Menuangkan Gagasan Cerkak Sepuluh Langkah Menulis Cerita Pendek Jawa 1. Membangun Kepercayaan Cerpenis

28 diasosiasikan dengan kebodohan, tepak kebo diimajinasikan dengan kedalaman ngelmu, tlethong digambarkan sebagai jagad yang sedang kita lalui. Faktarealitas dapat menjadi bahan imajinasi. Tidak jarang cerpenis handal karena pandai membaca realitas. Realitas orang kerokan, mungkin akan diimajinasikan lain, ketika yang dikerok pada bagian leher. Sebaliknya, dunia imajinatif mungkin seklai akan menjadi realitas. Dunia imajinatif Semar, misalnya, yang dikenal tidak jelas laki-laki atau perempuan, sepertinya telah melahirkan realitas di depan mata kita. Imajinatif Dasamuka, Anoman, Wisanggeni,dan sebagainya kini telah menjadi realitas. Ada tiga gaya mengolah ilham yang dapat ditempuh seorang cerpenis, yaitu: 1 naturalis, yaitu mengolah ilham dengan apa adanya. Apa yang dirasakan, dilihat, disaksikan, ditangkap, diungkapkan begitu saja sebagaimana adanya. Gaya naturalis biasanya lebih mudah dicerna. Cerita cerkak ini tidak begitu berbelit-belit, tetapi tetap mirasa, bahkan adakalanya banyak digemari. Cerpenis pemula biasanya sering mengikuti gaya ini. Katakan saja, cerpenis yang tengah pergi berkemah, lalu cerita tentang kemah, ketika tahun ajaran baru, dia berkisah tentang pekernalan, begitu seterusnya. Alam biasanya menjadi teman yang baik bagi seorang naturalis. Teman saya yang sudah senior pun ada yang sering bergaya naturalis dalam cerkaknya, sebut saja Ay Suharyono, MG. Widhi Pratiwi, Tiwiek SA, Suparto Brata, dan Ariesta Widya. Bahkan sampai akhir hayatnya, mas Tamsir AS tetap bergelut di gaya naturalis. Gaya naturalis sering memunculkan tradisi romantik. Kisah-kisah cinta di pedesaan, perkotaan, sering menjadi makanan sehari-harinya; 2 simbolis, adalah gaya pengungkapan cerkak yang tidak realis. Biasanya berupa penggambaran absurd aneh, yang kadang-kadang sulit dinalar. Cerpenis biasanya kaya asosiatif, mampu menghubungkan realitas dengan dunia maya. Yang diandalkan dalam cerkak simbolis adalah gejolak jiwa manusia. Jiwa itu cebol nggayuh lintang, bahkan wong wuta ngideri jagad, bisa menembus apa saja. Cerkak semacam ini, seyogyanya digarap oleh cerpenis yang pernah hidup di jagad realis. Imajinasi akan mblasak-mblasak, tidak karuan, tetapi tetap tertata. Seringkali cerkak simbolis membuat pembaca bingung, tidak ngeh, dan kehilangan lacak. Cerkak-cerkak serius, biasanya lahir melalui gaya ini, biarpun dapat juga digarap parodis. Teman-teman saya seperti Jayus Pete, Turiyo Ragilputro, Bonari Nabonenar, Krishna Miharja Keliek Eswa, Andi Casiyem Sudin, Nyitna Munajat, sering bergerak ke gaya ini. Kalau pengendapan ilham kurang matang, biasanya cerpenis akan kejeglong.

