1 Belum sekolah
1332 orang 2
Belum sekolah usia sekolah 7-45 tahun
-
3 Pernah sekolah, tidak
tamat SD 183 orang
4 Sd Sederajat
2567 orang 5
SLTP Sederajat 3180 orang
6 SLTASederajat 3225
orang 7 Akademi
D1D3 369
orang 8
Sarjana S1S3 307 orang
Jika dilihat dari tabel di atas maka penduduk Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat tingkat pendidikannya mayoritas tamat SLTA Sederajat.
Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan No. Pekerjaan
Jumlah 1
Pegawai Negeri 576 orang
2 Karyawan Swasta
Buruh 5744 orang
3 Wiraswasta 1334
orang 4 Polri
76 orang
Mayoritas penduduk Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat jika dilihat dari tabel adalah memiliki pekerjaan sebagai Karyawan Swasta Buruh
IV.2 Hasil Wawancara
Di sini peneliti menentukan 10 sepuluh keluarga sebagai subjek penelitian yang meliputi ibu, ayah dan anaknya yang berusia berkisar 6-12 tahun yang ada di
Kelurahan Karang Berombak. Peneliti menggunakan teknik Snowball untuk
Universitas Sumatera Utara
mengumpulkan informan artinya informan pertama akan memberitahukan keberadaan informan lain yang memiliki kesamaan tertentu.
Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 10 sepuluh keluarga
Informan 1 Keluarga ke-1 Ayah
Nama : Ars
Usia : 33 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu Nama
: End Usia
: 33 tahun Pendidikan
: SMA Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Anak Nama
: Rsk Usia
: 9 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan
Urutan Kelahiran : 1 dari 2 bersaudara
Ars dan End telah menikah selama 10 tahun. Saat ini mereka hanya mempunyai 2 anak saja yang kedua-duanya adalah perempuan. Rsk adalah anak
pertama dari pasangan ini. Kini dia tengah duduk di bangku kelas 3 SD, sedangkan adiknya baru berusia 5 tahun dan belum bersekolah. Dalam
kesehariannya Ars yang bertindak sebagai pencari nafkah dalam keluarga bekerja sebagai wiraswasta yaitu usaha menjual minuman di sebuah warung makan.
Kadang-kadang istrinya, End menemani suaminya berjualan dan membawa serta anak keduanya ikut. Rsk sering ditinggal sendiri di rumah karena ia harus
bersekolah. End merasa ia sangat dekat dengan anaknya dan terkadang kalau dia tidak ikut berjualan dengan suaminya ia bertiga dengan Rsk dan adiknya di
rumah. Hal ini pun dirasakan sama oleh ayah Rsk karena menurutnya jika tinggal
Universitas Sumatera Utara
dalam satu rumah pastilah dekat satu sama lain. Di rumah, mereka cukup sering melakukan komunikasi terutama pada saat malam hari dimana Ars sudah pulang
berjualan. Biasanya hal-hal yang mereka bicarakan adalah seputar bagaimana kegiatan Rsk di sekolah. Komunikasi yang dilakukan adalah tatap muka antara
Rsk dan ibunya maupun ayahnya. Ars mengatakan, biasanya komunikasi berlangsung bila ia sedang menemani Rsk mengerjakan PR dari sekolahnya.
Sedangkan End sering berkomunikasi dengan anaknya pada saat Rsk pulang sekolah dan pada saat sore hari.
Menurut Ars dan End sebagai orang tua Rsk adalah anak yang cukup mandiri, bila ia mengerjakan sesuatu selalu mencoba mengerjakannya sendiri dan
berusaha tidak mengandalkan mereka saja. Apalagi Ars berdagang dan End dan adik Rsk ikut serta. Biasanya dia hanya meminta bantuan pada saat tidak tau
bagaimana menjawab soal-soal pekerjaan rumah PR dari sekolahnya. Tapi Ars selalu menekankan kepada Rsk untuk mengerjakannya sendiri dulu. Jika Ars
punya waktu cukup banyak dia akan mengawasi Rsk belajar. Sebagai ayah Ars merupakan ayah yang cukup tegas dalam mengawasi Rsk belajar. Hal ini juga
diamini oleh Rsk. Seperti yang dikatakan Rsk, “Kalau yang suka marah mama, apalagi ayah juga suka marah tapi kalau
aku malas buat PR dan gangguin adek sampe nangis” Komunikasi yang baik dalam keluarga ini cukup terbina hal ini dikarenakan
Rsk bukan merupakan anak yang tertutup. Menurut Ars dan End sebagai orang tua mereka senang karena Rsk suka bercerita bagaimana kegiatannya sehari-hari
apalagi tentang sekolahnya. Oleh karena itu mereka bisa memantau perkembangan Rsk dan mengetahui apa yang terjadi padanya. Namun menurut
Ars, Rsk suka menceritakan hal-hal yang terjadi padanya jika hal itu
Universitas Sumatera Utara
menyenangkan baginya, jika hal itu menurutnya bisa membuat orang tuanya memarahinya dia akan diam saja dan cenderung menutup-nutupi. Sebagai orang
tua Ars dan End juga suka menanyakan kegiatan Rsk di sekolah maupun dengan teman-temannya, tidak hanya menunggu Rsk untuk bercerita.
Komunikasi di keluarga ini dominan adalah tentang kegiatan Rsk di sekolah, karena usia Rsk masih usia sekolah dan perlu dibimbing. Seperti pernyataan Ars,
ayah Rsk “Cerita di sekolahnya yang paling sering. Kami kan ingin mengetahui
bagaimana dan apa yang dialaminya seharian. Apalagi dari pagi, dia berangkat sekolah sampai sore, saya tidak ada di rumah”
Berbicara soal peraturan, Ars sebagai ayahlah yang paling tegas. Apalagi
dalam hal belajar, Ars tidak main-main. Waktu malam hari, ketika mereka semua sudah di rumah, Ars selalu menanyakan tugas sekolah Rsk dan menyuruh Rsk
langsung mengerjakannya. Jika Rsk menunda untuk mengerjakannya dan memilih untuk menonton TV dulu, Ars akan marah dan jika sudah begitu End sebagai ibu
hanya bisa diam karena menurutnya itu akan membuatnya disiplin dalam hal belajar. End mengatakan, memang yang menerapkan peraturan seperti itu adalah
ayah Rsk, dia hanya menetapkan tugas-tugas di rumah untuk Rsk kerjakan seperti menyapu, mencucui piringnya sehabis makan. Menurut End, Rsk harus dibiasakan
sejak kecil apalagi Rsk adalah anak perempuan. Peraturan yang ketat dalam hal belajar membuat Rsk merupakan siswa yang
cukup berprestasi di sekolahnya. Rsk sering memperoleh rangking 10 besar di kelasnya. Kadang-kadang Ars suka mengiming-imingi Rsk dengan hadiah jika
Rsk dapat memperoleh juara kelas, lain dengan End yang lebih suka menasehati saja untuk lebih giat belajar tanpa memberikan hadiah. Rsk memperoleh juara
Universitas Sumatera Utara
kelas bukan berarti ayah dan ibunya sering memberikannya kegiatan-kegiatan yang mengasah kreativitasnya. Sebagai ibu, End hanya membiarkan Rsk bermain
dengan teman-temannya ataupun hanya main dengan adiknya dan ayahnya sering menasehatinya untuk lebih giat belajar.
Sebagai anak yang berprestasi di sekolah, kepercayaan diri Rsk menurut orang tuanya cukup menonjol. Hal ini terbukti dengan temannya yang banyak di
rumah dan sekolah. End hanya memotivasi Rsk untuk tidak berkelakuan buruk di sekolah ataupun dengan temannya. Rsk pun mengatakan dia suka ikut lomba di
sekolahnya dan sering diminta gurunya untuk bernyanyi di depan kelas jika belajar kesenian. Ini cukup membuktikan Rsk memang anak yang cukup percaya
diri. Untuk membuat Rsk bertanggung jawab sejak dini, End menerapkan tugas-
tugas untuknya di rumah seperti menyapu, dan mencuci piringnya sendiri. Menurut End, Rsk adalah anak yang kadang-kadang mau melakukan pekerjaan itu
dengan sendirinya tanpa disuruh dan kadang-kadang juga sudah lelah untuk menyuruhnya baru dilakukan, tergantung mood. Namun, lain halnya dengan Ars.
Ars tidak bisa memaksakan pekerjaan seperti itu harus dikerjakan oleh Rsk. Karena menurutnya Rsk masih anak-anak belum terlalu bisa diberikan tanggung
jawab dan masih dalam tahap “belajar”. Sebagai orang tua yang baik untuk anaknya, Ars dan End selalu mendorong
dan menasehati Rsk untuk berperilaku lebih baik dari sebelumnya. Sesuai dengan penuturan End,
“Sering, kalau dia berkelakuan buruk saya nasehati terus dan kasih ingat kalau itu tidak bagus dan harus lebih baik dan lebih giat” dan penuturan Ars
“Tentulah sebagai orang tua kan memang harus begitu, apalagi kalau dia dapat
Universitas Sumatera Utara
nilai jelek atau dimarahi guru saya selalu nasehatin dan beritahu hal yang baik yang harus dilakukannya”
Metode atau cara yang digunakan End dan Ars dalam berkomunikasi dengan
Rsk adalah dengan tatap muka dan sering bertanya hal-hal yang dialaminya seharian. Tak lupa juga menasehatinya, namun menurut Ars Rsk adalah anak yang
agak susah di beri peringatan. Menurutnya, Rsk lebih suka membuat Ars dan End marah terlebih dahulu baru mau melakukan apa yang diperintahkan, tetapi
kadang-kadang tanpa disuruh pun dengan senang hati dikerjakannya. Di usia anak-anak seperti ini Rsk juga sering melakukan kesalahan, misalnya saja
membuat adiknya menangis atau memecahkan piring. Jika sudah begitu, Ars dan End sebagai orang tua hanya bisa menasehati Rsk terlebih dahulu. Ars sebagai
ayah tegas dalam hal ini. Bila menurutnya Rsk melakukan kesalahan yang fatal dan tidak bias ditolerir Ars akan memarahi Rsk dan memukulnya, namun Ars
tidak akan memukul Rsk di daerah yang membahayakan seprti wajahnya ataupun badannya dan tidak pernah menggunakan alat untuk memukul. End, sebagai ibu
juga mendukung cara ayah Rsk memperingatkan anaknya. Karena menurutnya agar Rsk tidak mengulangi hal yang sama.
Sebagai anak usia sekolah Rsk mengisi hari-harinya dengan bersekolah, mengaji ataupun ikut bimbingan untuk menunjang kegiatan belajarnya di sekolah.
Dalam menjalankan itu semua Rsk membutuhkan kondisi emosional yang baik. Namun kadang-kadang Rsk mendapati masalah yang wajar dialami anak
seusianya. Menurut orang tua Rsk, Ars dan End masalah yang dialami Rsk hanya seputar sekolah dan temannya. Ars dan End mengetahui anaknya sedang ada
masalah bila Rsk kelihatan murung dan tidak seperti biasanya. Bila sudah begitu sebagai orang tua mereka mengajak Rsk untuk bercerita apa yang terjadi padanya.
Universitas Sumatera Utara
Setelah itu End dan Rsk hanya bias menasehati Rsk dan memberi kata-kata semangat agar membuatnya kembali seperti semula.
