101
maupun tersier. Dari keadaan rumah, tingkat konsumsi untuk makan, kesehatan, alat komunikasi, kepemilikan sarana-prasarana, kehidupan
sosial masyarakat, dan biaya pendidikan bagi anak-anak, menunjukkan keluarga petani organik menuju pada tingkat kesejahteraan yang lebih
baik. 6. Kemandirian dan pemberdayaan pertanian organik mulai menampakkan
hasil. Setelah sekian tahun diusahakan, sekarang perkumpulan telah
menghasilkan bibit padi sendiri yang diperoleh secara alami, bukan dari penangkaran genetika. Perkumpulan dengan bekerjasama dengan
Pemerintah maupun swasta bisa memiliki peternakan sapi yang dikelala bersama untuk menyediakan kebutuhan pupuk kandang bagi anggota
perkumpulan. Perkumpulan telah mampu membentuk jaringan pasra beras organik di Jawa maupun Luar Jawa dengan penjualan 1000 kg per bulan.
Selain itu, saat ini perkumpulan juga semakin kuat dalam keorganisasian, karena telah beranggotakan 35 desa, dan keberadaannya telah diakui
Pemerintah, bahkan menjadi percontohan bagi kabupaten Purworejo.
B. Keterbatasan
Penulis menyadari banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, yang membuat penyusunan dan pengolahan data kurang maksimal.
Keterbatasan yan ada seperti :
102
1. Sampel petani organik di desa Ringgit tinggal 20 orang, dan hampir 50 merupakan anggota baru yang baru saja memasuki masa transisi, sehingga
hasil panen belum maksimal. 2. Anggota perkumpulan kebanyakan keluarga muda, yang belum bisa
diukur tingkat pendidikan keluarga anak-anak dan yang baru mandiri dalam berkeluarga, kepemilikan rumah belum bisa diperbandingkan secara
penuh dengan rumah tangga pertanian organik yang sudah lama bertani dan merupakan keluarga yang sudah berumur.
3. Perkumpulan Tani Organik Purworejo pada tahun 2009 memulai sistem pertanian baru yaitu SRI , sehinga sampel petani organik masih ada dalam
masa transisi yang belum bisa dilihat hasilnya secara signifikan. 4. Keterbatasan pemahaman penulis terhadap dunia pertanian, sehingga
belum banyak unsur dimasukkan dalam penelitian.
C. Saran
Setelah mengadakan penelitian sederhana dengan analisis komparatif antara pertanian organik dan petanian konvensional, ada beberapa saran yang
bisa penulis berikan yang kiranya berguna.
1. Untuk Kongregasi PMY
Semoga dengan penelitian ini, Kongregasi semakin mantap untuk mengembangkan sayap pendampingan petani organik dengan memberikan
pembelajaran-pembelajaran yang menambah wawasan pengelolaan sawah yang selaras alam dengan memulihkan kesuburan tanah, berorganisasi,
103
membuat pasar dan administrasi yang memampukan petani mengelola keuangan dengan baik.
Setelah sejak tahun 1997 mencoba bekerjasama dengan berbagai pihak dan mengalami proses jatuh bangun, sekarang pertanian organik di
Purworejo sudah merangkul 35 kelurahan dan bahkan telah menjadi percontohan bagi Kabupaten lain. Semoga karya pendampingan petani
organik yang di Klaten dan Wonosobo juga semakin berkembang.
2. Untuk Perkumpulan Tani Organik Purworejo
Semoga penelitian ini memacu untuk semakin mantap melaksanakan pertanian organik dan mampu melewati saat-saat sulit
dengan baik karena ada saling mendukung dan membatu dalam organisasi. Semoga dengan pelatihan-pelatihan selama ini semakin memperkaya dan
mengembangkan pengetahuan para anggota Peta Organik Purworejo. Pertanian organik selama ini telah memulihkan bibit lokal asli
Indonesia, kelompok telah dapat membuat bibit sendiri dan menyediakan bibit baik bagi kelompok maupun masyarakat sekitar, dan ini tanda awal
kemandirian petani. Semoga dengan ketekunan, kesejahteraan dan kemandirian terlebih mewariskan lingkungan dan makanan sehat bagi
keluarga, masyarakat dan sesama
104
3. Untuk para petani di Desa Ringgit
Desa Ringgit telah menjadi percontohan pertanian SRI organik, dengan dukungan dana dari Pemerintah, semoga semakin banyak petani
beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik untuk mengembalikan kesuburan tanah, meningkatkan kesejahteraan keluarga
tani dan mewariskan lahan sawah yang subur serta sehat bagi generasi mendatang.