Biaya Produksi Pembahasan Hasil Uji Hipotesis

90 Sementara pada pertanian konvensional, sesuai dengan data penggunaan bibit, pupuk dan pestisida dari tahun ke tahun yang mengalami penambahan jumlah, akan membutuhkan asupan pupuk dan bibit yang lebih banyak lagi untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi. Dan hal itu akan mempengaruhi peningkatan biaya produksi. Dengan asupan zat kimia yang semakin meningkat, semakin merusak tanah dan menurunkan produktivitas tanah.

3. Hasil Penjualan

Dari uji hipotesis di atas, secara statistik tidak ada perbedaan signifikan antara hasil jual pertanian organik dan hasil jual pertanian konvensional karena dipengaruhi biaya produksi yang masih cukup tinggi dan hasil panen yang belum maksimal. Namun demikian, secara matematis hasil penjualan petani organik, lebih tinggi yaitu Rp3.801.389,90 sedangkan petani konvensional Rp3.086.526,47. Dapat dilihat, meskipun jumlah hasil panen pertanian organik lebih kecil tetapi ternyata hasil penjulan lebih tinggi. Tingginya hasil penjualan pertanian organik disebabkan adanya harga jual hasil panen beras pertanian organik yang lebih tinggi dibanding harga hasil panen gabah pertanian organik. Perkumpulan Peta Organik Purworejo didampingi Kongregasi PMY, mencoba membuat terobosan membentuk pasar bagi beras organik, dengan bekerjasama dengan berbagai pihak yang peduli pada 91 kelestarian alam dan kesehatan. Dalam proses pembentukkan pasar beras organik, perkumpulan menempatkan diri sebagai produsen yang menentukan harga beras bagi konsumen, dengan memperhatikan jaminan kualitas beras yang baik. Sampai penelitian ini, beras dari petani dibeli oleh perkumpulan sebesar Rp8.000,00 s.d Rp8.500,00 untuk beras utuh, dan Rp.4.000,00 s.d Rp.4.500,00 untuk beras pecah. Selain beras, bekatul organik juga dijual dengan harga tinggi oleh konsumen, karena kandungan gizinya yang tinggi. Dan sampai sekarang telah memiliki pasar beras organik yang tetap baik di Jawa maupun di Luar Jawa, dengan jumlah penjualan 1000 kg per bulan. Sementara dalam pertanian konvensional, gabah kering dihargai Rp.4.000 s.d Rp4.500,00 per kg sesuai dengan varietas dan kualitas gabah, di mana harga ditentukan pembeli sesuai dengan harga pasar lokal. Bahkan ada beberapa petani yang menebaskan sawahnya, jadi harga dikira-dikira oleh penebas, karena keterbatasan biaya dan tenaga untuk memanen, menjemur dan menyimpan gabah sampai tingkat kekeringan tertentu. Sehingga walaupn hasil panen rata-rata tinggi, tapi karena biaya produksi tinggi dan harga jual rendah, mengakibatkan hasil penjualan rendah.

4. Pendapatan Bersih

Ada perbedaan yang signifikan pada hasil uji statistik antara pendapatan bersih petani organik dan petani konvensional, yaitu Rp3.221.861,85 untuk pertanian organik dan Rp2.200.268,83 untuk 92 pertanian konvensional. Perbedaan tersebut di sebabkan karena biaya produksi yang rendah dan harga beras yang baik. Dari perbedaaan yang signifikan tersebut, nampak bahwa pendapatan rata-rata petani organik lebih tinggi. Pendapatan yang lebih tinggi ini memungkinkan keluarga petani mencapai kesejahteraan, karena kesejahteraan keluarga ditentukan dari tinggi rendahnya pendapatan keluarga Bappenas, 2000. Untuk mencapai kesejahteraan itu, petani perlu memiliki pengetahuan yang cukup tetntang pengelolaan keuangan, maka Kongregasi merintis CU Lestari bagi petani. Sebagai anggota CU, petani mendapat pendidikan tentang pengelolaan keuangan, dan manfaat menabung. Di CU Lestari, petani bisa menabung tanpa biaya adminsitrasi, meminjam uang modal dengan bunga rendah, dan memupuk semangat solidaritas antar petani. Pertanian organik, setelah melewati proses jatuh bangun dalam pembelajaran, akhirnya bisa mencapai kemandirian. Perkumpulan telah mampu menyediakan bibit padi sendiri, menyediakan pupuk kandang dari ternak sapi yang dibantu Kongregasi maupun Pemerintah, membuat pestisida alami, membuat jaringan pasar beras organik, menentukan harga beras sebagai produsen, menambah jumlah anggota perkumpulan dari 1 Desa menjadi 35 Desa saat ini, mengadakan pembelajaran ekologi tanah, berorganisasi dan manajemen sebagai perkumpulan petani yang memiliki peran dalam masyarakat dan pemerintah.