Genukan Macam-macam Permainan Jawa 1. Bethet Thing-thong

38 3. Begitu selesai menyusun batu tadi maka yang kalah tadi secepatnya mencari pemain yang bersembunyi. 4. Bila yang bersembunyi telah dapat ditemukan semua, maka permainan dimulai kembali. Pertama-tama semua pemain misal A, B, C, D, E, dan F duduk mengitari bulatansegi empat yang telah terbagi menjadi enam bidang sesuai jumlah pemain. Satu di antaranya memegang batu besar kodhok. Para pemain menyanyikan lagu Dhoktri sambil menggerai:kan batu kecilpecahan tembikar clan batu kodhok ke pemain di sebelah kanannya. Apabila nyanyian berakhir pada kata kodhok maka berhenti pula sirkulasi pecahan tembikarbatu kecil beserta batu kodhoknya. Di ruang siapa tempat berhentinya batu kodhok itu maka pemain itulah yang dadi kalah. Misalnya batu berhenti pada C, maka A, B, D, E, dan F segera berlari bersembunyi di halaman rumah tersebut tidak boleh keluar dari halaman rumah. C sebagai pemain yang kalah wajib mengumpulkanmenumpuk batu kecilpecahan tembikar beserta batu kodhoknya ter letak paling atas. Setelah selesai menyusun, C segera mencar pemain yang bersembunyi. Apabila semua peserta yang bersem bunyi telah dapat ditemukan, maka berakhirlah permainan ini Selanjutnya apabila masih diinginkan permainan dapat dimula lagi dari permulaan, dan batu kodhok berada pada pemain yanl baru saja kalah. Kewajiban bagi pemain yang kalah adalah menyusun batu pecahan tembikar dan batu kodhok serta mencari lawannya yanj bersembunyi sampai ketemu. Di samping itu dapat pula ditambal dengan kewajiban menyanyi. Sedangkan bagi yang menang ia haru; menyembunyikan diri dan berusaha agar tidak dapat ditemukai oleh pemain yang kalah. Bila ada hukuman menyanyi maka pihal yang menang berhak menentukan judul lagu yang harus dinyanyi kan oleh pihak yang kalah.

3. Genukan

Kata Genukan berasal dari kata genuk yang berarti genthong, yaitu tempayan untuk menyimpan air di dapur. Ini sesuai dengan peran juri dalam permainan ini. Juri yang berperan sebagai seorang Bapak atau Ibu duduk bagaikan genuk di antara kedua kelompok pemain. Di lain tempat permainan ini dinamakan Sarsur, atau Sar-sur Kulonan dan ada juga yang menamakan Kauman. Genukan dilakukan baik oleh anak laki-laki maupun anak perem- puan pada waktu sore, atau bahkan pada malam hari bila kebetulan bulan purnama. Tempat bermain biasanya di suatu halaman yang luas. Permainan Genukan menuntut kedisiplinan dan sportivitas yang tinggi dari para pemain dan jurinya. Kedua kelompok harus tunduk pada juri sebagai pengatur permainan. Juri ini sering juga disebut Embok atau Bapak. Kapan lahirnya permainan Genukan tidak banyak diketahui. Hanya saja setelah permainan tersebut di-kenal dengan nama Sar-sur Kulonan ciptaan Hadisukatno, Pamong Perguruan Taman Siswa Ibu Pawiyatan Yogyakarta, penggemarnya rnakin bauyak. Apabila Genukan yang ash tidak ada lagu pengiring maka Sar-sur Kulonan diiringi lagu pengiring. Bahkan sekarang -a-;naran lagu Sar-sur Kulonan melehihi permainannya sendiri. Sekarang ini lagu Sar-sur Kulonan sering sekali dinyanyikan anakanak diiringi tari, tetapi bukan permainannya. Permainan Genukan ini dilakukan berkelompok. Setiap kelompok beranggotakan antara 4 - 7 orang anak. Jadi untuk dua kelompok adalah 2 x 7 anak = 14 orang anak ditambah seorang juri, sehingga seluruhnya berjumlah 15 orang anak. Umur pemain berkisar sekitar 7 atau 8 tahun ke atas. Jadi apabila nanti terjadi gendhongan menggendong mereka sudah mampu melakukannya. Pemain maupun juri boleh laki-laki maupun perempuan. Permainan Genukan tidak diiringi lagu pengiring. Sedangkan permainan Sar-sur Kulonan yang sangat mirip dengan Genukan memiliki lagu pengiring. Jalannya permainan Misalnya telah berkumpul 15 orang anak masing-masing kelompok tujuh orang dan ditambah dengan satu orang juri, maka Genukan dapat dimulai. Masing-masing kelompok berdiri berjajar saling berhadapan. Setiap orang anggota kelompok memiliki pasangan yang sebaya besar dan tingginya. Kesebayaan ini perlu dilakukan mengingat nanti akan ada 39 pelaksanaan pemberian hukuman berupa kewajiban menggendhong bagi kelompok yang kalah, sehingga setiap anak akan mendapat beban yang sesuai dengan kemampuannya. Juri embok atau bapak duduk di antara ujung barisan kedua kelompok. Jadi masing-masing anggota kelompok berdiri tepat berhadaphadapan. Misalkan Kelompok I di sebelah barat, dan Kelompok II di sebelah timur. Jarak antara kedua kelompok sekitar 12 meter. permainan dimulai oleh juri dengan cara memanggil salah seorang pemain dari salah satu kelompok. Misalkan memanggil anggota Kelompok I yang berada di sebelah barat. Juri memanggil dengan mengucapkan kata-kata Sar-sur Kulonan atau Sur Kulon. Salah seorang anggota Kelompok I misalnya C maju ke tempat juri lalu berjongkok. C membisikkan kepada juri, menyebut nama pemain Kelompok II misalnya J. C mundur kembali ke tempat semula. Juri kemudian memanggil agar salah seorang pemain dari Kelompok II dengan kata-kata Sar-sur Wetanan atau Sur Wetan. Salah seorang pemain Kelompok II misalnya H maju dengan rasa waswas. Dia khawatir jangan-jangan dia yang dibisikkan oleh C tadi. Ternyata yang dibisikkan oleh C adalah J, jadi H selamat. Dalam hal seperti ini maka juri mengatakan Slamet sega liwet. Tibalah giiiran H untuk ganti membisikkan salah satu nama pemain Kelompok I, setelah itu dia mundur kembali ke tempat semula. Demikianlah berlangsung berulang-ulang, hingga akhirnya ada anak yang maju yang tepat dengan narna yang dibisikkan oleh kelompok lawan. Apabila juri mendapatkan bahwa yang maju adalah pemain yang dibisikkan oleh lawannya, maka ketika pemain yang dipanggil sudah mendekatinya maka juri berteriak dhor seolah-olah menembak anak tersebut. Ini berarti anak tersebut beserta kelompoknya kalah. Sebagai hukumannya maka kelompok yang kalah tadi harus menggendong kelompok yang menang dengan jarak sebagaimana telah disepakati sebelumnya. Setelah gendongan tadi bila masih diinginkan maka permainan dapat dimulai kembali, bila tidak maka bubar. Di kota-kota ada yang menamakan permainan Genukan dengan nama Butul. Adapun syair lagu Sar-sur Kulonan ciptaan S. Hadisukatno adalah sebagai berikut: Sar-sur kulonan, Mak mak-emake re te te, Tak undange, re te te, Yen kecandhak kanggo gawe, Dadi mesti mati, Dadi mesti mati, Takbedhile mimis wesi, Trong trong trong trong bleng,

4. Jamuran