220
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Metode ceramah yang digunakan selama ini kurang melibatkan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika di SMP Gedangan masih rendah. 3. Suasana dalam pembelajaran matematika selama ini kurang menarik.
4. Model pembelajaran yang digunakan selama ini tidak memberi kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuan siswa.
5. Model pembelajaran yang digunakan selama ini kurang mempertimbangkan perbedaan individu.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada upaya untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI pada khususnya pada pokok bahasan Garis dan Sudut dan Bangun Datar di kelas VIIA SMPN Melati.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI dapat meningkatkan partisipasi siswa pada pembelajaran matematika?
2. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI, apakah hasil belajar matematika siswa meningkat?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan partisipasi siswa pada pembelajaran matematika melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI. 2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Team Accelerated Instruction TAI.
221
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Melatih siswa untuk bekerjasama, mengungkap pendapat, menghargai kekurangan
dan kelebihan siswa lain. 2. Memberdayakan potensi siswa terkait dengan kerjasama dan menjalin interaksi antar
siswa dalam proses pembelajaran. 3. Memberikan gambaran kepada guru matematika dalam merancang pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI sebagai salah satu model pembelajaran.
KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor Syaiful Bahri Djamarah,
2002: 13. Perubahan tingkah laku hasil belajar bersifat positif. Selanjutnya menurut Winkel 2004: 59 belajar merupakan suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan- pemahaman, ketrampilan dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara konstan dan
berbekas. Nana Sudjana 1996: 5 mendefinisikan belajar sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek
lain yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan mengajar, oleh Nana Sudjana 1996: 7 diartikan sebagai kegiatan dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa
sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar.
Menurut Roys, dkk yang dikutip oleh Erman Suherman 2003: 17 matematika adalah sebagai telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu
bahasa, dan suatu alat.
Sujono 1988: 4, mendefinisikan matematika sebagai berikut: a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara
sistematik. b. Matematika adalah bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi.
222
c. Matematika membantu orang dalam menginterpretasikan secara tepat berbagai ide dan kesimpulan.
d. Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang penalaran dan logika dan masalah- masalah yang berhubungan dengan bilangan.
e. Matematika berkenaan dengan fakta-fakta kuantitatif dan masalah-masalah tentang ruang dan bentuk.
f. Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang kuantitas dan ruangan. Dari definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika mempunyai
pengertian yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang yang ditinjau.
Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan Sujono, 1998: 6-12, karena di dalam matematika terdapat nilai-nilai pendidikan yang membantu
dalam menghindarkan diri dari pengajaran yang tanpa arah, yaitu:
a. Nilai praktis Matematika juga dapat memberikan bantuan yang sangat besar dalam mempelajari
ilmu pengetahuan yang lain.
b. Nilai disiplin Bila matematika diajarkan dengan cara yang benar, maka matematika dapat
mengembangkn kemampuan berpikir dan bernalar, dengan demikian dapat mengurangi kebiasaan menghafal.
c. Nilai budaya Perkembangan dan kemajuan berbagai macam ilmu pengetahuan memerlukan
bantuan matematika. Matematika memiliki nilai budaya, dan kebudayaan akan terus berkembang.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Erman Suherman 2003: 260 pembelajaran kooperatif mencakup siswa yang bekerja dalam sebuah kelompok kecil untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Selanjutnya Anita Lie 2004: 29 mengungkapkan bahwa model pembelajaran
cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian
223
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Dalam model pembelajaran kooperatif Jhonson yang dikutip oleh Anita Lie, 2004: 30 terdapat lima unsur, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif. b. Tanggung jawab perseorangan.
c. Tatap muka. d. Komunikasi antar anggota.
e. Evaluasi proses kelompok.
Karakteristik pembelajaran kooperatif Arends, 2004: 356 adalah: a.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menguasai materi. b.
Kelompok terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah. c.
Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok.
Pembelajaran kooperatif dibagi menjadi enam fase Arens, 2004: 371 yang dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah laku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa Fase 2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-
kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transaksi yang efisien
Fase 4 Membimbing kelompok
bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas Fase 5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 Pemberian Penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
224
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dikembangkan oleh Slavin dengan beberapa alasan Setiawan, 2004: 30, yaitu:
a. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran
individual. b.
Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. c.
TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalkan
dalam hal kesulitan belajar secara individual.
Tujuan TAI menurut Robert Cohn dalam http:www.trincoll.edudepts eduResourcesProjectsCohn20Geometry.pdf
adalah:
a. Untuk mendukung aktivitas matematika pada level yang konkret. b. Untuk mendorong pemahaman siswa terhadap teori matematis.
c. Untuk melibatkan siswa dalam pendidikan yang saling menguntungkan.
Tahapan-tahapan dalam TAI Anastacio P. Domingo, dkk., 2001: 28 antara lain: tes penempatan dan pembentukan kelompok, belajar secara individu, belajar kelompok,
tes, perhitungan nilai kelompok dan pemberian penghargaan bagi kelompok.
a. Tes penempatan dan pembentukan kelompok b. Belajar secara individu
c. Belajar kelompok d. Tes
e. Perhitungan nilai kelompok dan pemberian penghargaan bagi kelompok.
