37 Udin S. Winataputra, Pembelajaran PKn di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.2008. Cet.I, Ed.I, h. 3.7. 38 Ibid., hal 8. 39 Susanto, op.cit., h. 226.