Proses Sains HASIL DAN PEMBAHASAN

Sehingga jika ada kesempatan serta waktu masih perlu dilakukan kembali penelitian ini untuk siklus yang ke III. Setelah semua aspek psikomotorik diatas dilakukan tahap terakhir dari aspek psikomotorik adalah mengkomunikasikan hasil percobaan mereka dalam bentuk laporan praktikum. Laporan praktikum pada siklus I dikumpulkan diawal pembelajaran pada saat akan memulai siklus yang ke-II. Dalam laporan praktikum juga diperhatikan susunan penulisannya secara ilmiah. Target ketercapaian keterampilan proses sains berupa laporan praktikum siswa di kelas rata-rata ≥ 76,00 termasuk kategori tinggi. Peneliti menentukan target ketercapaian dengan nilai 76,00 dikarenakan nilai tersebut adalah KKM dari mata pelajaran Biologi. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas masing-masing adalah 16 orang, sehingga persentase ketuntasan dan ketidaktuntasan sebesar masing-masing 50 . Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 29 orang 90.625 dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang 9.375 . Meskipun begitu nilai rata-rata yang diperoleh siswa di kelas adalah 76.87 yang artinya sudah memenuhi kriteria ketercapaian. Rendahnya ketuntasan pada siklus I dikarenakan siswa masih belum terlalu detail dalam menyusun laporan praktikum. Dalam penyusunan laporan praktikum, peneliti memberikan pengetahuan kepada siswa tentang cara penyusunan yang benar. Jika pada siklus I siswa mengerjakannya kurang maksimal, maka untuk siklus II siswa memperbaiki kesalahannya tersebut. Ada beberapa kelompok yang memenuhi kriteria maksimal dalam penulisan laporan. Bisa juga terjadi pada beberapa kelompok yang kurang memperhatikan penjelasan peneliti, presentasi temannya saat pembelajaran berlangsung, atau kondisi lingkungan pembelajaran yang kurang tenang sehingga mengganggu konsentrasi siswa. Hanya beberapa kelompok yang duduk dibagian depan saja yang memperhatikan penjelasan peneliti. Kekurangan-kekurangan ini tentunya akan diperbaiki pada siklus II. Sehingga, pada siklus II diperoleh hasil yang semakin mantap dan nilai laporan praktikum siswa mengalami peningkatan. Selanjutnya aspek yang dinilai dari proses sains siswa adalah aspek afektifsikap sains. Untuk aspek afektif yang mencakup sikap sains siswa diukur dengan menggunakan kuesioner sikap siswa. Aspek afektif yang erat hubungannya dengan sikap sains yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran ini diukur sekali saja selama pelaksanaan penelitian ini, yaitu diakhir siklus II. Pengukuran sikap siswa digunakan kuesioner afektif dengan jumlah 20 pernyataan. Terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Kriteria ketercapaian pada penelitian ini adalah jika persentase sikap siswa selama mengikuti pembelajaran ≥ 70 termasuk dalam kategori tinggi. Aspek afektif yang diteliti mencakup ketelitian dalam pengambilan data, kerjasama kelompok dalam diskusi dan percobaan, kerja keras dalam merancang percobaan, keseriusan dalam melakukan percobaan, kejujuran dalam pelaporan data, antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian kepada guru dan sesama teman, percaya diri, saling menghargai, dan menerima kritik serta masukan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor terendah siswa adalah 61.25.skor tertinggi siswa adalah 86.25. untukskor rata-rata siswa adalah 73.60. Jumlah siswa yang termasuk kriteria sikap Baik sebanyak 25 orang dan sisanya 7 orang termasuk kedalam kriteria Sangat Baik. Sehingga persentase untuk kriteria Baik sebesar 78.125 dan 21.875 untuk kriteria Sangat Baik. Dari data tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa melakukan ketelitian dalam pengambilan data, kerjasama dalam kelompok, kerjakeras dalam merancang percobaan, serius melakukan percobaan, jujur dalam pelaporan data, antusias saat mengikuti pembelajaran, memperhatikan guru dan sesama, percaya diri dalam berpendapat, saling menghargai masukan dari teman, dan berusaha menerima kritik dan saran dengan lapang dada. Semua hasil itu sudah memenuhi kriteria baik sesuai target ketercapaian yang diharapkan dengan kategori baik. Hasil ini sudah menunjukkan ketercapaian target. Sebagai seorang sciencetist peneliti berusaha menekankan bahwa masing-masing dari diri kita harus memiliki sikap-sikap ilmiah. Berdasarkan pengalaman saat PPL setidaknya siswa sudah terbiasa bekerja sama, baik dalam diskusi maupun presentasi menerapkan sikap-sikap ilmiah tersebut. Meskipun ada satu atau dua orang siswa yang belum menghiraukan hal tersebut. Namun, hal itu bisa diatasi dengan cara merombak kelompok praktikum. Sehingga siswa yang kurang memiliki sikap ilmiah akan belajar bersama dengan siswa yang selalu bersikap ilmiah saat belajar. Berikut ini adalah grafik peningkatan proses sains yang meliputi keterampilan proses sains siklus I dan II dan sikap sains yang diukur diakhir siklus II. Gambar 14. