1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan
pengertian.
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah salah satu mata pelajaran penting yang diajarkan di sekolah. Materi yang diajarkan dalam matematika dapat bermanfaat untuk
mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga diperkuat oleh Hudojo 2001:45 yang mengemukakan bahwa matematika
sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga perlu dibekalkan kepada setiap
peserta didik sejak SD, bahkan sejak TK.Oleh karena itu, matematika menjadi salah satu mata pelajaran pokok pada jenjang sekolah dasar dengan tujuan
dapat berguna bagi siswa. Tujuan dari pembelajaran matematika tersebut, dapat terwujud jika
siswa mampu menguasai materi matematika dengan baik. Akan tetapi, pada umumnya matematika dirasakan lebih sulit untuk dipahami dan dipelajari
daripada mata pelajaran lainnya. Dalam pembelajaran matematika di sekolah, banyak guru yang mengeluhkan lemahnya kemampuan siswa dalam
memahami dan menerapkan konsep matematika. Hal ini dapat mengakibatkan
rendahnya prestasi belajar siswa dalam ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan akhir semester.
Selain itu prestasi belajar siswa juga dapat dipengaruhi oleh minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
Slameto 2010:57 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah minat belajarnya. Apabila siswa tertarik dengan suatu
mata pelajaran maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi pada mata pelajaran tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan minat adalah dengan
memberikan motivasi melalui hadiah atau penghargaan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Slameto 2010:181 bahwa studi-studi eksperimental
menunjukkan bahwa siswa-siswa yang secara teratur dan sistematis diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam
kwalitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa-siswa yang dimarahi atau dikritik pekerjaannya yang buruk atau karena tidak
adanya kemajuan. Di sisi lain, faktor guru juga mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Ketepatan guru dalam memilih dan
menggunakan model pembelajaran dapat berpengaruh terhadap tercapainya prestasi belajar yang diharapkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas III SD Negeri Karangmloko 2 pada tanggal 12 Januari 2015 diperoleh keterangan bahwa
selama ini dalam mengajarkan mata pelajaran matematika guru menggunakan metode ceramah. Selama mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, siswa
terkesan kurang antusias. Pada saat guru menjelaskan materi, siswa terkesan
kurang memperhatikan. Beliau juga mengatakan bahwa siswa kurang berpartisipasi dalam pembelajaran.
Dari wawancara tersebut, peneliti terdorong untuk melihat dokumen mengenainilai siswa tahun 20132014. Berdasarkan nilai ulangan pada KD
5.1 Keliling Persegi dan Persegi Panjang semester 2 tahun pelajaran 20132014 diperoleh data bahwa siswa kelas III belum mencapai kriteria
ketuntasan belajar. Dari 34 siswa, hanya 16 siswa yang mampu mencapai ketuntasan belajar sehingga diperoleh persentase sebesar 47,06. Rata-rata
nilai siswa pada mata pelajaran matematika tergolong masih rendah yaitu 63,5 dengan nilai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah adalah 65.
Hasil wawancara dengan guru dan dokumentasi nilai siswa tahun 20132014 tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan pengamatan di kelas
pada saat pembelajaran matematika. Pengamatan dilakukan pada tanggal 21 Februari 2015 pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Peneliti
menggunakan lembar pengamatan yang dikembangkan dengan indikator minat dan lembar pengamatan tersebut telah divalidasi oleh para ahli. Hasil
dari pengamatan kondisi awal yang dilakukan peneliti adalah sebesar 48,8 dan termasuk dalam kriteria rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
minat belajar siswa kurang optimal dalam mengikuti pembelajaran matematika.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diperkuat dengan kuesioner. Kuesioner dikembangkan dari indikator minat belajar. Kuesioner
disebarkan pada tanggal 23 Februari 2015. Hasil perhitungan kuesioner pada
kondisi awal adalah sebesar 55,1 dan termasuk dalam kriteria rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaran
matematika belum maksimal, karena perolehan skor kebanyakan siswa masih rendah.
Mencermati hal tersebut, guru harus memilih model pembelajaran yang melibatkan siswa secara lebih aktif sehingga prestasi belajar siswa pun
meningkat. Saat ini banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih baik. Salah satunya model
pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin Rusman, 2013:201 pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok. Siswa yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran cenderung akan lebih mudah memahami materi karena dia dapat membangun
pengetahuannya sendiri. Menurut Slavin 2005:143 model pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang
baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Trianto 2009:68 pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara
heterogen.Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi antar
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu anak dalam
memecahkan masalah yang sedang dihadapi melalui diskusi kelompok sehingga siswa lebih memahami materi pembelajaran dan prestasi belajar
siswa akan meningkat. Minat belajar siswa terhadap kegiatan pembelajaran juga akan meningkat karena siswa mendapatkan motivasi dari teman satu
kelompok sehingga siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD diharapkan mempunyai dampak yang baik terutama dalam peningkatan minat dan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melaksanakan penel
itian yang berjudul “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KARANGMLOKO 2 TAHUN PELAJARAN
20142015”. Dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yang telah dikenal oleh peneliti, dengan harapan siswa nantinya menjadi lebih berminat
dalam belajarnya karena model pembelajaran kooperatif ini mungkin saja merupakan hal yang baru bagi mereka. Penelitian Tindakan Kelas PTK
yang akan dilaksanakan nantinya diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
B. Pembatasan Masalah