orang responden atau 11 responden yang memiliki kompetensi sosial dengan kategori cukup baik, 1 orang responden atau 1
responden yang memiliki kompetensi sosial dengan kategori buruk, dan tidak terdapat responden yang memiliki kompetensi sosial
dengan kategori sangat buruk. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.6, diketahui bahwa mean pada aspek kompetensi sosial
sebesar 36,15. Mean sebesar 36,15 berada pada rentang skor 33 - 39. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru-guru SMA
Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta memiliki kompetensi sosial dengan kategori baik.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional diukur dengan kuesioner yang terdiri dari 18 item pernyataan. Skor ideal tertinggi adalah 90, sedangkan
skor ideal terendah adalah 18. Interpretasi data tersebut disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11
Kategorisasi Kompetensi Profesional Guru
Perhitungan Skor
Freku- ensi
Persen- tase
Interpretasi penilaian
18+8190-18 = 77 77 - 90
14 15
Sangat Baik 18+6690-18 = 66
66-77 57
61 Baik
18+5690-18 = 59 59-66
23 24
Cukup Baik 18+4690-18 = 52
52-59 -
Buruk 51
52 -
Sangat Buruk
Jumlah 94
100
Dari tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 14 orang responden atau 15 responden yang memiliki kompetensi
profesional dengan kategori sangat baik, 57 orang responden atau 61 responden yang memiliki kompetensi profesional dengan
kategori baik, 23 orang responden atau 24 responden yang memiliki kompetensi profesional dengan kategori cukup baik, dan
tidak terdapat responden yang memiliki kompetensi profesional dengan kategori buruk dan sangat buruk. Berdasarkan hasil
perhitungan pada Tabel 4.6, diketahui bahwa mean pada aspek kompetensi profesional sebesar 69,99. Mean sebesar 69,99 berada
pada rentang skor 66 - 77. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru-guru SMA Swasta Katolik di wilayah Kota Yogyakarta
memiliki kompetensi profesional dengan kategori baik.
B. Analisis Data
Berdasarkan pengujian prasyarat analisis data, diketahui bahwa data kompetensi guru berdasarkan jenis kelamin, usia, pengalaman mengajar, dan
status kepegawaian tidak semua berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama atau homogen. Artinya, prasyarat analisis uji T dan ANOVA tidak
semua terpenuhi. Oleh karena itu, data yang tidak memenuhi syarat uji T dan ANOVA menggunakan uji non parametrik, yaitu uji Mann Whitney untuk
menguji dua sampel independen dan uji peringkat Kruskal – Wallis H Test
untuk menguji lebih dari dua sampel independen. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kompetensi guru berdasarkan jenis