Dan pada akhirnya cara yang terbaik dalam mendidik dan mengasuh anak serta dapat mendorongnya berperilaku positif menurut orang tua Rsk, Ars dan End
adalah dengan banyak menasehati dan banyak memperingatkan. Namun menurut mereka pula, Rsk adalah tipe anak yang suka membuat orang tuanya marah dan
berkata dengan nada tinggi terlebih dahulu baru mau mendengarkan. End mengatakan,
“Menurut saya dengan cara lembut pasti lebih bagus, tapi anak ini suka gak bisa dibilangi apa yang kita bilang pura-pura tidak didengar atau diacuhkan
begitu saja. Jadi saya suka marah sama dia”
Kesimpulan Kasus
Dalam keluarga ini, komunikasi antar pribadi yang terjalin cukup baik. Hal ini dikarenakan orang tua dan anaknya sama-sama menjalankan perannya
walaupun terkadang ada kendala yang dihadapi orang tua, seperti anak mereka yang agak susah untuk diperingatkan. Namun, menurut mereka mereka cukup bisa
mengatasi sikap anak mereka itu dengan cara mereka sendiri. Komunikasi yang baik juga ditunjukkan oleh pasangan orang tua ini, yaitu dengan peduli terhadap
apa yang dialami anak mereka dalam setiap perkembangannya. Anak mereka pun sangat terbuka dan aktif. Berbicara hampir semua hal yang dialaminya dalam
menjalankan tugas-tugas perkembangannya. Pasangan suami istri ini juga selalu mendorong anaknya untuk berperilaku positif dengan banyak menasehati dan
Universitas Sumatera Utara
menerapkan peraturan-peraturan yang membuat anaknya menjadi lebih disiplin, terutama dalam hal belajar. Oleh karena itu tak heran anak mereka menjadi anak
yang cukup berprestasi dan percaya diri. Mandiri juga salah satu perilaku yang dibiasakan oleh pasangan orang tua ini sejak kecil. Ini dikarenakan terkadang sang
ayah harus mencari nafkah dari pagi sampai sore dan sang ibu ikut juga berjualan. Jadi, anak mereka harus terbiasa melakukan sesuatu sendiri. Usaha untuk
mendorong anak mereka untuk perperilaku positif menurut kedua orang tua ini diketahui dengan memahami “jiwa” anak itu sendiri, barulah bisa menetapkan
sikap bagaimana mendidik dan mengasuhnya.
Informan 2 Keluarga ke-2 Ayah
Nama : Man
Usia : 36 tahun
Pendidikan : Sarjana S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu Nama
: Sdh Usia
: 37 tahun Pendidikan
: SMP Pekerjaan
: Ikut suami
Anak Nama
: Ryn Usia
: 10 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Urutan Kelahiran : 1 anak tunggal
Pasangan suami istri ini hanya dikarunia satu orang anak yang sekarang menginjak umur 10 tahun. Ayah Ryn bekerja dengan membuka usaha sendiri dan
Universitas Sumatera Utara
ibu Ryn ikut menjalankan usaha mereka. Sebagai orang tua yang sibuk mnejalankan usaha mereka dari pagi dan kadang-kadang sampai malam, Ryn
sering ditinggal di rumah atau di rumah neneknya yang bersebelahan dengan rumah mereka. Sebagai anak laki-laki Ryn sangat dekat dengan ibunya.
Intensitas komunikasi di rumah mereka sangat jarang dilakukan, paling hanya pada saat ayah dan ibu Ryn sudah pulang bekerja. Sebagai seorang anak
yang sering ditinggal sendiri di rumah dan kadang-kadang di rumah neneknya, Ryn menjadi anak yang cukup mandiri dan tidak meminta bantuan orang lain
sebelum ia mencoba melakukannya sendiri. Namun, apabila ia butuh bantuan, maka Sdh dan Man bersedia membantu Ryn walaupun agak menundanya dan
mereka sedang tidak capek. Menurut pasangan orang tua ini Ryn adalah tipikal anak yang tertutup sekali,
baik itu tentang sekolahnya ataupun cerita tentang ia dan teman-temannya. Padahal Man mengatakan, ia suka menanyakan apa yang dialami Ryn di sekolah
atau dengan teman-temannya, tapi Ryn selalu tidak mau bercerita. Dengan Ryn yang kurang terbuka terhadap orang tuanya maka topik pembicaraan di rumah
jauh dari cerita-cerita tentang kegiatan Ryn sehari-harinya. menurut Ryn, dia jarang sekali cerita dengan orang tuanya karena orang tuanya sibuk, dan terkadang
pulang bekerja sampai malam hari, jadi Ryn tidak punya kesempatan untuk itu. Seperti penuturan Ryn,
“Gak pernah, mana bisa cerita kadang mama sama ayah pulangnya malam kali. Pulang sekolah langsung tempat nenek.”
Dalam proses komunikasinya, bila Sdh memberi nasehat dan memberi
peringatan padanya Ryn juga kadang-kadang membantah apabila itu menurutnya tidak sesuai dengannya. Namun, Ryn cukup takut dengan ayahnya apalagi yang
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan tugas-tugas yang diberikan sekolah PR. Seperti dikatakan Man,
“Kalau sama saya dia selalu nurut mungkin akibat saya agak tegas kalau ngomong sama dia, tapi kalau sudah ada ibunya dia kadang suka ngeyel”
Sebagai seorang ayah, Man cukup tegas dalam menerapkan peraturan dan nilai-nilai keagamaan di rumah. Lain halnya dengan Sdh yang hanya menerapkan
peraturan yang berhubungan dengan ketepatan waktu, seperti tidak boleh pulang bermain lama-lama dan belajar untuk tidak telat bangun pagi. Man selalu
menerapkan agar Ryn menjadi anak yang tidak lupa menjalankan ibadah wajib seperti sholat dan mengaji. Soal belajar juga Man tidak main-main. Walaupun
Man telah mengikutkan Ryn dalam bimbingan belajar, Man juga memantau pendidikan Ryn dengan menyuruhnya belajar lagi sepulang bimbingan belajar
tersebut. Peraturan seperti ini dibiasakan Man dan Sdh agar Ryn disiplin sejak dini. Peraturan yang ketat dalam soal belajar tidak lantas membuat Ryn sering
mendapatkan juara di kelasnya. Mereka juga jarang memberikan kegiatan- kegiatan yang mengasah kreativitas Ryn, mereka hanya memberikan permainan
berbentuk Play Station agar Ryn tidak terlalu liar bermain kesana kemari dengan teman-temannya. Lain halnya dengan penuturan Man, ia berpendapat bahwa Ryn
tidak punya waktu untuk itu karena kegiatan sehari-hari Ryn cukup padat yang diisi dengan sekolah, mengaji dan ikut bimbingan. Seperti Man kemukakan,
“Tidak ada sih, tapi gimana ya mau mengasah kreativitas dia. Dia pagi- pagi harus sekolah, pulang sekolah makan setelah itu berangkat mengaji,
pulang dari mengaji sudah sore. Sebentar saja sudah malam dan dia harus kerjain PR dan pergi les. Tidak ada waktu sebenarnya untuk itu.”
Sebagai ibu, Sdh hanya menetapkan tanggung jawab terhadap Ryn dengan
tugas-tugas kecil yang memang wajar dilakukan anak seusianya seperti
Universitas Sumatera Utara
menyimpan mainannya kembali ke tempatnya, menggantung baju sekolahnya sepulang sekolah, dan tidak menaruh piring sembarangan sehabis makan. Tapi
sebagai ayah, Man menetapkan tanggung jawab yang behubungan dengan pendidikan dan kereligiusan pada diri Ryn, karena menurutnya kedua hal itulah
yang paling penting ditanamkan dalam diri Ryn sedari kecil. Cara berkomunikasi tatap muka dan sering menanyakan kegiatan Ryn yang
dilakukan oleh kedua orang tua Ryn dirasa akan membuat Ryn menjadi anak yang terbuka dan sering menceritakan apa yang dialaminya selama seharian, namun hal
ini tidak terjadi. Ryn tumbuh menjadi anak yang pendiam dan kurang terbuka. Dalam berkomunikasi, Man dan Sdh juga sangat sering memberi kata-kata
nasehat dengan harapan Ryn berperilaku lebih baik lagi dari sebelumnya. Bila Ryn melakukan kesalahan, jalan yang mereka tempuh adalah dengan menasehati,
bila kesalahan itu terjadi berulang kali barulah mereka mengambil sikap tegas dengan cara memukul Ryn.
Menurut pasangan orang tua ini cara yang paling baik mengasuh dan mendidik anak adalah dengan banyak memberikan nasehat dan peringatan. Jalan
memberikan hukuman dan kekerasan adalah cara kedua bila anak tetap membandel. Man mengatakan bahwa ia tidak tega bila harus menggunakan
kekerasan karena mereka juga jarang memperhatikan perkembangan Ryn karena terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Seperti penuturan Man,
“Kalau menurut saya cara yag bagus adalah banyak menasehati. Terkadang saya kasihan juga dia kan sering kami tinggal, kami pagi-pagi
sudah pergi berjualan jadi kebanyakan dia melakukan sesuatu hal sendiri ya walaupun ada neneknya juga. Jadi kalau sudah begitu saya suka tidak
tega memarahi dia. Kalau sudah fatal sekali lah baru saya marah”
Universitas Sumatera Utara
Walaupun Ryn jarang bercerita tentang apa yang dialaminya, namun Ryn, tidak berarti Ryn tidak mempunyai masalah baik itu di sekolah atau dengan
teman-temannya. Sdh bercerita bahwa Ryn pernah mengalami masalah dengan teman-temannya di sekolah, Ryn selalu dimintai uang oleh teman-temannya
apabila Ryn tidk memberikannya maka Ryn dipukul oleh mereka. Ryn tidak bisa menahan perlakuan buruk teman-temannya itu, maka dia memberitahukan kepada
Sdh tentang masalahnya itu. Sebagai orang tua, Man dan Sdh mengambil tindakan dengan melaporkan hal itu kepada guru Ryn. Menurut Sdh, Ryn akan
menceritakan masalahnya bila ia tidak bisa mengatasinya lagi sendirian. Namun, apabila masalah-masalah yang biasa saja Ryn sama sekali enggan bercerita.
Kesimpulan Kasus
Pasangan orang tua, Man dan Sdh adalah pasangan orang tua yang sibuk bekerja. Komunikasi antar pribadi yang terjalin antara orang tua dan anaknya dalam kasus
ini tidak cukup dekat. Karena menurut penuturan anak mereka, ia enggan bercerita pada ayah dan ibunya dikarenakan Man dan Sdh terlalu sibuk dengan pekerjaan
mereka dan tidak sempat bercengkrama. Ryn merupakn anak yang tertutup walaupun menurut pengakuan orang tua Ryn mereka sering bertanya tentang
kegiatan Ryn sehari-hari. Walaupun Ryn anak yang tertutup bukan berarti orang tua Ryn tidak memberi motivasi kepada Ryn untuk berperilaku positif dan taat
pada agama khususnya. Sang ayah yang ketat sekali menerapkan nilai-nilai keagaamaan. Kemandirian juga salah satu perilaku positif yang berhasil
ditanamkan oleh oMan dan Sdh. Ini dikarenakan mereka yang harus bekerja dari pagi sampai sore hari atau bahkan sampai malam, maka Ryn terbiasa untuk
Universitas Sumatera Utara
mengerjakan segala sesuatu sendiri walaupun terkadan ia ditinggal di rumah neneknya. Cara mengasuh dan mendidik anak dengan tidak menggunakan unsur
kekerasan sebagai cara utama dirasa cara yang tepat menurut kedua orang tua ini. Walaupun terkadan anak mereka, Ryn suka membantah namun tidak lantas
membuat mereka “ringan tangan” dan suka memukul karena cara itu hanya
ditempuh jika mereka telah hilang kesabaran dengan perilaku anak mereka.