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Diakhir setiap siklus peneliti bersama guru kolaborator melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dimulai dari tahapan persiapan hingga pelaksanaan. Pada tahap persiapan sebaiknya peneliti terlebih dahulu mempersiapkan metode yang lebih menarik selain memberikan petunjuk rancangan percobaan berupa tulisan-tulisan lewat PPT yang disajikan, peneliti dapat menggunakan gambar-gambar yang lebih menarik sehingga siswa bisa lebih cepat tanggap dengan arahan praktikum yang hendak dilaksanakan. Hal ini juga dikarenakan jam pelajaran Biologi yang berada pada jam-jam terakhir, kemungkinan tingkat kebosanan siswa menjadi meningkat jika hanya disajikan tulisan-tulisan saja, diskusi, dan presentasi. Jadi untuk mengimbangi hal tersebut, sebaiknya dilakukan metode yang menarik lagi. Sehingga semangat siswa tetap terjaga hingga akhir jam pelajaran. Kondisi yang bersamaan dengan waktu persiapan UAN 68 70 72 74 76 78 80 82 84 86 Siklus I Siklus II Sk or R a ta -r a ta Keterampilan Proses Sains Siklus I dan II Observasi Psikomotorik Laporan Praktikum Psikomotorik Sikap Sains Afektif kelas XII membuat suasana sekolah menjadi sedikit kurang kondusif untuk proses belajar mengajar. Banyak kelas yang ditinggalkan guru mata pelajaran dijamnya karena guru yang bersangkutan juga membantu persiapan UAN. Meskipun sudah diberikan tugas oleh guru bersangkutan, namun tetap saja ada kelas yang sangat ribut bahkan siswanya keluar ruang kelas untuk mengganggu siswa dikelas sebelahnya. Tentu hal ini harus diantisipasi oleh peneliti sebelum mengajar. Untuk itu disiklus selanjutnya peneliti mengecek kembali kesiapan siswanya untuk belajar dan dengan tegas memperingatkan siswa dari kelas yang berbeda jika mengganggu proses belajar. Beberapa siswa yang berada dalam kelompok yang dirasa teman kelompoknya cukup nyaman dengannya akan menjadi sedikit malas dan terlalu bergantung dengan temannya tersebut. Hal ini yang membuat siswa ini memiliki keterampilan yang kurang dibanding teman lainnya. Tentu saja kelompok disiklus I ini dibentuk secara acak karena peneliti belum memiliki data lengkap mengenai tingkat kemampuan siswa. Sehingga baru disiklus II peneliti akan merombak atau memetakan kembali kelompok siswa berdasarkan hasil kemampuan pada siklus I dan berdasarkan jenis kelamin siswa. Peneliti bersama guru kolaborator kembali menganalisis data tersebut sebagai suatu keberhasilan dalam pembelajaran menggunakan metode praktikum berbasis guided inkuiry, karena meskipun selama ini sering dilaksanakan praktikum, namun siswa hanya diberi resep jadi saat praktikum berlangsung. Jika pada penelitian ini sebelum melakukan praktikum siswa sudah dibimbing untuk membuat percobaan sendiri terkait dengan materi. Sehingga daya pikir siswa dan keterampilan sains siswa akan keluar dengan sendirinya. Tugas peneliti hanya mendampingi dan mengarahkan agar pembelajaran berjalan menurut konsep. Dari hasil rancangan percobaan yang dibuat siswa, selanjutnya peneliti mengoreksi dan membenarkan bersama- sama dengan siswa sesuai dengan teori sebelumnya. Disamping faktor tersebut, peneliti juga menganalisis bahwa faktor kedekatan antar peneliti dan siswa juga menjadi alasan keberhasilan pembelajaran ini. Peneliti yang sebelumnya PPL dikelas ini sedikit banyak telah memahami karakter dari masing-masing siswa dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dalam berkomunikasi saat pembelajaran tidak banyak mengalami kesulitan. Kelas XI IPA 2 ini sebelumnya merupakan kelas yang anteng dalam hal ini kurang aktif dibandingkan dengan kelas-kelas lainnya yang digunakan peneliti dalam PPL. Karakter siswa yang anteng inilah yang membuat mereka kadang malu untuk bertanya jika tidak ditunjuk terlebih dahulu. Maka dari itu dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti bersama dengan guru kolaborator membuat strategi pembelajaran diawal peneliti harus banyak mendampingi proses belajar siswa dengan harapan keberhasilan pembelajaran dengan metode ini akan tercapai.

B. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa yang dimaksud adalah hasil penilaian dari aspek kognitif. Aspek kognitif diukur dengan menggunakan hasil tes siswa yang diakhir pembelajaran untuk setiap siklusnya. Tes yang dimaksud adalah post- test siklus I untuk akhir pembelajaran disiklus I dan post-test siklus II untuk akhir pembelajaran disiklus II. Namun, untuk mengetahui kemampuan kognitif awal siswa juga dilakukan pre-test. Menurut kriteria ketercapaian, peningkatan hasil belajar untuk materi sistem indra jika nilai rata-rata siswa dikelas mencapai 76,00 dan ke tuntasan klasikal siswa didalam kelas ≥ 76,00 termasuk tuntas. Dari post-test siklus I diperoleh hasil rata-rata nilai siswa dikelas 82.65 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 16 orang yang persentase ketuntasannya mencapai 81.25 . Hasil yang diperoleh disiklus I ini sudah memenuhi target ketercapaian. Sedangkan hasil post-test siklus II diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 91.25 hal ini meningkat jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada siklus I. Sementara untuk jumlah siswa yang tidak tuntas tidak lulus KKM berjumlah 2 orang saja, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan siklus I yang berjumlah 6 orang. Sedangkan untuk persentase ketuntasan mencapai 93.75 . Peneliti menganalisis ketercapaian ini karena beberapa hal diantaranya, dengan metode praktikum yang diterapkan siswa menjadi paham dengan materi yang diajarkan sebelumnya. Karena dengan merancang kegiatan praktikum secara otomatis siswa mengingat kembali teori yang sudah dibahas sebelumnya. Hal lain mengenai cara penyajian materi yang sesuai dengan kondisi kelas dan siswa. Seperti yang sudah pernah disinggung sebelumnya bahwa peneliti sudah cukup memahami karakter personal siswa dikelas XI IPA 2 ini, karakter yang anteng dan sedikit pasif jika tidak dimulai dahulu oleh guru, meskipun begitu siswa ini mendengarkan dan memperhatikan dengan baik apa yang peneliti ajarkan. Maka dari itu dalam pelaksanaan mengajar, peneliti berusaha mengaktifkan siswa dengan cara memberikan pertanyaan- pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu siswa terhadap materi, serta teknik tanya jawab yang ditujukan kepada siswa-siswa yang masih pasif. Sehingga secara tidak langsung siswa akan menjadi ingat dengan apa yang diajarkan oleh peneliti dan siswa menjadi bertambah keaktifannya. Meskipun kurang sedikit pasif namun siswa XI IPA I memiliki antusiaskemauan belajar yang tinggi. Berikut ini merupakan diagram peningkatan hasil belajar siswa disiklus II. Gambar 15. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Peningkatan ini terjadi tentunya berbanding lurus dengan keterampilan proses sains yang telah dimiliki siswa. Dapat kita lihat bahwa keterampilan proses sains aspek psikomotorik dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan. Tentu, hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar aspek kognitif 81,25 93,75 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 SIKLUS I SIKLUS II Peningkatan Hasil Belajar Siswa Nilai Rata-rata Persentase Ketuntasan siswa. Jika keterampilan proses sains meningkat, maka hasil belajar siswa juga meningkat. Pemberian pengalaman langsung kepada siswa membuat suatu pengetahuan itu akan lama melekat dipemikiran siswa. Pembelajaran inkuiri yang diwujudkan melalui penerapan metode praktikum berbasis guided inquiry ini terbukti dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa. Konsep materi yang siswa temukan sendiri saat praktikum membuat siswa lebih paham akan materi. Ketika mengerjakan soal post-test siswa tidak lagi menghafal secara teoritis materi pelajarannya. Selanjutnya, semua data nilai baik nilai yang diperoleh dari aspek psikomotorik, afektif dan kognitif kemudian diakumulasi menjadi nilai akhir siswa untuk mengetahui ketuntasan klasikal siswa kelas XI IPA 2.Hal yang serupa juga ditemukan bahwa ketuntasan klasikal siswa kelas XI IPA 2 secara umum meningkat disiklus II ini. Berikut ini adalah diagram yang menunjukkan peningkatan nilai akumulasi siswa disiklus I dan II. Gambar 14. Ketuntasan Klasikal Siklus I dan II 27 84,38 32 100 5 10 15 20 25 30 35 Siswa Tuntas Ketuntasan Klasikal Per sen tase K e tu n tasan Ketuntasan Klasikal SIKLUS I SIKLUS II Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa disiklus II ketuntasan klasikal siswa kelas XI IPA 2 mencapai 100 . Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan telah sesuai untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa. Secara umum setelah melalui pelaksanaan penelitian dibantu dengan guru kolaborator dan teman observer, penelitian ini dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan hasil yang diperoleh disiklus I maupun siklus II semuanya mencapai target penelitian yang telah ditetapkan. Meskipun begitu ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan penelitian ini.Peneliti masih sedikit kesulitan mengelola kelas karena siswa yang pasif butuh waktu lama agar bisa menyesuaikan diri dengan metode yang dilakukan peneliti. Sehingga peneliti di awal-awal pembelajaran khususnya disiklus I sangat sering mengaktifkan siswa-siswa yang seperti ini. Disiklus II meskipun peneliti sudah mencoba melakukan hal-hal perbaikan dari siklus I, tetap saja ada siswa-siswa yang masih sulit diajak melakukan perbaikan. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi peneliti. Meskipun siswa yang diawal sedikit pasif, tetapi setelah didekati semakin lama menjadi berani dalam melakukan praktikum, menggunakan alat dan bahan, mengemukakan pendapat dan sedikit kritis saat berdiskusi mengenai hasil percobaan. Sehingga hal ini berdampak pada nilai post-test disiklus II yang meningkat dan ketuntasan klasikal siswa menjadi 100 .

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 11 Yogyakarta menunjukkan bahwa penerapan metode praktikum berbasis guided inquiry dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini keterampilan prosessainsmencakup, proses sainsdan sikap sains. Kedua hal tersebut diukur aspek psikomotorik dan afektif. Sementara aspek kognitif siswa mendeskripsikan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa aspek kognitif siklus I dengan rata-rata 82.65 meningkat pada siklus II yaitu 91.25. Hal ini dibuktikan dengan persentase ketuntasan klasikal artinya yang lulus KKM pada siklus I sebesar 83.37 meningkat pada siklus II menjadi 100 . Keterampilan proses sains siswa aspek psikomotorik juga meningkat. Rata-rata nilaisiklus I sebesar 81.64 meningkat padasiklus II menjadi 82.81. Begitu juga dengan sikap sains siswa termasuk dalam kategori baikdenganskor rata-rata 73.6. Dengan demikian metode praktikum berbasis guided inquiry berpengaruh terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa. Keduanya sangat erat berhubungan, dengan metode ini siswa menggali sendiri pemahamannya. Proses tersebut akan baik dilakukan siswa jika siswa memiliki keterampilan yang baik pula saat melakukan praktikum, sehingga pemahaman yang 113 diperoleh siswa melalui kinerja yang dilakukan sendiri akan mampu mengembangkan daya pikirnya. Hal ini melatih kemandirian serta memicu peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode praktikum berbasis guided inquiry dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa materi sistem indra kelas XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta.

B. Kendala Penelitian

Secara umum penelitian berjalan dengan lancar, namun proses pembelajaran sering kurang kondusif dikarenakan waktu pelaksanaan penelitian yang bertepatan dengan masa persiapan UAN kelas XII. Selain itu, perhitungan waktu yang peneliti rancang diawal ternyata kurang sesuai dengan perhitungan waktu dari sekolah. Libur hari raya dan libur-libur study tour siswa sedikit menghambat waktu pelaksanaan penelitian.

C. Saran

1. Bagi guru, metode praktikum berbasis guided inquiry dapat dijadikan 1 inovasi metode pembelajaran yang menjanjikan. Proses yang terjadi dalam pembelajaran metode praktikum ini jika terus dikembangkan akan meningkatkan keterampilan proses sains siswa yang lainnya juga tidak hanya terbatas dengan yang yang diteliti oleh peneliti. Jika keterampilan siswa meningkat secara otomatis hasil belajar siswa pun mengalami

Dokumen yang terkait

Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Asam Basa Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry

6 19 183

Perapan model pembelajaran guide inquiry untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa: penelitian tindakan kelas di SMA Triguna Utama Ciputat

1 6 91

PENGEMBANGAN MODEL DIKTAT PRAKTIKUM KIMIA SMA BERBASIS GUIDED DISCOVERY INQUIRY BERVISI SETS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

1 37 253

KEEFEKTIFAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI MATERI LARUTAN PENYANGGA

3 49 193

PENERAPAN PRAKTIKUM BERBASIS MASALAH PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA

2 23 231

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PRAKTIKUM SISWA (LKPS) TERINTEGRASI GUIDED INQUIRY UNTUK KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MATERI ASAM BASA KELAS XI

0 22 161

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LAJU REAKSI.

1 1 16

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK MEMBERDAYAKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI.

1 1 20

PENERAPAN PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI SMK SABUMI PERTAMBANGAN BANJARBARU PADA MATERI FLUIDA STATIS

0 0 12

PENERAPAN PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI SMK SABUMI PERTAMBANGAN BANJARBARU PADA MATERI FLUIDA STATIS

0 0 12