206
No. Aspek Peneltian Konvensional
Penel Tindakan Kelas
1. Masalah
Masalah dan hasil amat an pihak lain
Masalah yang dirasakan dan dihadapi peneliti sendiri dalam
melaksana kan tugas
2. Tujuan
Menguji hipotesis, membuat generalisasi, men cari
explanasi Melakukan perbaikan, pe ningkatan
dalam pembel ajaran untuk menuju pe ningkatan
3. Manfaat
Kegunaan Tidak langsung dan sifatnya
sebagai saran Langsung dapat dirasakan dan
dinikmati oleh kon sumensubjek penelitian
4. Teori
Digunakan sebagai dasar perumusan hipo tesis
Digunakan sebagai dasar untuk memilih aksi solusi tindakan
berikutnya
5. Metodologi
Menuntut paradigma penelitian yang jelas.
Langkah kerja punya kecenderungan linear
Analisis dilakukan setelah data terkumpul
Bersifat fleksibel Langkah kerja bersifat siklik dan
setiap siklik terdiri tiga tahapan.
Analisis terjadi saat proses setiap siklus
B. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Peningkatan mutu pendidikan saat ini merupakan kebutuhan yang sangat mendesak sebab keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan terutama oleh keberadaan
sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dapat tercapai bila pendidikan yang dilaksanakan juga berkualitas. Melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas diharapkan
meningkatnya profesionalisme guru yang sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan serta sumber daya manusia.
Salah satu kegiatan untuk mengatasi masalah yang terdapat di dalam kelas melalui Penelitian Tindakan Kelas. Beberapa model atau desain Penelitian Tindakan Kelas adalah:
1. Model Kurt Lewin
207
Model Kurt Lewin menjadi acuan dari berbagai model penelitian tindakan karena Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan atau action research.
Dengan demikian Peneliti an Tindakan Kelas yang lain ada yang mengacu pada model Kurt Lewin. Komponen pokok dalam penelitian tindakan Kurt Lewin yaitu :
a. Perencanaan planning. b. Tindakan acting.
c. Pengamatan observing dan d. Refleksi reflecting.
Hubungan keempat konsep pokok tersebut digambarkan dengan diagram berikut ini.
2. Model Kemmis Taggart Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin dan dikembangkan oleh Kemmis
McTaggart. Komponen tindakan
acting dengan pengamatan observing dijadikan menjadi satu kesatuan karena menurut Kemmis Taggart 1988 pada kenyatannya kedua komponen tersebut
merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan karena kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Begitu berlangsungnya suatu kegiatan dilakukan,
kegiatan observasi harus dilakukan sesegera mungkin. Bentuk desain dari Kemmis Taggart seperti terlihat di bawah ini.
Acting Tindakan
Planning Perencanaan
Observing Pengamatan
Reflecting Refleksi
208 Perencanaan
Refleksi Tindakan dan
pengamatan Revisi
Perencanaan Refleksi
Tindakan dan pengamatan
Model Kemmis Taggart bila dicermati pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Untaian-untaian tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Oleh karena itu pengertian siklus di sini adalah putaran kegiatan
yang terdiri dari perencanaan, tindakan , observasi dan refleksi. Banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung dari permasalahan yang perlu dipecahkan, namun
gambar di atas hanya menunjukkan dua siklus. Jika suatu penelitian mengkaitkan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata
pelajaran melibatkan lebih dari dua siklus bahkan mungkin dapat mencapai lima atau enam siklus.
3. Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins Berdasarkan desain model-model Penelitian Tindakan Kelas dari Kurt Lewin, Kemmis
Taggart, Hopkins menyusun desain sendiri dengan skema seperti di bawah ini.
209 Cek Kemajuan
Menopang Komitmen
Mengatasi Problem
Cek Hasil Perencanaan
Konstruk Perencanaan,
Tindakan, Target, Tugas, Kriteria,
Keberhasilan Implementasi
Evaluasi
Pengambilan Stok
Pelaporan Aaudit
Ambil Start
210
C. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas