Mencipta Tembang BELAJAR TEMBANG JAWA

42 Yang menarik lagi, dewasa ini juga banyak para politisi dan caleg yang menggunakan tembang sebagai media praktis. Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, ketika sesorah di Konferensi Internasional Budaya Jawa di pendopa Bupati Banyumas juga melagukan tembang macapat. Bupati Banyumas pun tidak kalah dalam melagukan tembang. Bahkan Mendagri Mardiyanto juga banyak terlibat dalam seni campursari. Terbukti ketika KBJ IV di Semarang, muncul album kenangan campursari bergambar dia dan isterinya. Dalam berbagai arena apa saja, tampaknya tembang memang bisa masuk. Para pendakwah, pengkotbah, dan pemberi wejangan manten selalu menghadirkan tembang. Di mesjid-mesjid, sering terdengar lantunan mamcapat, yang dirangkai dengan ayat-ayat. Bahkan KH. AR. Fachrudin juga pernah memberi pengantar Kidung Sari Rahayu, yaitu lantunan macapat dari Al Quran. Dengan demikian, tembang Jawa dapat dimekarkan melalui apa saja, asalkan tidak merusak citra tembang itu sendiri.

B. Mencipta Tembang

Mencipta tembang macapat, tidak perlu memperhatikan cengkok terlalu jauh. Cengkok memang akan membatasi suasana lagu. Namun demikian, bagi pemula, yang penting berkarya dahulu, tepat kata-kata dengan idenya. Bagi pemula, mungkin akan menghitung guruwilangan menggunakan jajri. Hal ini pun tidak ada larangan. Pemekaran mencipta macapat atau tembang lain perlu ditumbuhkembangkan, agar ekspresi estetik tembang tidak putus. Seorang pencipta tembang yang baik, belum tentu sebagai penembang yang bagus. Orang yang bagus kedua-duanya memang amat jarang. Namun, bagi yang gemar menembang, biasanya dapat mencipta meskipun tidak terlalu bagus. Dari pemikiran saya, ada beberapa rumus yang perlu dipegang oleh pencipta tembang. 1 Titi warna, jika hendak mencipta tembang harus paham pada titiwarna jenis apa yang hendak diekspresikan. Tembang macam apa yang akan diciptakan, perlu dikuasai. Tembang untuk wejangan manten, supitan, dakwah, dan pentas perlu diketahui. 2 Titi prakara, artinya paham masalah apa saja yang akan ditulis, bisa masalah yang sedang hangat, yang penting monumental bukan sekedar momental. Monumental akan mengantarkan nama pencipta tembang lebih tersohot. Karyanya, mungkin tahan jaman dan banyak dicari orang. 3 Titi nama, artinya nama samaran atau disebut sandinaa sandiasasma, yang disamar ke dalam tembang. Nama pencipta ini akan menjadi dokumen historis jika dicantumkan. 4 Titi mangsa, adalah keterangan waktu yang juga disamarkan atau diselipkan secara estetis dalam tembang. Keterangan waktu ini bagi yang studi naskah sering penting maknanya. 5 Titi rengga, artinya keindahan tembang berupa permainan bahasa kuna dan keindahan gaya bahasa. Kemampuan seorang pujangga mencipta tembang hampir sulit tertandingi. Pengetahuan seni, bahasa, dan sastra amat lengkap dalam diri pujangga. Namun tidak berarti orang biasa tidak mungkin menciptakan tembang yang bagus. Dalam berbagai lomba, seringkali terdapapat pemenang yang kekuatan karyanya seperti pujangga. Oleh sebab itu, jika para pengarang tembang berupaya keras, kiranya tidak ada yang sulit dalam tembang Jawa. Untuk memudahkan berkarya, di bawah ini disajikan aturan guruwilangan tembang macapat. 43

C. Latihan-latihan Tembang Jawa MIJIL Wedharingtyas Pl P Nem