Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
hidup secara ekonomi lahan tersebut. Karena itu, penyesuaian, kesempatan dan resiko yang dalam masa peralihan saling berkaitan dan harus diperhatikan.
Peralihan ke pertanian organik memerlukan pola pikir yang baru pula. Seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan lahan harus siap
dalam melakukan perubahan-perubahan dalam banyak aspek. Yang pertama dan terpenting adalah cara pandang petani itu sendiri terhadap pertanian
organik. Setelah melewati masa peralihan dan menjadi pertanian organik
murni, dengan harga beras yang ditentukan oleh petani sendiri, diharapkan memberi peningkatan pendapatan petani yang berdampak pada kesejahteraan
petani organik saat ini dan mendatang. Dalam praktek keseharian, petani menjual hasil panen berdasar harga pasar yang ditentukan oleh penebas. Dan
penentuan harga ini kadang bersifat spekulatif menurut kondisi pasar dan musim panen yang harga standarnya ditentukan oleh kebijakan pemerintah.
Hasil panen petani dibeli untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun antar propinsi, dengan harga yang ditetapkan oleh penebas.
Usaha pertanian, baik konvensional maupun organik, tak lepas dari kegiatan perekonomian untuk memperoleh pendapatan dan tercukupinya
kebutuhan hidup yang layak. Kondisi lahan mempengaruhi hasil usaha pertanian. Kemampuan ekonomi suatu lahan dapat diukur dari keuntungan
yang didapat oleh petani dalam bentuk pendapatannya. Keuntungan ini bergantung pada kondisi-kondisi produksi dan pemasaran. Keuntungan
merupakan selisih antara biaya costs dan hasil returns. Modal tetap atau
5
fixed costs yang tidak secara langsung bergantung pada ukuran produksi
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau menyewa tanah, bangunan atau mesin-mesin; atau bisa juga biaya yang disediakan untuk
menggaji pekerja-pekerja tetap. Upah bagi buruh tani yang bekerja untuk pekerjaan-pekerjaan khusus misalnya pada waktu tanam dan pemupukan
tergantung pada ukuran produksi, disebut sebagai modal tidak tetap variable costs
, termasuk biaya yang dikeluarkan untuk membeli asupan. Sebuah lahan bisa dikatakan layak secara ekonomi jika hasil yang didapat melampaui total
modal tidak tetap dan penurunan nilai modal tetap. Hasil utamanya berupa uang yang diterima dari penjualan produk yang dihasilkan. Penghasilan yang
melampaui modal, berarti ada pendapatan yang lebih untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
Perkumpulan Tani Organik Purworejo membuat terobosan baru dengan mensosalisasikan hasil pertanian organik yang ramah lingkungan, serta
aman untuk kesehatan karena tidak ada asupan bahan kimia dalam proses penanaman, kemandirian bibit dan pupuk, pengembangan pengetahuan
ekologi tanah, pengembangan organisiasi petani dan mencari pangsa pasar sendiri. Harga beras yang dijual juga ditentukan oleh perkumpulan dengan
memperhitungkan segala biaya produksi dan keuntungan yang diambil oleh petani, sehingga hasil panen bisa memberikan kesejahteraan pada petani. Hasil
panen petani anggota perkumpulan dijual melalui perkumpulan. Sampai saat gerakan pertanian organik yang diprakarsai oleh
Kongregasi PMY dan dimulai di Desa Ringgit telah berjalan selama 15 tahun.
6
Sehubungan dengan itu, maka peneliti mengadakan penelitian tentang perbedaan tingkat sosial ekonomi petani organik anggota Peta Organik
Purworejo dan petani konvensional. Hal ini peneliti lakukan untuk melihat apakah gerakan pertanian organik yang memiliki misi menyuburkan tanah,
membudayakan pertanian berkelanjutan, memperjuangkan kemandirian petani telah membawa keluarga petani organik pada kesejahteraan sosial.
Kesejahteraan sosial berkaitan erat atau dipengaruhi oleh pendapatan keluarga. Untuk itu, peneliti akan memperbandingkan tingkat sosial ekonomi antara
keluarga petani organik dan petani konvensional dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dari hasil pertanian, dengan judul
penelitian: “ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI ORGANIK
“PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOR
EJO” DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA DAN YOSEF PMY
DAN PETANI KONVENSIONAL” Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten
Purworejo, Jawa Tengah.