Informan 3 Keluarga ke-3 Ibu Orang Tua tunggal
Nama : Lnd
Usia : 52 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta Berjualan pecal keliling
Anak Nama
: Ant Usia
: 12 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan
Urutan Kelahiran : 6 dari 6 bersaudara
Linda adalah orang tua tunggal dari keenam anaknya. Suami Linda telah 4 tahun meninggal. Jadi selama 4 tahun itu Linda mengasuh dan membesarkan
sendiri anak-anaknya. Dua anaknya sudah berkeluarga, namun menurut penuturan Lnd anak-anaknya jarang sekali membantu perekonomian keluarga. Oleh sebab
itu, sebagai orang tua tunggal yang mencari nafkah sendiri dengan berjualan pecal. Dengan keadaan ekonomi yang serba kekurangan tidak lantas membuat
Lnd menyepelekan cara pengasuhan anak. Komunikasi antar pribadi antara Lnd sebagai orang tua tunggal sangat baik
dengan anaknya, Ant. Ant kini telah duduk di bangku kelas 6 SD. Lnd tdak pernah membeda-bedakan anaknya, walaupun Ant anak bungsu dan tipe anak
Universitas Sumatera Utara
yang manja. Walaupun Ant anak yang manja, Ant jarang sekali merepotkan ibunya karena ia bisa mengerjakan sesuatu sendiri dan biasanya dia dibantu oleh
abangnya dalam hal mengerjakan tugas-tugas dari sekolahnya. Menurut Lnd, Ant adalah anak yang sangat penurut dan mengerti keadaan keluarga mereka seperti
apa. Anita suka sekali membantu ibunya untuk menyiapkan makanan untuk dijualkan. Ant tahu tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak.
Untuk intensitas komunikasi di rumah menurut Lnd mereka cukup sering melakukannya apalagi pada saat mau tidur dan sedang bersantai melepas lelah
dengan menonton televisi. Ant sering cerita tentang teman-temannya dan apa yang dialaminya ketika dia bermain, namun kalau soal sekolah, menurut penuturan Ant,
dia jarang bercerita kepada ibunya. Hanya hal-hal penting saja menurutnya harus diberitahukan kepada ibunya, maka akan ia beritahukan.
Berbicara soal prestasi, Ant cukup berprestasi di sekolahnya. Dia selalu menduduki posisi sepuluh besar dan untuk mengasah percaya dirinya Ant
mengikuti salah satu ekstrakulikuler di seklah yaitu Dokter kecil, hal ini memang digemari Ant seiring cita-citanya yang ingin menjadi Dokter. Dengan prestasi
yang seperti itu tidak lantas membuat Lnd sebagai orang tua suka memuji-muji anaknya apalagi memberikan hadiah. Menurutnya jika hal itu dilakukannya maka
Ant akan kebiasaan mengaharap-harap hadiah apalagi menurut Lnd mereka serba pas-pasan keadaan ekonominya, jadi tidak terpikir untuk meberikannya hadiah
jika dia beerprestasi di sekolah. Lnd juga tidak pernah memberikan kegiatan yang mengasah kreativitas anaknya karena ia tidak mengerti hal-hal seperti itu, Lnd
hanya membebaskan Ant bermain dengan teman-temannya dan itupun harus ingat waktu juga.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai seorang anak yang baru berumur 11 tahun, Ant cukup bertanggung jawab. Menurut penuturan Lnd, hal ini dikarenakan Lnd sudah terbiasa dengan
tugas-tugas yang memang harus dikerjakannya, dan menurutnya pula Ant adalah anak yang sangat perhatian dengan keadaan orang tuanya yang harus menghidupi
ia dan saudara-saudaranya yang lain. Bahkan Ant dengan senang hati membantu ibunya untuk memasak makanan yang akan dijual. Apabila Ant melakukan
kesalahan pun tidak pernah ditutup-tutupi dan selalu mengakui memang itu kesalahannya. Kalau sudah melakukan kesalahan lalu Lnd memperingatkannya
maka reaksi Ant akan diam saja dan tidak membantah, ia memang tahu itu kesalahannya.
Walaupun kedaan ekonomi Lnd yang pas-pasan dan bahkan kekurangan dalam menghidupi anak-anaknya tidak lantas membuat Lnd mengasuh anak
dengan cara kasar. Komunikasi dan cara mendidik anak yang dilakukan Lnd terhadap semua anak-anaknya khususnya Ant adalah dengan selalu dan selalu
memberi nasehat. Lnd sering memberi nasehat kepada anaknya untuk tidak membuat dirinya susah karena hanya dialah orang tua mereka satu-satunya karena
ayah mereka sudah meninggal. Hal ini cukup membuat anak-anak Lnd khususnya Ant menjadi anak yang berbakti dan menunjukkan perilaku positif dalam
kesehariannya. Lnd sangat tidak menyukai cara kekerasan dalam mendidik anak. Menurut pengakuan Lnd, almarhum suaminya lah yang sangat keras dan suka
memukul anak-anak mereka. Oleh sebab itu Lnd selalu bertengkar dalam hal cara pengasuhan anak dengan suaminya.
“Tidak pernah. Saya gak mau mukul anak. Paling saya cuma main-main, pura-pura cubit dia padahal gak. Kalau sudah begitu dia cuma ketawa. Tapi
waktu ayahnya masih hidup dulu, keras sekali marahin anak. Suka sekali
Universitas Sumatera Utara
mukul. Makanya saya dulu suka berantam sama ayahnya, dia suka sekali mukul anak, sedangkan saya gak mau mukul anak.”
Untuk anak seusianya Ant jarang sekali punya masalah baik itu masalah yang sepele apalagi masalah yang berat. Menurut Lnd selama ini anaknya tidak
pernah mengalami masalah baik itu di sekolah ataupun dengan teman-teman sepermainannya. Hal ini juga diakui oleh Ant sendiri. Ant merupakan anak yang
sangat berbakti dan patuh kepada Lnd dan tidak pernah membuat masalah.
Kesimpulan Kasus
Lnd sebagai orang tua tunggal yang harus menghidupi 4 orang anaknya merupakan orang tua yang cukup paham bagaimana caranya mengasuh dan
mendidik anak untuk berperilaku positif dengan keadaan yang serba pas-pasan. Komunikasi antara Lnd dan Ant yang cukup baik membuat Ant paham
kewajibannya sebagai anak. Hal ini ditunjukkan Ant dengan perilakunya yang mandiri, tidak selalu meminta bantuan orang lain dan mengandalkan ibunya
bahkan Ant yang sering dan sadar bahwa ia harus membantu ibunya. Ant juga menjadi anak yang cukup berprestasi dan ambisius dalam mencapai cita-citanya,
itu membuktikan Ant adalah anak yang percaya diri dan kreatif. Walaupun cara Lnd mengkomunikasikan pesan-pesan agar anaknya berperilaku positif sangat
bertentangan dengan almarhum suaminya dulu, anak-anak Lnd tidak lantas tumbuh menjadi anak yang pembangkang karena pengasuhan ayahnya tersebut,
bahkan mereka menjadi anak yang sangat patuh dan rajin membantu Lnd. Menurutnya anaknya sadar bahwa mereka hidup dengan perekonomian yang
cukup sulit dan tidak mau lagi menambah beban Lnd dengan menyusahkannya dengan sikap dan perilaku mereka yang buruk.
Universitas Sumatera Utara
Informan 4 Keluarga ke-4 Ayah
Nama : Mln
Usia : 40 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu Nama
: Hna Usia
: 30 tahun Pendidikan
: SMP Pekerjaan
: Ibu Rumah tangga
Anak Nama
: Aly Usia
: 6 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan
Urutan Kelahiran : anak pertama dari 2 bersaudara
Keluarga ke empat yang peneliti wawancarai adalah keluarga yang masih terhitung muda. Mln sebelumnya sudah pernah berkeluarga dengan kakak
kandung Hna sendiri. Istrinya yang pertama telah meninggal dan dari perkawinan tersebut mereka memiliki anak bernama Aly yang kini berusia 6 tahun dan duduk
di kelas 1 SD. Setelah itu Hna lah yang menjadi ibu bagi Aly. Dari perkawinan Hna dan Mln kini Aly memiliki 2 adik. Sebagai ibu tiri, Hna cukup dekat dengan
Aly. Sehari-harinya Hna mengurus anak-anaknya, karena Mln sibuk mencari
Universitas Sumatera Utara
nafkah untuk mereka. Hna adalah tipe ibu yang telaten dalam mengurus anak- anaknya, setiap perkembangan Aly selalu dipantau oleh Hna.
Hna dekat dengan Aly, dan meneurutnya Aly lebih dekat lagi dengan abahnya Aly memanggil ayahnya dengan sebutan abah, karena abahnya yang
suka memanjakan Aly. Hal ini sesuai pengakuan Aly. Hal ini menurut Hna mungkin dikarenakan dirinya yang selalu tegas kepada Aly, sedangkan abahnya
cenderung “lembek” dalam memperlakukan Aly. Memang diakui Mln bahwa dirinya tidak bisa memarahi anak-anaknya, kalau anaknya sudah “ngeyel” maka
Mln menyuruh Hna untuk menanganinya. Usia Aly yang akan menginjak usia 7 tahun dirasa Hna dan Mln belum bisa
terlalu mandiri. Aly masih perlu diingatkan lagi tentang hal-hal yang memang harus dikerjakannya. Namun, dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah PR, Hna
sebagai ibu lah yang mendampingi Aly karena abah Aly haarus pergi bekerja. Aly merupakan anak yang sangat terbuka. Komunikasi Aly dengan uminya
berlangsung baik dan lancar, namun tidak dengan abahnya. Abahnya yang sibuk bekerja membuat Aly jarang bercerita tentang sekolah atau teman-teman
sepermainannya, bahkan Hna mengakui bahwa Aly dan abahnya jarang bertemu. “Iya, dia suka cerita-cerita kegiatannya atau apa yag dilakukannya di
sekolah, cerita kawan di sekolahnya. Kalau dia dijahili atau apalah yang buat dia gak senang. Tapi sama abahnya dia jarang cerita apalagi ketemu. Tapi kalau
abahnya sudah pulang, Aly akan manja sekali.”
Walaupun umur Aly yang masih kecil, bukan berarti sebagai orangtua mereka tidak memberi dorongan agar Aly menjadi mandiri. Karena Hna mengakui
bahwa dia juga harus mengurus dua adik Aly yang masih sangat kecil,jadi Aly harus terbiasa sendiri. Hal ini juga dilakukan Mln, dia ingin membiasakan Aly
Universitas Sumatera Utara
mandiri. Tapi sebagai seorang ayah, dia juga tidak tega membiarkan Aly melakukan sesutu hal sendiri tanpa didampingi. Peraturan yang diterapkan di
rumah agar Aly menjadi anak yang disiplin banyak dibuat oleh Hna. Sebagai seorang ibu, Hna merasa itu adalah hal yang paling penting, apalagi mengingat
Aly adalah anak perempuan. Disiplin yang Hna terapkan adalah disiplin waktu dan kerapian. Hna sangat membiasakan Aly untuk tidur tidak lebih dari jam 9
malam. Sama dengan Mln, Hna juga tidak pernah membiarkan Aly untuk tidak lupa mengerjakan PR nya, mengerjakan shalat ataupun mengaji. Seperti penuturan
Mln. “Kalau saya sih tidak terlalu, uminya yang banyak buat peraturan. Saya
hanya mengingatkan untuk tidak lupa buat PR dan yang paling penting shalat ataupun mengaji.”
Aly juga merupakan anak yang memiliki kemauan belajar yang
tinggi,walaupun dia masih harus selalu diingatkan tentang itu. Oleh karena peraturan dalam hal belajar yang sangat ketat diterapkan oleh Hna dan Mln
menjadikan Aly selalu memperoleh nilai terbaik dalam akademiknya. Aly juga suka mengikuti lomba-lomba menggambar ataaupun mewarnai untuk
menimbulkan rasa percya diri dan mengasah kreativitas Aly sejak kecil, sesuai dengan penuturan Aly bahwa dia memang suka pelajaran tentang itu. Sebagai
orangtua mereka harus mendukung Aly tentang hal-hal yang digemarinya. Untuk anak seusia Aly tanggung jawab atau tugas-tugas yang diberikan di
rumah sudah dapat dikerjakan Aly, walaupun menurut pengakuan Hna masih seputar hal-hal yang kecil saja dan untuk membuatnya terbiasa. Namun, Mln tidak
memberlakukan hal itu. Menurutnya, Hna lah yang selalu membiasakan Aly untuk melakukan tugas-tugasnya seperti meletakkan perlengkapan sekolahnya dengan
Universitas Sumatera Utara
rapi setelah pulang sekolah, mainannya diberskan sendiri. Karena umurnya yang masih 6 tahun itu, Aly harus selalu diingatkan bahkan Aly cenderung menunda-
nunda tugas itu. Hna sebagai ibu yang ingin anaknya memiliki rasa tanggung jawab sejak kecil tidak bosan-bosannya mengingatkan Aly
Sama seperti orang tua yang lainnya yang peneliti wawancarai, pasangan orang tua ini juga selalu memberikan petuah atau nasehat yang membuat anaknya
semakin berperilaku lebih baik lagi. Mereka mengatakan bahwa intensitas komunikasi dimana pesan-pesannya adalah berbentuk nasehat seperti itu amat
sering dilakukan karena menurut Hna tidak ada orang tua yang ingin anaknya menjadi lebih buruk perilakunya. Begitulah cara atau metode yang Hna dan Mln
lakukan untuk membuat Aly mengambil hal-hal positif saja dan menjauhi hal-hal yang mereka anggap buruk. Tapi jika Aly melakukan hal yang buruk tidak lantas
membuat orang tuanya “main pukul”. Cara yang paling tepat dalam mengatasi hal-hal yang seperti itu adalah degan memberi anak peringatan terlebih dahulu.
Namun, lain halnya dengan Mln hal itu tidak dilakukannya. Menurutnya, “Gak, saya gak suka marah-marah sama anak apalagi mukul. Biasanya
kalau sering mukul anak malah tambah bandel.” Oleh karena itulah, Hna sering tidak mengerti Mln yang terlalu memanjakan
Aly dan anak-anaknya yang lain, sedangkan dia ingin bersikap lebih tegas agar anak-anaknya menjadi penurut. Ini sesuai dengan pernyataan Hna dan Mln. Hna
mengatakan, “Menurut saya sih kalau saya mendidik anak sekarang ini ya pertama-tama
memang kita lembutin, tapi kalau dianya gak denger atau gak nurut dikerasin juga. Kalau anak ini dilembutin kali pun gak mau nurut dan biasanya kalau saya
sudah ngomong dengan suara kuat barulah dia ngerti. Mungkin karena ayahnya yang suka memanjakan”
Sedangkan Mln, mengatakan
Universitas Sumatera Utara
Ya, cara banyak memberi nasehat yang saya ambil. Dengan terus dinasehati kan pasti dia akan mendengar dan mengingatnya terus”
Sebagai seorang ibu yang sering di rumah mengurus anak Hna tahu betul
kalau anaknya punya masalah atau kondisi emosionalnya sedang tidak stabil. Jika sudah begitu, Hna biasa meredakan emosional Aly dengan mengajaknya
menceritakan sebab mengapa Aly begitu. Tapi Mln yang jarang di rumah hanya bisa mengetahui hal itu dari istrinya. Dan kalaupun Mlnnada waktu, Mln akan
membujuk Aly dengan caranya sendiri.
Kesimpulan Kasus
Aly merupakan anak yang dapat berperilaku positif. Ini dikarenakan ibunya yang paling berperan dalam hal ini. Sikap ibunya yang tegas membuat Aly
terbiasa untuk berperilaku baik setiap harinya. Aly sudah bisa melakukan sebuah pekerjaan yang sesuai untuk anak seusianya sendiri tanpa dibantu, dan itu
menunjukkan kalau Aly sudah bisa mandiri walau berusia 6 tahun. Walaupun pola pengasuhan yang berbeda antara kedua orang tua Aly, dimana ibunya yang
cenderung lebih tegas sedangkan ayahnya terkesan “lembek” memperlakukan anak, cukup membuat Aly mampu tumbuh menjadi anak yang baik. Mln yang
disibukkan oleh pekerjaannya mencar nafkah berusaha untuk mengetahui setiap detil perkembangan Aly walau hanya melalui cerita istrinya karena intensitas
komunikasinya dengan Aly terhitung jarang. Meskipun Aly masih kecil, Aly sudah bisa diberikan tugas-tugas ringan yang akan membiasakannya untuk lebih
bertanggung jawab. Tapi menurut Hna, ibu Aly, Aly adalah pribadi yang cengeng dan suka sekali menangis. Menurutnya, mungkin pengasuhan Mln yang terlalu
memanjakan Aly. Namun di balik itu, Aly adalah anak yang terbuka, keterbukaannya pada orang tuanya membuat kedua orang tuanya tahu
Universitas Sumatera Utara
perkembangan Aly dengan baik dan bisa memberikan yang terbaik untuk mendukung perkembangan jiwa Aly.
Informan 5 Keluarga 5 Ayah
Nama : Dn
Usia : 38 tahun
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Pegawai swasta
Ibu Nama
: Swnt Usia
: 29 tahun Pendidikan
: SMK Pekerjaan
: Ibu Rumah tangga
Anak Nama
: Tyr Usia
: 6 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan
Urutan Kelahiran : anak pertama dari 2 bersaudara
Kelurga ke 5 yang peneliti wawancarai merupakan sebuah keluarga kecil. Swnt dan Dn menikah selama 7 tahun dan kini mempunyai 2 orang anak yang
masih kecil. Swnt adalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-harinya mengurus kedua anaknya sedangkan Dn adalah seorang pegawai swasta yang hanya bias
bertemu dengan anak-anaknya pada saat ia sudah pulang bekerja atau pada hari libur. Dengan Tyr hubungan mereka bisa dibilang dekat satu sama lain. Diakui
Tyr, ia lebih dekat dengan ayahnya. Tyr juga mengatakan bahwa ayahnya jarang sekali memarahinya sedangkan ibunya lebih suka memarahinya, mungkin karena
itulah Tyr lebih merasa dekat dengan ayahnya dan menganggap ayahnya lebih memanjakannya.
Komunikasi antar pribadi yang dilakukan para orang tua dan anak dalam keluarga ini cukup berjalan normal pada keluarga umumnya. Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
berlangsung 2 arah, walaupun setiap kali Swnt berbicara kepada Tyr, Tyr tidak selalu langsung mengambil reaksi terhadap apa yang Swnt ucapkan. Berbeda
halanya dengan Swnt, menurut pengakuan Dn, Tyr merupakan anak yang penurut dan selalu mendengarkan apa yang dikatakan Dn. Diusianya yang masih 6 tahun,
Tyr masih sangat bergantung pada orang tuanya artinya Tyr belum cukup mandiri dalam mengerjakan sesuatu. Sebagai orang tua yang ingin memenuhi semua
kebutuhan anaknya, Swnt dan Dn merasa bahwa wajar saja Tyr masih suka meminta bantuan dalam melakukan sesuatu walaupun terkadang mereka selalu
mendorong agar Tyr melakukan sesuatu sendiri namun mereka tidak dapat mengelakkan bahwa sebagai orang tua mereka kadang-kadang tidak dapat
membiarkan Tyr melakukannya sendiri karena Tyr yang masih kecil. Sebagai orang tua yang tentunya ingin mengetahui perkembangan anaknya
baik dari segi fisik dan mental begitu pula dengan orang tua Tyr yang ingin memantau setiap perkembangan Tyr. Swnt sering kali menanyakan kegiatan Tyr
di sekolah dan perbincangan tentang bagaimana kegiatan Tyr di sekolahnya merupakan topic sehari-hari di antara mereka. Tyr merupakan tipe anak yang
terbuka yang walaupun sebelumnya Swnt dan Dn belum menanyakan maka Tyr akan dengan senang hati menceritakan kegiatannya. Namun, bahi Dn ia hanya
bias berkomunikasi dengan Tyr bila ia sudah pulang bekerja. Walaupun Dn jarang berada di rumah lantaran bekerja, kedekatan emosional antara ayah dan anak ini
begitu dekat. Hal ini terlihat dari diberikannya peraturan di rumah kepada Tyr agar menjadi disiplin. Sebagai seorang ayah yang seharusnys banyak menerapkan
peraturan, Dn hanya memberlakukan peraturan agar Tyr serius dalam belajar. Namun untuk masalah disiplin waktu diakui Dn itu ridak di terapkannya. Swnt lah
Universitas Sumatera Utara
yang memberlakukan peraturan berhubungan dengan disiplin waktu dan kerapihan pada diri Tyr. Seperti penuturan Swnt berikut ini
O…peraturan ya? Kalau peraturan sih masih yang biasa-biasa aja. Kalau pulang sekolah harus rapikan baju, tas, sepatu. Dia juga harus tidur siang.
Kalau main-main gak boleh jauh-jauh, belajarkerjain PR jangan lupa.
Intensitas komunikasi antar pribadi Tyr dan kedua orang tuanya berbeda satu sama lain. Swnt yang selalu di rumah mempunyai intensitas komuniakasi dengan
Tyr yang sangat sering , namun dengan ayahnya Tyr jarang berkomunikasi. Sebagai anak yang masih menjalankan tugas-tugas perkemabnagnanya
seperti sekolah, bermain dengan teman sebayanya dan mengenal lingkungan, orang tua Tyr mencoba untuk mendukung hal tersebut. Contohnya saja dalam hal
menanamkan tanggung jawab. Walaupun Tyr tidak serta merta melakukan tugas- tugas yang diberikan orang tuanya, namun sebagai orang tua Swnt dan Dn saling
bekerja sama agar Tyr tidak melalaikan tugas-tugasnya. Berbicara soal menanamankan rasa percaya diri dan kreatifitas bagi Tyr, Swnt dan Dn
tampaknya belum melakukannya secara maksimal. Kegiatan-kegiatan sekarang yang banyak dilakukan orang tua untuk mengasah kreatifitas anaknya belum
mereka terapkan. Mereka mengakui bahwa mereka hanya memberikan Tyr kesempatan bermain seperti anak seusianya dan bukan mengkhususkan kegiatan-
kegiatan tertentu di dalam rumah untuk menumbuhkan kreatifitas. Hanya saja Dn sering membawa Tyr ke tempat permainan atau wahana anak untuk membuat Tyr
lebih mengenal berbagai jenis permainan anak-anak. Metode atau cara yang di lakukan Dn dan Swnt dalam mengkomunikasikan
pesan-pesan untuk Tyr dalam berprilaku positif berbeda satu sama lain. Dalam kasus bila Tyr tidak terlalu menggubris pesan-pesan itu tindakan kedua orang tua
Universitas Sumatera Utara
ini berbeda. Swnt lebih suka berbicara dengan suaru kuat dan cenderung memarahi, sedangkan Dn hanya memberi nasehat tanpa berbicara dengan nada
tinggi. Namun, Swnt tidak mengutamakan cara kekerasan atau memukul bila sedang marah. Menurut Swnt, Tyr adalah anak yang sulit untuk menuruti
perkataannya. Tyr lebih suka membuatnya marah terlebih dahulu baru mau mendengarkan dan melakukan apa yang dikatakan Swnt. Menurut mereka cara
mendidik anak yang mereka terapkan di rumah adalah cara terbaik dalam mendidik anak.
Swnt : Kayak yang saya bilang tadi. Kalau dia ini, jujur aja dilembutin gak bisa, tunggu mamaknya marah dulu baru nurut. Saya kepingin bagus-
bagus bilanginnya, kadang-kadang gak mau diterimanya. Dn : Dilembutin juga gak terlalu dilembutin, supaya dia ngerti aja.
Walaupun Tyr suka dimarahi oleh ibunya dari pada ayahnya, Tyr mengatakan bahwa ia selalu menceritakan apa yang dialaminya seharian pada
ibunya. Ini membuktikan bahwa Tyr tidak membedakan prilaku keterbukaannya pada kedua orang tuanya. Bahkan ada masalah, Swnt yang lebih dahulu tahu dari
pada Dn. Ini dikarenakan intensitas komunikasi antara Tyr dan Swnt yang sangat sering. Swnt mengakui Tyr jarang bermasalah, kalau pun ada hanya pada teman-
teman sepermainannya di sekolah. Hal seperti ini biasa terjadi karena Tyr masih menjalankan tugas-tugas perkemabangannya yang butuh bermain dengan teman
sebaya. Bila ada masalah seperti itu Swnt dan Dn tidak terlalu turut campur dan hanya bias menasehati Tyr untuk bias membela dirinya sendiri.
Kesimpulan Kasus
Komunikasi antar pribadi orang tua Swnt dan Dn terhadap anaknya Tyr dalam kasus ini berjalan seperti keluarga pada umumnya. Beberapa keluarga yang
peneliti wawancarai juga seperti keluarga ini, proses komunikasi antar pribadinya
Universitas Sumatera Utara
bias dikatakan tidak ada kendala yang berarti. Hanya saja karena ayah Tyr yang bekerja sampai sore hari mengurangi intensitas komunikasi dengan Tyr.
Dalam hal kedekatan atau hubungan dengan orang tua Tyr lebih memiliki kedekatan yan kuat dengan ayahya. Sebagai anak yang berumur 6 tahun, Tyr
masih sering dibantu orang tuanya untuk mengerjakan segala sesuatunya. Perilaku positif seperti keterbukaan saja yang dapat ditunjukkan Tyr dengan baik.
Kemandirian Tyr masih perlu dibimbing oleh orang tuanya. begitu juga dengan rasa percaya diri yang diakui Swnt dan Dn belum dapat ditunjukann oleh Tyr
melalui perilakunya sehari-hari. Perihal menanamkan tanggung jawab juga masih belum maksimal dilakukan karena tugas-tugas yang sebenarnya diterapkan agar
Tyr bisa bertanggung jawab sejak kecil masih suka dilalaikan olehnya.
Informan 6 Keluarga 6 Ayah
Nama : Jnr
Usia : 38 tahun
Pendidikan : Sarjana S1
Pekerjaan : PNS
Ibu Nama
: Bty Usia
: 35 tahun Pendidikan :
D3 Pekerjaan :
PNS
Anak Nama
: Nsa Usia
: 6 tahun
Universitas Sumatera Utara
Jenis Kelamin : Perempuan Urutan Kelahiran: anak tunggal
Pada saat peneliti mewawancarai keluarga ini pada malam hari, mereka sedang bercengkrama dan sedang bersantai bersama. Bty dan Jnr baru bias
berkumpul bersama Nsa, anaknya pad malam hari karena dari pagi sampai sore mereka bekerja. Bty dan Jnr hanya memiliki satu orang anak. Hubungan atau
kedekatan Nsa dengan orang tuanya dikatakan sangat dekat. Nsa adalah anak tunggal yang memiliki hubungan emosional yang kuat dengan kedua orang
tuanya. Namun Nsa mengakui bahwa ia lebih dekat dengan ibunya. Kemanapun Bty pergi Nsa ingin selalu ikut dengannya. Komunikasi antar pribadi dalam
keluarga ini menimbulkan saling ketergantungan satu sama lain. Nsa merasa dia harus menceritakan segala sesuatu hal yang terjadi padanya baik itu tentang
sekolah ataupun cerita tentang hubungannya dengan teman-temannya. Sebagai orang tua Bty dan Jnr merasa harus mengetahui segala hal yang terjadi pada Nsa
guna memantau perkembangannya. Namun, kalau soal ketergantungan dalam melakukan sesuatu, Nsa sudah tidak lagi mengandalkan mereka dalam beberapa
hal. Misalnya saja menyiapkan baju sekolahnya ketika akan berangkat sekolah atau sekedar mengambil makanannya ketika ia ingin makan.
Komunikasi Bty dan Jnr kepada Nsa berlangsung 2 arah, karena Nsa bias langsung memberikan respon terhadap apa yang dikatakan orang tuanya dan tidak
mengacuhkan pesanpesan yang disampaikan. Keterbukaan merupakan salah satu perilaku positif yang melekat pada diri Nsa. Nsa dengan sendirinya akan
menceritakan apa yang dirasakannya dan apa yang ada dipikirannya. Keterbukaan
Universitas Sumatera Utara
nsa membuat Bty dan Jnr mudah untuk mengetahui setiap detail perkembangan Nsa.
Selain itu, Bty dan Jnr selalu menekankan untuk Nsa bahwa mandiri dan disiplin itu penting. Kedua orang tuanya juga membiasakan Nsa melakukan
sesuatu hal sendiri. Mereka juga menerapkan peraturan di rumah yang akan membiasakan Nsa untuk disiplin sejak kecil. Seperti apa yang dikatakan Jnr dan
Bty Jnr : Sholat gak boleh lupa, mengaji. Kalau soal belajar kasihan juga kalau
dipaksakan. Dia pagi harus ngaji, siang sekolah, pulang sekolah terus pergi les. Ya malam istirahatlah
Bty : Apa ya?? Paling habis sholat harus ngaji. Kalau belajar gak terlalu ditentukan waktunya karena dia udah les sampai jam 7 di dekat
sekolahnya. Jadi dia Cuma belajar di les. Kalau soal main-main dengan kawannya pun gak saya kasih jauh-jauh, dekat-dekat sini aja
Bty dan Jnr lebih menekankan nilai-nilai religius kepada Nsa. Menurut Bty
dan Jnr walaupun mereka sibuk bekerja, mereka sering kali menanyakan kegiatan Nsa.Karena Nsa memang terbuka, maka tidak ada hambatan untuk itu.
Bty : Kayak yang saya bilang tadi, anak ini memang udah terbuka. Semua diceritainya. Gurunya, kawannya, pelajarannya. Walaupun begitu
saya suka juga nanya-nanya kalau udah ngumpul sama ayahnya juga Jnr : Ooo… Nsa ini anak yang terbuka kok, gak mau diam-diam juga serta
aktif. Jadi semua kegiatan dia diceritain sama kami.orang hobi dia memang cerita-cerita
Untuk menanamkan percaya diri, Bty dan Jnr juga tidk mengalami kesulitan. Menurut pengamatan peneliti ketika mewawancarai Nsa, dia memang
menunjukkan rasa percaya diri, tidak malu-malu dan merupakan anak yang aktif. Dengan kepercayaan dirinya, Nsa juga memperoleh prestasi yang bagus di
sekolah. Nsa memperoleh nilai-nilai bagus di setiap semester sekolahnya. Namun, menurut pengakuan Bty dan Jnr untuk mengasah kreativitas Nsa mereka tidak
memberlakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung hal tersebut. Bty dan
Universitas Sumatera Utara
Jnr hanya membiarkan Nsa bermain “Game Boy” untuk menghilangkan rasa jenuh Nsa. Walaupun begitu sebagai orang tua yang ingin anaknya berperilaku
positif, mereka selalu mengingatkan Nsa untuk tidak menomor duakan belajar. Meski intensitas komunikasi mereka tergolong rendah karena hanya
berlangsung paa malam hari dan pada saat Bty dan Jnr sedang libur, namun Nsa dapat membuat orang tuanya tidak khawatir dengan perkembangannya. Nsa
diakui Bty merupakan anak yang penurut dan bisa berperilaku positif. Berbicara tentang tanggung jawab sejak kecil, Bty dan Jnr juga menanamkan hal itu pada
Nsa. Caranya adalah dengan dengan membiasakan Nsa melakukan tugas-tugas kecil yang memang bias dilakukan anak seusianya. Namun, dalam hal satu ini Nsa
masih perlu banyak diarahkan dan diingatkan kaena menurut pengakuan Bty dan Jnr, Nsa sangat sulit untuk melakukan tugas-tugas tersebut dengan baik dan atas
kemauan sendiri. Bty : Kalau soal tugas-tugas dia agak leler orangnya artinya kalau gak
diingati dia gak mau ngerjainya atas kemauan sendiri. Baju sekolah letak disini, tas letak di sana. Tapi kadang-kadang gak juga, ntah
dimana-mana diletakinnya
Jnr : Kalau itu agak kurang, malasnya dia ini Walaupun begitu, Bty dan Jnr tidak henti-hentinya menasehati Nsa untuk
melakukan hal tersebut demi kebaikannya. Mereka mengakui untuk dapat mengkomunikasikan pesan-pesan yang bernilai positif pada Nsa mereka harus
mengkombinasikan cara yang banyak memberi n asehat dan cara memberikan hukuman. Namun, ini harus disesuaikan dengan kondisi di mana cara ini harus
dipakai. Bila Nsa dirasa perlu untuk menerima hukuman, mereka akan menerapkan hal itu agar Nsa mengerti.
Universitas Sumatera Utara
Cara yang mendidik anak yang mereka terapkan dirasa dapat membuat Nsa menjadi anak yang berperilaku positif walaupun masih perlu diarahkan lagi oleh
Bty dan Jnr sebagai orang tuanya mengingat usianya yang masih rentan untuk meniru dan mengadopsi perilaku-perilaku buruk di sekitarnya.