5. Menuangkan Gagasan Cerkak

Cerkak setahu saya ada beberapa rumusan praktis, yang perlu dipegang oleh calon cerpenis: 1 cerkak bukan cerita yang pendek, bukan dongeng, bukan pula cerita yang diurutkan dari A-Z, 2 kisahnya tidak melingkupi kehidupan total seseorang, misalnya dari lahir oek-oek sampai dikucir uik-uik; 3 yang diceritakan adalah part of life, yang special, extraordinary, particular, bukan yang embreh-embreh; 4 kisah cukup some one, somewhere, dan something bukan banyak orang dengan tempat yang bermacam-macam. Jadi ada fokus dalam cerkak itu, 5 menggarap wilayah sophisticated, extreme, extravaganza, excellence, dan exclusive. Dalam menuangkan ilham atau gagasan, perlu memperhatikan TALENSI: kental, enjoy, dan berisi. Kental, mengindikasikan cerita kenyal, kempel, singkat, utuh, tetapi tetap cair. Enjoy, artinya penuh dengan bumbu-bumbu, bunga-bunga, sehingga pembaca terpukau, terbius, terkoplokan, dan akhirnya ketagihan. Aspek entertainment tetap sebuah suguhan yang penting. Berisi, artinya aspek meaning menjadi hal dominan. Cerkak sebaiknya menjadi masakan yang memuat katarsis, yaitu pencuci otak kotor, hingga seseorang bangkit menikmatinya. Cipta cerkak paling tidak ada tiga macam, silahkan mau ikut jalur mana: 1 cerkak klangenan, yaitu cerpen memiliki daya tarik, untuk menghibur pembaca, memberi sugesti, dan sifatnya memberi orama gembira, tidak menegangkan. Biar pun karya itu berisi kesedihan, tetap aspek hiburan yang ditekankan. Panglipur yang dikedepankan, tetapi bukan berarti harus lucu atau humor; 2 cerkak waton payu, adalah cerkak yang sekedar untuk memenuhi selera, bersifat komersial, dan lebih menuruti move pasar. Cerkak yang 29 momental, misalkan tentang Riyaya, Agustusan, Kartinian, dan seterusnya sering terjebak kalenderik asal laku jual; 3 cerkak mantes-mentes, adalah cerpen yang indah dan bermutu quality story. Yang dibangun cerkak ini tidak semata-mata hiburan dan asal dimuat, melainkan keunggulan karya. Cerkak semacam ini tergolong monumental, sulit dilupakan orang, entah sampai kapan saja. 6. Tahap Menulis Cerkak 1 Stare of image yaitu mentap tajam sebelum ilham dituangkan. Ilham itu direnungkan dalam-dalam, diinkubasi. Pengeraman ilham sering lama, agar mendapatkan benih yang unggul. Dalam bahasa Jawa langkah ini disebut nggelar-nggulung, mulur-mungkret, untuk menemukan kejernihan ide. 2 Plan of story, yaitu langkah membuat outline atau sinopsis. Seperti orang membuat bangunan rumah, buat dahulu miniaturnya. Biarpun cerkak itu simpel, rencanakan kisahnya, agar tidak menemui jalan buntu. Plan of art ini memberikan arah penungan gagasan. Meskipun di tengah jalan boleh berubah, silakan. Oleh karena ringkasan ini hanya untuk personal, tidak perlu panjang-panjang, tetapi jelas sebagai sebuah sketsa cerita. Tema pokok, tentukan dahulu agar cerita tetap fokus, tidak melenceng. Tema ini akan menjadi pancadan, mengawali dan manegakiri cerita. Tema adalah spirit yang menuntun cerpenis melewati jagad apa saja. Kegagalan meletakkan tema, sama halnya dengan rumah yang tidak jelas lantainya. 3 Expression, adalah penuangan gagasan. Penuangan tidak boros kalimat atau kata. Sedapat mungkin kata-kata dipilih yang indah, penuh sensasi, metafor, dan basah. Kekayaan kata-kata yang penuh nuansa estetis amat dipentingkan. Ekspresi akan mencerminkan kecerdasan seorang cerpenis. Pada tahap ini, cerpenis boleh melakukan eksagerasi, yaitu gambaran berlebihan yang indah. Boleh juga cerpenis melalukan sentakan-sentakan, sentuhan moral, surprise, foreshadowing, dan jebakan-jebakan misterius. Ada baiknya menghindari deskripsi yang menggurui atau propagandis yang kurang estetis. 4 Verification, yaitu tahap pemeriksaan cerkak yang telah jadi, dengan prinsip gunting lipat. Sebelum dikirim ke mana saja, anda adalah pembaca pertama. Yang perlu direnungkan ulang, apakah konflik tokoh telah menarik, kisah unik atau tidak, ada kulminasi, peleraian terasa njegleg atau tidak, dan apakah cara mengakhiri cerita cukup menarik?

C. Menulis dan Membaca Geguritan 1. Resep dari Bermain-main sampai Ada Main