148
2. Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden memegang
kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian Juga UU Nomor 23 tahun 1992, Pasal 32, secara eksplisit
menyebutkan bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Sedangkan Pasal 53 menyebutkan bahwa tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya, tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati
hak pasien. Di sisi lain secara teknis telah berlaku Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239MenkesSKXI2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
3. Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model medikal yang
menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan
sebagai fokus pelayanan Cohen, 1996.
4. Keempat, keadilan dan pemerataan. Masyarakat membutuhkan pelayanan
keperawatan yang mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum kepada
pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi, tentunya pelayanan yang
diberikan harus profesional, sehingga perawatners harus memiliki kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik dan moral
profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperwatan yang bemutu.
D. HUKUM DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
1. Hubungan Hukum dengan Profesi Keperawatan
Perawat berkewajiban memberikan jaminan profesional yang kompeten dan melaksanakan praktik sesuai etika dan standar profesinya. Profesi perawat memiliki
kewajiban untuk mampu memberikan jaminan pelayanan keperawatan yang profesional kepada masyarakat umum. Kondisi demikian secara langsung akan menimbulkan adanya
konsekuensi hukum dalam praktik keperawatan. Sehingga dalam praktik profesinya dalam melayani masyarakat perawat terikat oleh aturan hukum, etika dan moral.
Di Indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukan adanya hubungan hukum dengan perawat adalah UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pasal 1 angka 2
e e utka ah a Te aga kesehata adalah setiap ora g a g mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
149
upa a kesehata . Berdasarkan PP No. 321996 Pasal 2 ayat 1 jo, ayat 3 perawat dikatagorikan sebagai tenaga keperawatan.
Ketentuan Pasal 53 ayat 2 UU No. 23 tahun 1992 jo. Pasal 21 ayat 1 PP No. 32 tahun 1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk memenuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien. Standar profesi merupakan pedoman bagi tenaga kesehatanperawat dalam menjalankan upaya pelayanan kesehatan, khususnya terkait
dengan tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien, sesuai dengan kebutuhan pasien, kecakapan, dan kemampuan tenaga serta ketersediaan fasilitas
dalam sarana pelayanan kesehatan yang ada.
2. Instrumen Hukum Perawat Dalam Menjalankan Prakti Keperawatan
Perawat dalam menjalankan proses keperawatan harus berpedoman pada lafal sumpah perawat, standar profesi perawat, standar asuhan keperawatan, dan kode etika
keperawatan. Keempat instrumen tersebut berisi tentang norma-norma yang berlaku bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi
perawat disebut instrumen normatif, karena keempatnya meskipun tidak dituangkan dalam bentuk hukum positifUndang-Undang, tetapi berisi norma-norma yang harus dipatuhi oleh
perawat agar terhindar dari kesalahan yang berdampak pada pertanggungjawaban dan gugatan ganti kerugian apabila pasien tidak menerima kegagalan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
a. Lafal Sumpah Perawat
Lulusan pendidikan keperawatan harus mengucapkan janjisumpah sesuai dengan program pendidikannya, D3 atau S1. Lafal sumpah ada dua macam yaitu lafal SumpahJanji
Sarjana Keperawatan dan lafal SumpahJanji Ahli Madya Keperawatan.
b. Standar Profesi Perawat
Pasal 24 ayat 1 PP 231996 tentang Tenaga Kesehatan menentukan bahwa perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugas sesuai
dengan Standar Profesi tenaga kesehatan. Standar profesi merupakan ukuran kemampuan rata-rata tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya Praptianingsih, 2006. Dengan
memenuhi standar profesi dalam melaksanakan tugasnya, perawat terbebas dari pelanggaran kode etik.
Sebagai tolak ukur kesalahan perawat dalam melaksanakan tugasnya, dapat dipergunakan pendapat Leenen dalam Koeswadji 1996 sebagai standar pelaksanaan profesi
keperawatan, yang meliputi: terapi harus dilakukan dengan teliti; harus sesuai dengan ukuran ilmu pengetahuan keperawatan; sesuai dengan kemampuan rata-rata yang dimilki
oleh perawat dengan kategori keperawatan yang sama; dengan sarana dan upaya yangwajar sesuai dengan tujuan kongkret upaya pelayanan yang dilakukan. Dengan demikian,
manakala
perawat telah
berupaya dengan
sungguh-sungguh sesuai
dengan kemampuannyadan pengalaman rata-rata seorang perawat dengan kualifikasi yang sama,
maka dia telah bekerja dengan memenuhi standar profesi.