Kesimpulan Kasus
Perilaku yang paling menonjol dalam diri Nsa adalah keterbukaan. Nsa selalu menceritakan dan melaporkan setiap kegiatan dan apa yang dialaminya
setiap hari. Keterbukaan dan perilaku Nsa yang aktif membuat orang tuanya tidak merasa khawatir tertinggal kabar mengenai perkembangannya walaupun keduanya
disibukkan oleh pekerjaan. Namun yang paling penting dalam kasusu ini adalah bagaimana cara mengkomunikasikan pesan-pesan tentang nilai-nilai positif yang
harus diadopsi Nsa yang dilakukan oleh Bty dan Jnr. Bty dan Jnr lebih memilih cara tidak bosan-bosan menasehati Nsa agar lebih baik serta menggunakan cara
menghukum apabla Nsa melakukan kesalahan. Mereka menggunakan kedua cara ini dalam kondisi yang berbeda, tidak menggunakan cara kekerasan sebagai jalan
utama dalam mendidik anak dan tidak menganggap bahwa kekerasan akan membuat Nsa menjadi pribadi yang lebih baik.
Informan 7 Keluarga 7 Ayah
Nama : Jmrno
Usia : 42 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Harian
Ibu Nama
: Ynt Usia
: 30 tahun Pendidikan
: SMP Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Universitas Sumatera Utara
Anak Nama
: Eko Usia
: 8 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Urutan Kelahiran : 3 dari 3 bersaudara
Keluarga ke 7 yang menjadi subjek penelitian adalah keluarga Bapak Jmrno. Keluarga ini terdiri dari 5 anggota keluarga yang terdiri dari 3 orang anak. Eko
adalah satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga ini. Sebagai anak laki-laki Eko mengaku dekat dengan ibunya, karena biasanya ia memang bersama ibunya yang
terus berada di rumah mengurus mereka, namun walaupun begitu bukan berarti ia tidak dekat dengan ayahnya. Eko suka menceritakan tentang nilai-nilai yang
diperolehnya di sekolah ataupun sekedar memberitahukan kalau ada kegiatan di sekolah kepada bapaknya. Dalam kaitannya dengan komunikasi antar pribadi
yang dilakukan denagan adanya kedekatan fisik satu sama lain, maka hal ini juga terjadi pada komunikasi Jmrno dan Ynt kepada Eko. Posisi yang berdekatan
antara mereka dalam berkomunikasi membuat komunikasi berjalan tanpa ada hambatan yang berarti.
Sebagai seorang anak yang masih sangat membutuhkan atau masih tergantung dengan orang tuanya, Eko seringkali membutuhkan bantuan orang
tuanya atau bantuan kakak-kakaknya dalam melakukan sesuatu. Sebagai orang tua yang melihat anaknya masih dalam proses belajar maka Jmrno dan Ynt siap
membantu hal-hal kecil yang belum bisa dilakukan Eko tersebut. Proses komunikasi pun berjalan secara tatap muka yang seringkali terjadi pada saat Eko
pulang sekolah, pada saat berkumpul bersama atau Eko akan tidur. Jmrno mengakui bahwa kesibukannya sebagai seorang ayah yang mencari nafkaj,
Universitas Sumatera Utara
membuatnya tidak terlalu sering berkomunikasi dengan Eko, hanya bisa dilakukan ketika ia pulang bekerja dan sedang tidak lelah atau hari libur.
Komunikasi antar pribadi yang terjadi antara orang tua dan anak ini hanya seputar kegiatan sekolah Eko karena menurut Jmrno hal itu dikarenakan memang
usia Eko yang masih sekolah dan kegiatan sehari-harinya didominasi oleh sekolah dan kegiatan belajar. Eko terbuka terhadap kedua orang tuanya. Keterbukaan Eko
yang dapat diketahui dengan pengakuan Jmrno dan Ynt bahwa Eko selalu menceritakan hal-hal yang terjadi padanya baik itu di sekolah maupun dengan
teman sebayanya. Sebagai anak yang sudah terbuka, Jmrno dan Ynt dpat mengertahui perkembangan Eko sejalan dengan usianya yang masih sangat rentan
terhadap perilaku meniru dan perilaku adopsi terhadap hal-hal buruk. Oleh karena itu, mereka akan segera tahu dan mengambil tindakan cepat bila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Seperti pernyataan Ynt, “Iya, memang dia suka cerita kok tentang gimana-gimananya dia di
sekolah. Kadang-kadang kalau dia berantem sama kawannya saya juga tahu”
Dan penuturan Jmrno, “Iya, suka cerita. Ntah dia ikut lomba lari di sekolah, atau dia dimarahin
gurunya”
Namun berbeda halnya dengan perilaku kemandirian. Perilaku ini belum dapat ditunjukkan oleh Eko karena sehari-harinya Eko maish suka mengandalkan
bantuan orang tuanya dalam melakukan sesuatu. Hal ini seiring dengan pengakuan Ynt dan Jmrno yang mengaku bahwa mereka memenag sering tidak tega
membiarkan Eko melakukan sesuatu sendiri dan dengan keinginan sendiri membantu Eko untuk melakukan apa yang sedang dilakukannya. Hal ini
menjadikan Eko belum dapat menjadi pribadi yang mandiri di usianya yang ke-8.
Universitas Sumatera Utara
Berbicara tentang kedisiplinan, Jmrno dan Ynt membuat beberapa peraturan untuk menanamkan perilaku tersebut yang berhubungan dengan ketepatan waktu
seperti memberlakukan jam tidur dan jam bermain bagi Eko. Seperti penuturan Jmrno dan Ynt, namun terkadang peraturan ini masih sering dilanggar Eko.
Ynt : Ini….kalau tidur gak boleh lama-lama, jam 9 itu biasanya. Tapi kan gak bisa langsung tidur juga, ntah golek-golek dulu....pokoknya jam 9 udah
ditempat tidur. Jmrno: Iya.. kalau udah bangun pagi dia harus langsung mandi, kalau udah
waktunya pergi sekolah ya pakaian sekolah. Kalau soal ada pekerjaan rumah dikerjain dulu baru main-main. Tapi kadang mau nurut dan kadang
gak juga. Kegiatan-kegiatan Eko yang hanya sekolah dan bermain belum diikuti
dengan kegiatan-kegiatan yang dapat mengasah kretivitasnya diluar kreatifnya sebagai seorang anak. Jmrno dan Ynt belum memberikan kegiatan-kegiatan
didalam rumah yang dapat membantu kreativitas Eko untuk berkembang. Mereka hanya mengizinkan Eko untuk bermain dengan teman-temannya dan
memperbolehkan Eko mengkonsumsi media hiburan seperti televisi. Namun diakui Jmrno, Eko suka sekali mengikuti perlombaan-perlombaan yang ada di
sekolahnya atau mengikuti perlombaan yang diadakan di lingkungan rumah, tidak peduli kalah atau menang hanya semangat Eko yang ingin ikut. Jmrno hany bisa
mendukung Eko selama itu dapat membuatnya lebih percaya diri dan bernilai positif bagi perkembangannya.
Sebagai seorang ibu, Ynt memberlakuakn tugas-tugas kecil untuk Eko seperti merapikan perlengkapan sekolahnya sepulang sekolah dan yang
berhubungan dengan kebersihan kepada Eko. Ini dilakukan untuk membuat Eko menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan tidak bertindak semaunya walaupun
dia laki-laki. Namun, Jmrno mengakui bahwa ia tidak melakukan dan menerapkan
Universitas Sumatera Utara
hal tersebut, yang paling utama baginya adalah tanggung jawab dalam hal belajar yang harus selalu dilakukan Eko.
Cara yang dirasa kedua orang tua ini dalam mengkomunikasikan pesan tentang nilai-nilai positif adalah dengan menggunakan cara yang
mengkombinasikan cara menghukum dan cara mengayomi. Artinya Jmrno dan Ynt akan bersikap lembut jika anak mereka mendengarkan apa yang mereka
katakan, namun apabila Eko sudah mulai membantah dan tidak menghiraukan apa yang dikatakan dan diinginkan oleh mereka, maka hukuman akan diberikan tak
lepas dari kata nasehat yang akan membuat Eko berperilaku lebih baik.
Seperti yang mereka katakan, Ynt : Kalau ditanya begitu sih ya maunya yang lemah lembut aja, yang gak
usah main pukul atau cubit. Tapi orang tua sekarng kayaknya jarang yang begitu. Kadang rasa emosi sama anak itu datang juga. Saya sih sama
anak ini kalau nasehati gak bisa juga terpaksa lah dipukul atau gak di cubit aja.
Jmrno: Yah jangan keras-keras kali juga lah,.. ntah apa keinginan dia kadang- kadang kita turutin juga, ntah dia mau main sebentar dibiarin asal jangan
kelewatan jauh atau gak ingat waktu. Artinya bukan dimanjakan, ya namanya juga masih anak-anak bawaannya mau main aja. Tapi begitupun
kata-kata nasehat juga gak lupa selalu diingatkan ke dia.
Suasana penyampaian pesan-pesan komunikasi juga dilakukan pada saat yang tepat. Artinya jika Jmrno dan Ynt mengetahui bahwa Eko sedang mendapati
masalah baik itu di sekolah atau dengan temannya maka mereka akan berusaha untuk menormalkan kembali suasana hati Eko yang tidak stabil itu dengan
mengajaknya berkomunikasi dengan menceritakan perihal masalah tersebut. Dengan adanya masalah, maka Jmrno dan Ynt lebih dituntut untuk
Universitas Sumatera Utara
mengkomunikasikan pesan tentang nilai-nilai positif untuk lebih diterapkan Eko dalam kehidupannya dengan cara banyak memberikan masukan maupun nasehat-
nasehat kepada Eko untuk dapat memilih dan mengadopsi hal-hal positif.
Kesimpulan Kasus
Eko merupakan anak yang sudah mampu berperilaku positif terutama dalam hal keterbukaan dan tidak menutup-nutupi apa yang terjadi padanya dan dengan
senag hati menceritakan perihal semua yang terjadi dan dialaminya sehari-hari dan kepercayaan diri yang sudah bisa ditunjukkan dengan mampu
mengadaptasikan dirinya sesuai dengan lingkungannya. Proses komunikasi antara kedua orang tua dengan anaknya ini berjalan baik artinya Eko memberikan respon
terhadap apa yang dikatakan dan disampaikan oleh Jmrno dan Ynt walaupun terkadang komunikasi itu harus dilakukan berulang kali. Cara yang mereka
terapkan untuk membuat anak mereka dapat berperilaku positif adalah dengan menganggap bahwa kedua cara yaitu cara banyak menasehati dan cara
menghukum dapat dikombinasikan. Artinya kedua cara ini dapat disesuaikan dengan kondisi di mana cara ini memang tepat untuk ditempuh.
Informan 8 Keluarga 8 Ayah
Nama : Hdyt
Usia :
42tahun Pendidikan
: Sarjana S1 Pekerjaan :
Wiraswasta
Ibu Nama
: Mry Usia
: 42 tahun Pendidikan
: Sarjana S1 Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Anak Nama
:Yli
Universitas Sumatera Utara
Usia : 8 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Urutan Kelahiran : 3 dari 3 bersaudara
Keluarga ke 8 yang peneliti wawancarai adalah keluarga Bapak Hdyt. Keluarga ini terdiri dari 5 orang 5 orang anak dan hanya satu yang perempuan
yaitu Yli yang masih berusia 8 tahun dan duduk di kelas 3 SD. Ketika peneliti menanyakan sejauhmana kedekatan Mry dan Hdyt dengan
anak mereka Yli, mereka mengatakan bahwa ia sangat dekat sekali dengan Yli karena merupakan satu satunya anak perempuan dalam keluarga tersebut dan
Hdyt mengatakan kalau ia dekat dengan Yli sebagaimana ayah dekat denga anaknya. Sebagai serang anak, sifat ketergantungan pada orang tuanya pasti ada
apalagi mengingat usia Yli yang masih 8 tahun. Ketergantungan ini dapat diketahui dari pernyataan Mry yang mengatakan bahwa Yli yang masih suka
meminta bantuan jika mengerjakan sesuatu namun tidak membuatnya selalu mengandalkan orang tuanya. Ia meminta bantuan jika ia merasa itu memang perlu,
jika tidak ia akan memilih untuk melakukan itu dengan kemampuan sendiri. Dalam hal berkomunikasi dengan Yli, kedua orang tua ini menggunakan
komunikasi secara tatap muka, walaupun terkadang ayah Yli, Hdyt sibuk bekerja dari pagi hingga sore hari. Proses komunikasi berlangsung dua arah dengan
adanya respon Yli baik itu dalam tindakan verbal atau nonverbal. Keterbukaan menjadi hal yang paling menonjol dalam membina komunikasi antara mereka. Yli
merupakan tipikal anak yang terbuka, apalagi dengan ibunya yang diakuinya paling dekat dengannya. Keberadaan mry yang selalu di rumah membuat Yli
selalu menceritakan perihal apa yang dirasakannya dan apa yang dialaminya sehari-hari, namun intensitas komunikasi yang sering terjadi pada komunikasi
Universitas Sumatera Utara
antara ia dan ayahnya. Pekerjaan ayahnya yang membuat Hdyt jarang di rumah membuat Yli jarang menceritakan semua hal yang terjadi padanya. Menurut
pengakuan Hdyt ia hanya tau kegiatan Yli dan masalah yang terjadi padanya jika ia menanyakan hal itu dan biasanya tahu dari ibu Yli. Komunikasi antara orang
tua dalam kasus ini mayoritas diisi dengan topic pembicaraan seputar sekolah, kegiatan yang menunjang pembelajaran di sekolah atau cerita tentang ia dan
teman sebayanya. Karena keterbukaan tersebut, Mry merasa tidak perlu khawatir dengan perkembangan jiwa Yli karena ia akan bisa memantaunya dari cerita-
cerita Yli tersebut. Seperti yang ia kemukakan “Karena dia udah terbuka sih saya gak khawatir tapi walaupun begitu ya
ditanya-tanya juga siapa tahu ada masalah yang ia sembunyikan. Diajak bicara saja biar dia mau cerita”
Disiplin menjadi hal yang sangat penting yang perlu ditanamkan ejak dini.
Hal ini dilakukan Mry dan Hdyt dengan menerpakan peraturan-peraturan di rumahnya. Sama seperti orang tua lainnya, peraturan soal ketepatan waktu adalah
yang paling banyak diterapkan dan peraturan mengenai kebiasaan untuk mengerjakan tugas sekolah terlebih dahulu. Peraturan ini diakui keduanya dapat
dilaksanakan dengan baik oleh Yli. Yli merupakan tipe anak yang penurut dan berusaha melaksanakan peraturan-peraturan tersebut dengan baik. Berbicara soal
prestasi dan rasa kepercayaan diri yang timbul dalam diri Yli, maka sejauh ini sudah dapat ditunjukkan Yli. Yli merupakan anak yang berprestasi terbukti
dengan diperolehnya nilai-nilai bagus dlam akademiknya, dan Mry selalu meyakinkan Yli agar Yli harus mampu melebihi teman-temannya dalam hal
meraih prestasi.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai orang tua yang ingin anaknya lebih kreatif, Hdyt dan Mry memberikan kegiatan kepada Yli dalam mengembangkan kreatifitas yang
dimiliki. Memberikan Yli buku sesuai dengan usianya dan memberikan mainan yang bermanfaat dilakukan orang tua Yli dengan harapan hal itu akan dapat
menambah rasa ingin tahu Yli dan mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakatnya nantinya. Mengenai tanggung jawab sejak kecil orang tua Yli juga telah
membiasakan Yli untuk melakukan hal-hal kecil untuk dapat membuatnya lebih bertanggung jawab, seperti membereskan mainannya, membereskan perlengkapan
sekolah sepulang sekolah. Sebagai ayah, Hdyt hanya mendukung Mry sebagai ibu untuk menerapkan tugas-tugas tersebut kepaa Yli, namun Hdyt merasa tanggung
jawab yang memang harus dilakukan Yli sebagai anak saat ini adalah belajar. Sesuai dengan penuturan Hdyt,
“Biasanya sih saya Cuma Bantu mamanya untuk memberlakukan tugas- tugas yang memang udah diberikan. Misalnya kalau gak dikerjakannya saya
nasehati. Tapi kalau saya sendiri yang buat tugas-tugas untuk dia itu ya cuma belajar saja. Kewajiban dan tanggung jawab dia saat ini sebagai anak kan
memang belajar”
Anak seusia Yli masih wajar melakukan kesalahan misalnya tidak
menegrjakan tugas sekolah, melalaikan tugas dan peraturan, bila hal seperti itu terjadi tindakan Mry dan Hdyt adalah dengan memarahi dan memperingatkan Yli
dengan tegas bahwa hal itu tidak baik tanpa adanya tindak kekerasan dengan memukul. Kedua orang tua ini sangat tidak menganjurkan untuk memakai
kekerasan karena menurut mereka hanya dengan marah anak mereka sudh mengetahui bahwa hal yang dilakuknnya itu memang salah. Walaupun Yli anak
bungsu dan cenderung manja, ia tidak menganggap bahwa tindakan orang tuanya
Universitas Sumatera Utara
yang memarahinya itu adalah tindakan yang salah karena apabila dinasehati dan diberi peringatan seperti itu Yli sadar akan kesalahannya.
Ketika ada masalah yang membuat Yli menjadi murung dan kondisi emosional yang tidak stabil, sebagai orang tua Mry dan hdyt merasa perlu untuk
mengembalikan kondisi emosionalnya menjadi normal, karena apabila kondisi emosional yang tidak stabil dan lingkungan yang tidak mendukung akan
menghambat jalannya proses komunikasi. Dengan diketahuinya apa yang menjadi masalah, membuat Mry dan Hdyt mencari solusi dan mencoba memberikan kata-
kata nasehat yang dapat menormalkan kembali suasana hati Yli dan dengan begitu komunikasipun dapat berjalan lancar.
Kesimpulan Kasus
Peran komunikasi orang tua kepada anaknya dalam kasus ini sangat berperan dalam pembentukan perilaku positif anak. Mereka sudah dapat
mengkomunikasikan pesan-pesan yang dapat membuat anak mereka untuk berperilaku positif dengan baik. Dengan perilaku Yli yang sudah menujukkan
keterbukaan, disiplin dan terutama sudah bisa melakukan tanggung jawab kecil secara keseluruhan merupakan perilaku positif yang dapat mendukungnya untuk
menjadi pribadi yang baik. Dorongan sebagai orang tua yang memberlakukan tugas-tugas, peraturan dan kegiatan-kegiatan anak di luar rumah maupun diluar
rumah serta cara yang tepat dalam mendidik anak membuat anak dapat membentuk perilaku positif anak sejak kecil.
Informan 9 Keluarga 9
Universitas Sumatera Utara
Ayah Nama
: Rzl Usia
: 39 tahun Pendidikan
: SMA Pekerjaan :
Wiraswasta
Ibu Nama
: Nli Usia
: 39 tahun Pendidikan
: SMA Pekerjaan
: Wiraswasta Ikut Suami
Anak Nama
: Hadi Usia
: 10 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Urutan Kelahiran : 2 dari 4 bersaudara
Keluarga kesembilan yang peneliti wawancara adalah keluarga Bapak Rzl. Dalam keluarga ini ada 6 anggota keluarga dimana Nli dan Rzl memiliki 4 orang
anak yang semuanya masih bersekolah. Hdi adalah anak kedua dari pasangan ini. Kedekatan antara anggota keluarga satu sama lain memang tidak ada yang dibeda-
bedakan, memang wajar seperti kedekatan antara orang tua dan anak. Dalam berkomunikasi, Nli dan Rzl selalu menggunakan metode tatap muka
walaupun komunikasiyang dilakukan tidak intens karena keduanya bekerja. Komunikasi sering dilakukan ketika semua anggota keluarga berkumpul pada
malam hari biasanya pada saat makan malam atau sedang bersantai menikmati acara televisi.
Hdi masih sering kali bergantung pada orang tuanya dalam artian Hdi masih sering mengandalkan orang tuanya atau orang lain yang berada di sekitarnya
untuk mengerjakan sesuatu yang sebenarnya bisa dilakukannya sendiri. Sebagai orang tua yang terkadang sibuk dengan urusan pekerjaan, Nli dan Rzl biasanya
melimpahkan hal tersebut pada kakak-kakak Hdi bila ia membutuhkan bantuan.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun begitu, jika sedang tidak lelah dan memiliki waktu senggang Rzl dan Nli akan membantu anaknya tersebut.
Hdi belum pernah dapat menunjukkan perilaku terbuka, hal ini dinyatakan oleh Nli sebagai seorang ibu yang biasanya dekat dengan anak-anaknya. Hdi
jarang sekali mau menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya, baik itu sekolah maupun teman-teman sebayanya. Bila ditanyakan sajalah Hdi baru mau
bercerita. Padahal keterbukaan menjadi hal yang paling penting dalam melakukan komunikasi antar pribadi. Untuk membuat Hdi terbuka memang dirasa agak sulit
menurut Nli. Namun agar mereka tidak tertinggal informasi mengenai perkemembanagn anaknya, mereka berusaha untuk terus menanyakan secara
perlahan-lahan kepada Hdi atau hanya dengan mengamati perilaku Hdi di rumah dan di lingkungan sekitarnya. Topik pembicaraan yang mendominasi proses
komunikasi di rumah mereka adalah tentang sekolah karena semua anak Nli dan Rzl masih dalam usia sekolah.
Berbicara soal kemandirian, Nli dan Rzl berusaha untuk menanamkan perilaku tersebut kepada Hdi maupun anak-anaknya yang lain. Mereka dituntut
harus dapat melakukan sesuatu sendiri dikarenakan orang tua mereka yang bekerja dan jarang mendampingi mereka. Nilai-nilai kereligiusan menjadi hal
utama yang ditanamkan oleh keluarga ini. Menerapkan peraturan agar tidak melupakan mengerjakan ibadah sholet dan lain sebagainya menjadi peraturan
utama yang harus dipatuhi semua anak-anak Rzl dan Nli dan disamping itu menetapkan jam belajar yang membuat Hdi dan kakak-kakaknya terbiasa dengan
disiplin waktu.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai orang tua yang kedua-duanya bekerja, Nli dan Rzl merasa cukup hanya memberikan Hdi media untuk dikonsumsi sebagai hiburannya di rumah
berupa “Play Station”. Padahal media seperti itu justru memperburuk perkembangan anak jika tidak diawasi. Kreatif dan rasa percaya diri belum begitu
mucul dalam diri Hdi. Untuk terbuka pada kedua orang tuanya saja Hdi sulit apalagi percaya diri yang membutuhkan keterbukaan dlam menghadapi
lingkungannya. Namun sebagai orang tua yang tentunya ingin anaknya akan bisa berperilaku positif, Nli dan Rzl tidak pernah menyerah untuk memberi dorongan
terhadap Hdi agar lebih baik dan berperilaku lebih baik dari sebelumnya. Seperti penuturan Nli dan Rzl
Nli : Kalau dorongan untuk selalu lebih baik selalu saya bilang, soal
percaya diri saya cuma bilang untuk selalu yakin dengan kemampuan sendiri dan harus giat belajar.
Rzl : Cuma nasehat supaya jangan malas belajar. Kayaknya itu yang
paling penting. Agar anak lebih bertanggung jawab Nli dan Rzl belum menerapkan tugas-
tugas untuk Hdi. Hanya belajar dan beribadah yang selalu menjadi nasehat untuk Hdi dan untuk bisa bertanggung jawab dalam kedua hal tersebut. Namun, Hdi
adalah anak yang agak susah untuk mengerti peraturan seperti itu. Hal ini diakui Nli dan Rzl bahwa Hdi memang seringkali lalai dlam mematuhi peraturan dan
hal-hal lain yang memang sewajarnya dilakukan. Walaupun dalam keadaan marah, menurut Nli dan Rzl mereka tidak
pernah memakai cara kekerasan untuk membuat Hdi menuruti apa yang mereka katakan. Menurut mereka cara yang terbaik dalam mendidik anak adalah dengan
bersikap tegas dan menghukum bila memang anak tersebut pantas menerimanya
Universitas Sumatera Utara
dan hukuman juga tergantung pada sebesar apa anak melakukan kesalahan. Itu akan membuat anak jera untuk mengulangi perbuatan buruk tersebut.
Bila suasana hati Hdi sedang tidak stabil, Nli dan Rzl berusaha untuk mengembalikan “mood” tersebut dengan membicarakan hal yang terjadi namun
karena hal ini dirasa sulit untuk dilakukan mengingat Hdi yang tertutup. Apabila Hdi mendapat teguran dari orang tuanya biasanya dia akan diam dan kadang-
kadang “ngambek”. Hal ini sudah biasa terjadi menurut mereka. Jika sudah begitu Nli dan Rzl hanya bisa membiarkan suasana hati Hdi bai kembali karena kalau
d\ipaksakan untuk berbicara suasana hati Hdi akan makin memburuk.\
Kesimpulan Kasus
Dalam kasus ini orang tua dirasa perlu untuk banyak belajar dari pengalaman bagaimana sebenarnya komunikasi yang baik yang dapat membuat
komunikasi itu berjalan efektif sehingga anak dapat berperilaku positif. Intensitas komunikasi yang kurang karena keduanya disibukkan oleh pekerjaan membuat
anak sulit untuk terbuka. Mereka menganggap bahwa nasehat saja sudah cukup untuk membuat anak berperilaku poitif. Padahal lebih dari itu anak harus
dibimbing, diawasi dan dicontohkan dengan praktek dan teladan dari orang tuanya karena pada dasarnya anak meniru apapun yang terjadi di lingkungannya.
Kegiatan-kegiatan di luar rumah akan mempengaruhi perkembangan anak. Oleh karena itu perlu bimbingan yang sangat serius dalam hal ini. Dalam kasus ini
tampaknya semua perilaku positif yang dimaksudkan belum sepenuhnya tertanam dalam diri anak. Terbuka, kreatif, percaya diri, disiplin, rasa tanggung jawab dan
mandiri belum bisa muncul dalam kepribadian anak.
Inforaman 10 Keluarga 10 Ayah
Universitas Sumatera Utara
Nama : Ysra
Usia : 40 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai swasta
Ibu Nama
: Msth Usia
: 41 tahun Pendidikan
: SMA Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Anak Nama
: Ftr Usia
: 12 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan
Urutan Kelahiran: 3 dari 3 bersaudara
Keluarga bapak Ysr adalah keluarga yang terdiri dari 5 anggota keluarga dan memiliki 3 orang anak yang kesemuanya adalah perempuan. Mereka sudah 20
tahun menikah. Ftr adalah anak bungsu dari pasangan ini. Kini dia tengah duduk di bangku kelas 6 SD. Msth merasa ia adalah yang paling dekat dengan anak-
anaknya termasuk Ftr karena dia selalu di rumah sehingga bisa selalu bersama anak-anaknya.. Di rumah, Msth cukup sering melakukan komunikasi dengan Ftr,
sedangkan ayahnya terhitung jarang karena tuntutan pekerjaannya. Komunikasi yang dilakukan adalah tatap muka antara Ftr dan ibunya maupun ayahnya.
Komunikasi ini dilakukan pada saat makan malam ataupun sedang berkumpul bersama dan menonton hiburan di televisi. Menurut Ysra dan Msth sebagai orang
tua Ftr adalah anak yang cukup mandiri, bila ia mengerjakan sesuatu selalu mencoba mengerjakannya sendiri dan berusaha tidak mengandalkan mereka saja.
Biasanya dia hanya meminta bantuan pada saat tidak tau bagaimana menjawab soal-soal pekerjaan rumah PR dari sekolahnya walaupun ada kakak-kakaknya
Komunikasi yang baik dalam keluarga ini cukup terbina hal ini dikarenakan Ftr anak yang terbuka. Namun keterbukaan ini hanya satu sisi. Ftr sering kali
bercerita dengan ibunya namun jarang dengan ayahnya. Sebagai orang tua yang
Universitas Sumatera Utara
ingin mengetahui perkembangan anaknya, Ysra sering menanyakan kegiatan Rsk di sekolah maupun dengan teman-temannya, tidak hanya menunggu Ftr untuk
bercerita. Komunikasi di keluarga ini dominan adalah tentang kegiatan Ftr di sekolah, karena usia Ftr yang masih usia sekolah dan perlu dibimbing.
Berbicara soal peraturan, Msth sebagai ibulah yang banyak menerapkan peraturan. Peaturan menegnia ketepatan waktu dan keteraturan yang perlu
diterapkan untuk Ftr menjadi pribadi yang disiplin apalagi menurut Msth anaknya perempuan semua jadi harus dibutuhkan keteraturan di dalam rumah. Namun
ditanya soal menumbuhkan kreativitas kedua orang tua ini memberikan jawaban yang sama. Mereka tidak memberikan kegiatan-kegiatan khusus yang dapat
memacu kretivitas Ftr, namun mereka hanya memasukkan Ftr ke tempat bimbingan belajar yang akan memacunya untuk belajar dan memperoleh nilai-
nilai yang baik di sekolah.. Sebagai anak bungsu bukan berarti Ftr selalu mengharapkan orang tuanya
memanjakannya. Untuk membuatnya bertanggung jawab sejak kecil, Msth sebagai ibu menerapkan tugas-tugas untuk mereka kerjakan seperti menyapu,
membantunya berberes-beres rumah dan sebagainya. Ysra sebagai ayah hanya bisa mendukung istrinya agar anak mereka menjadi pribadi yang rajin dan mampu
mengerjakan tugas-tugas itu agar lebih bertanggung jawab. Soal kepercayaan diri Ftr menurut orang tuanya cukup menonjol. Hal ini terbukti dengan temannya yang
banyak di rumah dan sekolah dan senangnya Ftr untuk memberi pendapat jika mereka sedang berkumpul dan mengobrol bersama. Ysra dan Msth hanya
memotivasi Ftr untuk tidak berkelakuan buruk di sekolah ataupun dengan temannya.
Universitas Sumatera Utara
Msth : Motivasi dan dukungan untuk belajar selalu diberikan. Kalau soal
percaya diri saya hanya mengatakan bahwa bila melakukan sesuatu harus percaya pada kemampuan sendiri
Ysra : Percaya diri sih sudah ada. Dia punya banyak teman, suka mengeluarkan pendapatnya kalau kami lagi ngomong-ngomong
Metode atau cara yang digunakan Msth dan Ysra dalam berkomunikasi dengan Ftr adalah dengan tatap muka dan sering bertanya hal-hal yang dialaminya
seharian. Tak lupa juga menasehatinya, namun menurut Ysra dan Msth, Ftr adalah anak yang mudah untuk diingatkan dan diberikan arahan. Walaupun terkadang
jika ada yang tidak sesuai dengan pendapatnya Ftr akan membantah, namun hal ini tidak merupakan hambatan yang berarti untuk menanamkan perilaku positif
dalam diri Ftr. Cara yang dirasa paling tepat adalah dengan memahami keadaan psikologis anak, artinya cara mendidik akan disesuaikan dengan jiwa anak
tersebut. Jika dirasa cara memberi peringatan masih mau diterima oleh Ftr, Ysra dan Msth akan dengan lembut memperingatkan. Apabila dirasa hukuman memang
pantas diberikan maka tidak akan segan memberikan hukuman walaupun Ftr adalah anak bungsu karena menurut Ysra ia tidak akan membeda-bedakan
pengasuhan ke masing-masing anaknya. Seperti penuturan mereka, Msth : Menurut saya dengan banyak menasehati dan kalau kita menasehati
begitu kita berharap salah satu nasehat ada yang bisa diterima. Ysra : Cara menasehati dan menghukum saya rasa. Tapi tergantung
bagaimana kondisinya. Kalau aja dia berbuat salah ya memang harus dihukum tapi gak pakai kekerasan fisik.
Sebagai anak usia sekolah Ftr mengisi hari-harinya dengan bersekolah,
bermain ataupun ikut bimbingan untuk menunjang kegiatan belajarnya di sekolah. Dalam menjalankan itu semua ftr membutuhkan kondisi emosional yang baik.
Namun kadang-kadang Ftr mendapati masalah yang wajar dialami anak seusianya. Menurut orang tua Ftr, Ysra dan Msth masalah yang dialami Rsk hanya
Universitas Sumatera Utara
seputar sekolah dan temannya. Ftr cenderung menceritakan masalahnya pada ibunya, misalnya bertengkar denga temannya atau sebagainya. Komunikasi yang
menenangkan kondisi emosional Ftr lebih sering dilakukan oleh Msth sebagai ibu karena ia mengetahui betul watak anaknya karena intensitas komunikasi dan
bertemu yang sangat sering
Kesimpulan Kasus
Dalam keluarga ini, komunikasi antar pribadi yang terjalin cukup baik apalagi antara ibu Msth dan anaknya Ftr yang dikarenakan intensitas bertemu
dan komunikasi mereka yang sangat sering. Ftr selalu menceritakan hal-hal mengenai dirinya kepada sang ibu. Berbeda dengan sang ayah yang jarang
menerima cerita dari Ftr karena disibukkan oleh pekerjaan. Namun, walaupun berbeda intensitas komunikasinya, komunikasi yang ditunjukkan oleh pasangan
orang tua ini, yaitu dengan peduli terhadap apa yang dialami anak mereka dalam setiap perkembangannya. Pasangan suami istri ini juga selalu mendorong anaknya
untuk berperilaku positif dengan banyak menasehati dan menerapkan peraturan- peraturan yang membuat anaknya menjadi lebih disiplin. Mandiri juga salah satu
perilaku yang dibiasakan oleh pasangan orang tua ini sejak kecil apalagi mengingat usia Ftr yang sudah 12 tahun, yang seharusnya sudah bisa mandiri.
Apalagi soal menerapkan kebiasaan bertanggung jawab yang sudah dapat dilaksanakan dengan baik oleh kedua orang tua ini.
Universitas Sumatera Utara
IV.3 Pembahasan