Pelaporan dan Pemanfaatan Penilaian Rangkuman

158 Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa Jawa, bisa digabungkan tes evaluasi antara Product dan Performance. Misalnya: 1 Cobi damela satunggaling geguritan, lajeng kawaosa ing ngajeng kelas 2 Cobi damela rantaman upacara sripah, lajeng katindakna ingkang trep Guru tinggal membuat rentang nilai, dengan skor yang telah ditentukan. Skor-skor hasil tes dijumlahkan, dan ditafsirkan secara kualitatif. Dalam pelajaran bahasa, sastra, dan budaya Jawa, wujud performance misalnya menggunakan unggah- ungguh basa setiap hari, tata krama, praktik pemakaian busana Jawa, nembang, membaca geguritan, cerkak, dongeng, pranatacara, pidato, dsb. Guru membuat kisi-kisi atau aspek yang akan dinilai. Rentang nilai 0-10. Skor-skor dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.

b. Bentuk Instrumen Non Tes dan Penskorannya

Alat penilaian non tes seperti angket, inventori, dan pengamatan. Angket adalah alat untuk memperolrh data tentang siswa sesuai dengan posisinya, misalnya angket sikap, minat, motivasi, kegemaran. Inventori berkaitan dengan laporan dari siswa. Dalam pembuatan instrumen, pengamatan lebih bersifat flrksibel sesuai dengan kemampuan dan keadaan siswa atau sekolah; bisa dilakukan kapan atau dimana saja. Guru membuat kisi-kisi aspek yang akan dinilai. Rentang nilai 1-5; misalnya 1= sangat kurang, 2=kurang, 3=cukup, 4=baik, 5=baik sekali. Pada tahap akhir skor direrata dan ditafsirkan secara kualitatif. 4. Pengembangan dan Analisa Instrumen Pengembangan instrumen harus mengacu pada kisi-kisi agar dapat dihasilkan butir instrumen yang tepat dan valid. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1 pengembangan butir instrumen, 2 telaah dan revisi butir instrumen, 3 uji coba instrumen, dan 4 analisis empiris kualitas instrumen. Selanjutnya, analisis instrumen sebaiknya dilakukan dengan menelaah instrumen yang telah selesai disusun. Butir yang kurang baik direvisi. Adapun revisi sebaiknya mencakup: 1 substansi dan bahasa, 2 persyarata butir sesuai dengan bentuk instrumen, dan 3 indikator pencapaian kompetensi. Selanjutnya, hasil penilaian dan tindak lanjut hasil penilaian dilakukan dengan cara “penetapan kompetensi siswa terhadap bahasa Jawa”. misalnya, berapa siswa yang tuntas menguasai kompetensi bahasa Jawa, sehingga diperlukan pengayaan untuk pengembangan prestasi nilai 90-100, berapa siswa tuntas pengayaan untuk peningkatan kompetensi nilai 75-89, dan berapa siswa gagal dan harus diremidi pembelajaran bahasa Jawa nilai 0-74.

D. Pelaporan dan Pemanfaatan Penilaian

Sesuai dengan panduan dalam KML BJ Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa- DIY, 2006:15 pelaporan nilai afektif dilakukan dengan satu nilai kualitataif: sangat baik, baik, cukup, kurang. Laporan ini disampaikan kepada siswa, orang tua untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa, sekolah untuk pertanggungjawaban sekolah sebagai lembaga pendidikan, dan masyarakat Untuk memantau jumlah dan kompetensi lulusan. 159 Sementara itu, pemanfaatan hasil dapat digunakan untuk 1 mengetahui kemajuan hasil belajar siswa, 2 memotivasi belajar siswa, 3 mengetahui kompetensi yang belum dikuasai, 4 memperbaiki strategi belajar, 5 mendorong guru agar mengajar lebih baik, 6 membantu sekolah guna meningkatkan dan memberdayakan fasilitas pembelajaran secara lebih optimal.

E. Rangkuman

1. Pembelajaran bahasa Jawa SLTA diarahkan pada kemampuan afektif dan kemampuan aplikatif siswa terhadap bahasa dan sastra Jawa. Oleh karena itu, penilaian terhadap kemampuan siswa juga diarahkan pada aspek tersebut. Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran bahasa dan sastra Jawa penting dilakukan untuk memperoleh informasi, apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai atau tidakbelum. 2. Tampak bahwa yang perlu diperhatikan dalam penilaian siswa belajar bahasa Jawa adalah kemampuan aplikatif menggunakan bahasa Jawa, baik secara reseptif maupun produktif. Oleh karena itu, tes yang diberikan sebaiknya memang harus menyesuaikan. Ini artinya, tes dalam pembelajaran bahasa dan sastra Jawa, terutama di SLTA, sebaiknya tidak terlalu banyak berkadar kognitif, selalu tertulis, tetapi sebaiknya reseptif dan psikomotorik atau aplikatif. 3. Bagi guru dan pihak sekolah, penilaian bermanfaat untuk: a mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam kelas, b membantu guru memilih strategi dan cara mengajar yang lebih baik. Bagi orang tua siswa, penilaian penting untuk: a membantu dan memotivasi belajar anak, b membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar. Bagi siswa sendiri, penilaian sangat bermanfaat untuk: a mengetahui kemampuan hasil belajar sendiri, b mengetahui kompetensi yang belum dikuasai, dan c mendorong dan memperbaiki strategi belajar. 160

F. Daftar Pustaka