Pengolahan Tanah Persiapan Benih

66 cm x 20 cm. Pada pertanian konvensional, biasanya menanam padi dengan jarak tanam yang rapat, yaitu 20 cm x 20 cm atau bahkan 15 cm x 15 cm. Kebiasaan ini didasarkan oleh bermacam-macam alasan diantaranya adalah kepemilikan lahan yang sempit.

6. Panen dan Pasca Panen

Umur panen dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, umumnya berkisar antara 100-120 hari sejak masa tanam. Kegiatan panen yang dilakukan untuk pertanian organik biasanya dengan dipekerjakannya tenaga kerja luar keluarga yang terbentuk dalam suatu tim dengan jumlah 10 orang atau lebih. Sistem pengupahannya disebut dengan sistem bawon, yaitu memberikan upah dalam bentuk gabah dengan proporsi yang biasanya digunakan yaitu 1 : 8. Jadi apabila hasil panen mencapai 1000 kg per iring, maka 875 kg menjadi bagian pemilik hasil panen sedangkan sisanya yaitu 125 kg menjadi upah bagi tenaga kerja yang memanen. Untuk pertanian dengan cara konvensional, cara panen terbagi menjadi dua yaitu dengan sistem bawon dan tebasan. Tebasan atau tebas di sawah merupakan salah satu cara panen yang beresiko. Sebab kegiatan tawar menawar harga dilakukan sebelum padi mulai siap panen. Dengan cara tebasan, jumlah hasil panen yang akan dihasilkan dikira-kira apabila dikonversi ke nilai uang yang akan diterima. Kebaikan sistem tebasan ini yaitu apabila terjadi kegagalan panen atau harga gabah turun, maka penebas menanggung risiko atas kegagalan tersebut. Akan tetapi, bila saat 67 panen terjadi lonjakan harga, petani tidak dapat menikmatinya karena sudah tidak menjadi milik petani lagi. Hasil panen tanaman padi yaitu berupa gabah dan jerami. Gabah yang sudah dikeringkan dan digiling menyisakan kulit gabah dan dedak. Kulit gabah yang dibakar dapat digunakan sebagai pupuk yang disebut dengan merang, sedangkan dedak dapat digunakan sebagai pakan ternak seperti ayam, bebek, sapi, dan lain-lain. Untuk jerami dalam pertanian organik harus dikembalikan kembali ke lahan untuk dijadikan sebagai kompos. Sebab, dalam satu kilogram jerami terdapat unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman seperti Nitrogen N, Phosfor P, Kalium K, Kalsium Ca, Magnesium Mg, serta Silikat Si yang berfungsi sebagai imun bagi tanaman padi.

B. Analisis Data Penelitian

1. Biaya Produksi

Biaya produksi disini merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses penanaman padi dari awal pengolahan yang meliputi: a Pembelian bibit; b Pembelian pupuk petani konvensional c Tenaga Kerja untuk : 1 Pengolahan awal lahan 2 Tanam padi 3 Penyiangan, penyulaman 68 4 Pemupukan 5 Penyemprotan pestisida petani konvensional d Biaya bahan bakar diesel Dari data penelitian, besarnya biaya produksi bervariasi. Pada petani organik biaya produksi per iring setara dengan 0,2 ha atau 2.000m 2 , terendah sebesar Rp309.000,00 dan tertinggi Rp1.557.200,00. Perbedaan ini disebabkan oleh: a Perbedaan harga dan jumlah bibit. Harga bibit tergantung varietasnya yang berkisar Rp8.000,00 –Rp10.000,00. Pemakaian berkisar 1-2 kg per iring. b Penggunaan tenaga kerja. Tenaga kerja yang dipakai per iring berkisar 10-12 orang, dengan upah berkisar Rp10.000,00-Rp12.000,00 per orang. c Status tanah. Petani yang lahan sawah berstatus sewa, biaya produksi akan lebih tinggi. Biaya sewa berkisar Rp1.500.000,00 – Rp2.500.000,00 per tahun per iring tergantung pada lokasi sawah. d Penggunaan bahan bakar diesel. Pada musim penghujan, sawah dekat saluran irigasi cenderung kelebihan air yang merusak padi, maka petani harus membuang air dengan menyedot air keluar dari sawah, menggunakan mesin diesel. Demikian juga kalau kekurangan air, petani harus menyedot air dari bawah tanah dengan diesel untuk mengairi sawah.