Super team atau Great team yang memenuhi kriteria yang ditetapkan akan diberikan penghargaan yang menarik.
TAI didesain khusus untuk pelajaran matematika. Dalam TAI, siswa masuk dalam sebuah urutan kemampuan individual sesuai dengan hasil tes penempatan. Anggota
kelompok saling membantu dalam menyelesaikan masalah. Tes unit terakhir dikerjakan tanpa bantuan anggota kelompok dan dinilai dengan segera. Setiap minggu guru menjumlah
banyak unit yang diselesaikan oleh seluruh anggota kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan kelompok kepada kelompok yang melampaui kriteria skor berdasarkan
pada jumlah tes akhir yang telah dilalui, dengan nilai ekstra untuk nilai sempurna dan tugas rumah yang selesai.
225
TAI memiliki dinamika motivasi seperti STAD dan TGT. Siswa mendorong dan membantu satu sama lain untuk bekerja keras karena ingin kelompok mereka berhasil.
Tanggung jawab individu terjamin karena hanya menilai jumlah dari skor tes akhir dan siswa mengerjakan tes akhir tanpa bantuan anggota kelompok. Siswa memiliki kesempatan yang
sama untuk berhasil karena semuanya telah ditempatkan menurut tingkat pengetahuan mereka sebelumnya.
Meskipun demikian, individualisasi adalah bagian dari TAI yang membuatnya berbeda dari STAD dan TGT. Sebaliknya, jika siswa dapat berkembang lebih cepat, mereka
tidak harus menunggu sampai selesainya kelas Robert E. Slavin, 1995: 7-8.
4. Partisipasi Belajar
Partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan Made Pidarta, 1990: 33. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia partisipasi adalah perihal turut berperan di suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta.
tujuan-tujuan bersama, bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. Lebih jauh D. Sudjana 2000: 55 menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran
partisipatif adalah ikut sertanya siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan peserta didik itu diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan
program program planning, pelaksanaan program program implementation, dan penilaian program program evaluation kegiatan pembelajaran.
a. Perencanaan program b. Pelaksanaan program
Penyebaran kesempatan berpartisipasi Moh. Uzer Usman, 2000: 95 dapat dilakukan dengan cara:
a. Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarahkan pertanyaan secara bijaksana.
b. Mencegah terjadinya pembicaraan serempak dengan memberi giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu.
c. Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan.
226
Syaiful Bahri Djamarah 2000: 162 mengungkapkan bahwa semua anggota kelompok seharusnya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi memberi sumbangan
pikiran. Dalam usaha membagi partisipasi kepada anak didik, guru dapat:
a. Secara berhati-hati meminta pandangan anak didik yang kurang berpartisipasi tanpa harus memalukan atau tanpa mengejek.
b. Mencegah kegaduhan sehingga pembicaraan seseorang dapat didengarkan oleh semua anggota.
c. Mencegah anak didik yang cenderung memonopoli diskusi. d. Meminta persetujuan sementara untuk tidak menemui jalan buntu dan memperluas
wawasan. e. Meningkatkan pemberian komentar anak didik terhadap pendapat anak didik lain
sehingga interaksi antar anak didik dapat ditampilkan.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor
jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar Christiana Demaja W.S., 2004. Menurut Syaiful Bahri Djamarah 2002: 141 hasil belajar adalah perubahan
yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Sedangkan Nana Sudjana 1991: 22 mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menemukan pengalaman belajarnya.
R Gagne yang dikutip olah Nana Sudjana 1991: 22 membagi lima kategori hasil belajar, yakni: Informasi verbal., Ketrampilan intelektual., Strategi kognitif., Sikap.dan
Ketrampilan motoris.
Secara garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah Benyamin Bloom yang dikutip oleh Nana Sudjana, 1991: 22, yaitu:
a. Ranah kognitif. b. Ranah afektif.
c. Ranah psikomotoris.
Sri Rumini, dkk 1993: 60 menyebutkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu:
a. Faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar. b. Faktor yang berasal dari luar diri individu.
227
B. Kerangka Berpikir
Selama ini masih banyak guru yang mendesain siswa untuk menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru. Seolah-olah guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Umumnya metode yang digunakan adalah metode ceramah sehingga proses pembelajaran bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Hal itu mengakibatkan kurangnya partisipasi
dalam belajar yang dapat berpengaruh pada rendahnya hasil belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction TAI merupakan model pembelajaran dengan kelompok heterogen yang memberikan kebebasan kepada
siswa untuk bertindak, berdiskusi, dan saling memberikan informasi untuk memahami suatu konsep matematika. Siswa bekerja sama antar anggota kelompok dalam usaha
memecahkan masalah. Dengan demikian dapat memberikan peluang kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk dapat meningkatkan kemampuannya seiring siswa lain yang
mempunyai kemampuan tinggi.
Pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI diharapkan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika akan meningkat
sehingga akhirnya hasil belajar siswa juga meningkat pula.
C. Penelitian yang Relevan