Permainan Berbasis Budaya Jawa

33 4 berlatih gerak mimik. Permainan mata, amat menentukan keberhasilan. Mana yang perlu memejamkan, memelototkan, memandang tajam, memandang kosong, semua digabung dengan bibir, kerut dahi, dan lain-lain. 5 gerakan tangan, sebaiknya tidak berlebihan. Tidak semua digambarkan menggunakan tangan, seperlunya saja. 6 berlatih akting: berjalan di depan teman-teman, duduk sendirian, pandang- memandang dengan teman, tertawa sepuas-puasnya, bersedih, dan seterusnya Purwaraharja, 2003:45. Tiga: Catatan Ketika Membaca Puisi 1 meembaca judul dan nama pcnyair. Keduanya boleh dibalik, mana yang didahulukan. Ini wajib dibaca. Nama majalah atau koran yang memuat, bolch dibaca boleh tidak. Begitu pula tanggal pembuatan puisi. Yang terakhir ini sudah bukan puisi lagi. 2 lboleh dari duduk ke berdiri atau sebaliknya. Jika harus berjalan, rapatkan dengan irama puisi. Kapan harus berhenti berjalan, harus dalam suasana aktif, 3 membelakangi pemirsapendengar sebaiknya jangan dalam hitungan 5-10 detik, jika sudah siap, tentu boleh saja. 4 pada awal dan akhir membaca, tidak harus honllat, kendati dalam lomha. Tidak harus mengucapkan salam, dan apalagi introduksi diri. 5 kalau ada kata yang terlewatkan, tak perlu diulang maaf seperti membaca berita di radio dalr televisi.

BAB III PERMAINAN TRADISIONAL JAWA

A. Permainan Berbasis Budaya Jawa

Pembelajaran bahasa Jawa berbasis permainan jelas lebih menarik. Asumsinya, manusia itu adalah makhluk yang gemar bermain. Oleh sebab itu, sampai masa remaja dan dewasa sekalipun, manusia memang gemar bermain. Maka pembelajaran yang dikemas sambil bermain justru akan menggembirakan. Pembelajaran semakin segar. Permainan tradisional dalam budaya Jawa disebut juga dolanan. Dolanan akan menciptakan suasana senang, nikmat, dan penuh daya tarik. Hal ini mengingat bahwa manusia adalah makhluk bermain . Budaya bermain ini sering muncul dari masa kanak- kanak. Bahkan pada masa remaja dan dewasa pun dolanan masih sering menjadi idola dan perlombaan. Banyak sekali permainan dalam budaya Jawa yang masih dapat dimanfaatkan. Sebagian besar dolanan Jawa itu selalu menggunakan gendhing atau lagu-lagu. Banyak pula gendhing-gendhing yang sering digunakan untuk menghiasi dolanan. Dalam kaitan ini, menandai bahwa dolanan akan membuat orang lebih segar, sehat, dan awet muda. Oleh sebab itu pemanfaatan permainan tradisional dalam pembelajaran akan menciptakan suasana yang gembira. Gembira adalah nuansa permainan yang akan menggiring subjek didik lebih suka ria. Konteks ini akan menandai semakin semangat dalam belajar sastra, budaya, dan seni Jawa. Yang dipentingkan dalam belajar bahasa Jawa, tidak lain adalah dolanan terus-menerus, sampai menemukan keindahan dalam hidup. Dolanan menjadi ciri orang Jawa yang gemar dalam hal: a kerukunan, kebersamaan, gotong royong karena setiap dolanan dapat melahirkan rasa nikmat, b kecerdasan, akal sehat, dan c memupuk jiwa yang berbudi luhur. Itulah sebabnya pengembangan permainan dan seni selalu terkait dengan budi luhur manusia. Budi berarti akal dalam arti untuk menimbang baik dan buruk. Budi luhur adalah kekuatan yang memuat tabiat, watak, akhlak, perangai, daya upaya, ikhtiyar, kecerdikan untuk memecahkan masalah secara bijak wicaksana. Permainan tradisional yang akan dikembangkan senantiasa dalam kerangka budaya Jawa. Budaya akan menyangkut seluruh cara, proses, dan karya hidup manusia yang dianut 34 individu dan bersama dalam suatu masyarakat guna mencapai taraf hidup yang lebih baik. Permainan tradisional yang dapat mengembang taraf hidup seseorang cukup banyak. Permainan yang dimaksud akan membentuk karakter seseorang sehingga dalam hidupnya senantiasa berbuat yang lebih baik dan memperindah dunia memayu hayuning bawana. Dalam permainan tradisional Jawa, selalu akan menyertakan tiga hal: a budaya sebagai gagasan atau batin, pamikir, rasa pangrasa, b budaya sebagai tindakan, yaitu aktivitas hidup sehari-hari, ada gerakan tubuh, dan keterampilan tertentu, c memanfaatkan benda-benda artefak, yang digunakan untuk mendukung permainan, misalnya kreweng, bola, bunga, kerikil, dan sebagainya. Ketiga hal itu akan selalu digunakan bersama-sama dalam konteks permainan dolanan, misalnya dalam permainan Jaranan, akan memanfaatkan gagasan bagaimana gerak yang ritmis dengan lagu, aktivitas tarian yang indah, dan kuda buatan dari apa pun. Kuda pun dapat dikamuflasekan dengan organ tubuh.

B. Permainan sebagai Pendidikan Karakter