10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertanian Konvensional Buah dari Revolusi Hijau
Dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya nafsu manusia untuk meraih kesenangan di dunia, ilmu pengetahuan tentang kesehatan juga
semakin diperdalam. Perkembangan ini telah melahirkan suatu titik temu yang saling bertentangan, di mana perkembangan teknologi yang disatu pihak bisa
menciptakan efisiensi dan kemudahan serta percepatan, dilain pihak bisa membahayakan pada kesehatan manusia, membunuh organisme, merusak fisik
dan kesuburan tanah serta mengganggu keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan. Contohnya adalah bahan-bahan kimia sintetis yang tidak bisa
didaur ulang, pupuk buatan, pestisida, dan lainnya. Komitmen pemerintah terhadap pentingnya pupuk dan pestisida dalam sektor pertanian di Indonesia,
diakui memang telah meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian negara dan kehidupan bagian terbesar masyarakat.
Pertanian dengan teknologi revolusi hijau sering disebut sebagai pertanian konvensional, pertanian modern, pertanian industri atau pertanian
boros energi. Disebut sebagai pertanian konvensional karena teknologi tersebut sangat umum digunakan di seluruh dunia dan pada kebanyakan
komoditi pertanian penting. Pertanian konvensional dinamakan pertanian modern karena pertanian ini memanfaatkan berbagai masukan produksi
berupa hasil teknologi modern seperti varietas unggul, pupuk buatan dan
pestisida kimia. Hampir semua masukan produksi modern berasal dari luar ekosistem dan bahan bakunya berasal dari bahan bakar fossil sebagai
sumberdaya alam tak terbarukan. Karena itu sistem pertanian modern sering juga dinamakan sebagai pertanian boros energi.
Pertanian konvensional juga dikenal sebagai pertanian industri karena kegiatan produksi pertanian dianggap sebagai kegiatan pabrik yang
memproses masukan produksi seperti benih, pupuk, dan yang lain menjadi keluaran yang berupa pangan dan hasil pertanian lainnya serta keuntungan
usaha tani. Gliessmann 2007 menyatakan bahwa pendekatan dan praktek pertanian konvensional terutama untuk peningkatan produksi pangan telah
diikuti banyak negara baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Menurut Gliessmann, teknologi pertanian konvensional tersebut bertumpu
pada tehnik-tehnik budidaya sebagai berikut: 1. Pengolahan tanah intensif
2. Budidaya monokultur 3. Aplikasi berbagai pupuk sintetik
4. Perluasan dan intensifikasi jaringan irigasi 5. Pengendalian hama, penyakit, gulma dengan pestisida kimia
6. Manipulasi genom tanaman dan binatang yang menghasilkan varietas- varietas unggul tanaman melalui teknologi pemuliaan tanaman serta
rekayasa genetik. Agar pertanian konvensional berhasil meningkatkan produksi sesuai target
jangka pendek diperlukan: