Penilaian Pelajaran Bahasa Jawa

152

B. Sistem dan Proses Penilaian

Sebuah penilaian harus berorientasi pada tingkat penguasaan kompetensi yang ditargetkan di dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan. Penilaian pelajaran Bahasa Jawa cukup dilakukan oleh para guru dan dalam proses ujian sekolah PP 192005 pasal 63 ayat 1. Pada ayat tersebut juga dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Sementara itu, istilah “penilaian” sebenarnya sering bersinggungan dengan istilah pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi. Pengukuran adalah kegiatan yang sistematik untuk menentukan angka objek atau gejala; pengujian adalah sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah; penilaian adalah penafsiran hasil pengukuran dan penentuan capaian hasil belajar; evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan penentuan pencapaian suatu tujuan Suwarna, 2007:2. Dalam draf Uji Publik Panduan Umum Penilaian Pendidikan BSNP, 2006:5, dinyatakan bahwa hakikat sistem penilaian adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didikl. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar siswa dan efektifitas proses pembelajaran. informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data yang diperoleh melalui kegiatan pengukuran dan non-pengukuran. Kedua kegiatan tersebut adalah proses untuk memperoleh data tentang karakteristik siswa dengan aturan tertentu. Hasil pengukuran berupa data numerik atau kuantitatif, sedangkan hasil non-pengukuran berupa adata kualitataif. Selanjutnya, Suwarna 2006:2 menjabarkan bahwa sistem penilaian membawa pada implikasi tujuan penilaian, prinsip penilaian, teknik penilaian, prosedur penilaian, pengolahan dan penafsiran hasil penilaian, pelaporan atau pemanfaatan hasil penilaian. Oleh karena itu secara ideal penilaian pelajaran Bahasa Jawa berdasarkan KTSP harus menjangkau tahap-tahap tersebut secara komprehensif.

C. Penilaian Pelajaran Bahasa Jawa

Secara umum, penilaian setiap mata pelajaran memiliki tujuan yang hampir sama, yaitu untuk mengetahui tingkat kemampuan dan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Hasil penilaian pada akhirnya dapat digunakan untuk bahan evaluasi dan strategi pengembangan proses pembelajaran itu sendiri. namun, dalam 153 sistem penilaian pelajaran Bahasa Jawa, memiliki karakteristik tersendiri dan relatif khas. Hal itu tampak dalam tujuan dan proses penilaiannya. 1. Tujuan dan Prinsip Penilaian Berdasarkan Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Jawa untuk SLTA KML SK-KD, 2006:3, tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai kompetensi dasar tertentu. Selain itu, penilaian juga bertujuan untuk: 1 mengetahui tingkat pencapaian dan perkembangan siswa 2 mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa 3 mendiagnosis kesulitan belajar siswa 4 mengetahui hasil pembelajaran 5 mengetahui pencapaian kurikulum 6 mendorong siswa belajar dan mengembangkan diri 7 mendorong guru untuk mengajar lebih baik dan lebih berhasil Secara lebih spesifik, tujuan penilaian tersebut lebih berorientasi pada pemantauan kompetensi bahasa Jawa para siswa, memperbaiki proses pembelajaran bahasa Jawa teknik pembelajaran, kemampauan guru, dan kualitas proses pembelajaran bahasa Jawa. Sementara itu, menurut Suwarna 2006:3 prinsip penilaian yang sebaiknya diikuti mengacu pada dasar-dasar: 1 Terpadu, yaitu penilaian diarahkan pada peningkatan mutu pembelajaran bahasa Jawa 2 Terbuka, prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 3 Objektif, penilaian berdasarkan pikiran jernih tidak emosional dan sentimen pribadi 4 Adil, tidak ada peserta didik yang diuntungkan atau dirugikan karena latar belakang suku, agama, budaya adat, status sosial, ekonomi, dan gender. 5 Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan dari segi teknik, prosedur dan hasil. 6 Beracuan kriteria, mencerminkan indikator pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam KBK 2004 dan penyempurnaannya di KTSP. 7 Holistik, mencakup semua aspek kompetensi kognitif, afektif, psikomotoorik. 8 Berkesinambungan, merekam berbagai perkembangan kompetensi siswa sehingga dapat menggambarkan profil kemampuan siswa secara utuh. 9 Sistematis, dilakukan secara berencana dan bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa dalam belajar bahaas Jawa. 154 10 Belajar tuntas, siswa dapat mencapai kompetensi tertentu tuntas, hanya waktu yang dibutuhkan berbeda-beda. Ketuntasan 75 siswa telah menguasai 75 NBAK nilai batas ambang kompetensi materi pelajaran bahasa Jawa. Kesimpulannya, penilaian sebenarnya lebih diartikan sebagai upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi berbahasa dan bersastra dalam kerangka budaya Jawa yang diperoleh siswa setelah beberapa tatap muka di kelas pada tengah semester, akhir semester, dan akhir tahun. Aspek yang dinilai mencakup tiga ranah, yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. 2. Penyusunan Instrumen Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi yang mencakup kegiatan a menentukan tujuan, b menyusun kisi-kisi, c memilih bentuk instrumen, dan 4 menentukan panjang instrumen. Intinya perencanaan penilaian perlu disusun secara lebih integratif ke dalam silabus. Berikut tabel format kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan silabus. Format 1. Kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan silabus. Bentuk instrumen sebaiknya bervariatif, seperti pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, jawaban singkat, menjodohkan, unjuk kerja atau performansi, dan portofolio. Dengan demikian dapat diperoleh data yang komprehensif dan akurat. 155 Format 2. Kisi-kisi penilaian menyatu dengan RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah : ………………………….. Mata Pelajaran : ………………………….. Kelassemester : ………………………….. Alokasi Waktu : ……….jam pelajaran ………x pertemuan A. Standar Kompetensi : …………………………….. B. Kompetensi Dasar :……………………………… C. Materi Pembelajaran :……………………………… D. Metode Pembelajaran :…………………………….. E. Langkah Kegiatan Pembelajaran :………………….. Pertemuan 1 :……………………………………….. Pertemuan 2 :………………………………………..dst F. Sumber Belajar :…………………………………….. G. Penilaian : Indikator pencapaian Teknik penilaian Bentuk instrumen Contoh instrumen 156 Format 3: Kisi-kisi Penilaian Ulangan Akhir Semester Sekolah : …………………………….. Mata Pelajaran : …………………………….. Kelas Semester : …………………………….. Alokasi Waktu : …………………………….. Standar kompeten si Kompeten si dasar Indikator pencapaia n Teknik penilaian Tes tertulis Tes praktek Jumlah total 3. Bentuk Instrumen dan Penskorannya a. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya 1 Pertanyaan Lisan Perskoran pertanyaan lisan dilakukan dengan pola kontinum 0-10 atau 0-100. Perlu dibuat rambu-rambu agar lebih valida dan variabel. 2 Pilihan Ganda Penskoran pilihan ganda dilakukan dengan rumus: B = banyaknya butir jawaban benar N = banyaknya butir soal 3 Uraian Objektif Penskoran nilai objektif dapat menggunakan rentang nilai 0-10 atau 0-100. Nilai tersebut dikalikan dengan bobot dibagi banyaknya soal. Rumusnya adalah:  B = jumlah nilai item soal yang telah dikalikan bobot masing- masing soal  b = jumlah bobot 157 4 Uraian Bebas penskoran uraian bebas sama dengan uraian objektif, hanya variasi pembobotan lebih besar. 5 Jawaban singkat atau isian singkat penskoran model ini dapat menggunakan skor 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Hasil akhir dengan menjumlahkan jawaban benar. 6 menjodohkan penskoran sama dengan jawaban singkat. 7 portofolio panduan penskoran portofolio: 1 membuat daftar kriteria siswa, 2 ranah yang akan dinilai, 3 gradasi mutu. Skor kontinum 0-10 atau 0-100. Keterlibatan berfikir tahap pemahaman 20, aplikasi 30, dan analisa sintesis dan evaluasi 50. Batas ketuntasan penguasan kompetensi 75. Selain secara kuantitatif, nilai dapat juga ditafsirkan secara kualitatif. 8 performance Sebelum melakukan penilaian, guru harus mempersiapkan aspek-aspek antara lain, sebagai berikut: a menyesuaikan tujuan dan standar kompetensi yang ingin dicapai siswa dalam proses pembelajaran tersebut. b menentukan aspek yang akan dinilai, misalnya: a pelafalan, b perbendaharaan kosa kata, c struktur kalimat, d unggah-ungguh c menentukan nilai penskoran pada setiap aspek ini bisa bervariasi. Langkah-langkah tersebut dapat dikembangkan guru sesuai dengan kreativitas dan kondisi pembelajaran itu sendiri. Sebab pada intinya, penilaian pembelajaran bahasa dan sastra Jawa harus mengacu pada pemahaman filosofis cermati sekali lagi: landasan filosofis pembelajaran bahasa Jawa, bahwa generasi muda Jawa setingkat SLTA perlu mengenal, mencintai, dan menggunakan bahasa Jawa dalam konteks komunikatif sehari-hari. Untuk cita-cita luhur ini mau tidak mau, tes sebagai alat ukur penilaian harus lebih banyak berorientasi dan bersifat performansi. Tes performasi sebagai instrumen penilaian pembelajaran bahasa Jawa perlu dikembangkan terus-menerus dengan menuntut kreativitas guru. Materi tentang penggunaan unggah-ungguh basa, tata krama, praktek pemakaian busana Jawa, nembang, membaca geguritan, cerkak, dongeng, praktek menjadi pranatacara, pidato, dsb, sangat tepat menggunakan alat tes performasi. Misalnya: 1 Cobi katindakna kados pundi caranipun mlampah ing sangajengipun tiyang kathah ingkang nembe rembagan 2 Kados pundi matur kaliyan BapakIbu nalika nyuwun arta kangge mbayar satunggaling kegiyatan ing sekolah 158 Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa Jawa, bisa digabungkan tes evaluasi antara Product dan Performance. Misalnya: 1 Cobi damela satunggaling geguritan, lajeng kawaosa ing ngajeng kelas 2 Cobi damela rantaman upacara sripah, lajeng katindakna ingkang trep Guru tinggal membuat rentang nilai, dengan skor yang telah ditentukan. Skor-skor hasil tes dijumlahkan, dan ditafsirkan secara kualitatif. Dalam pelajaran bahasa, sastra, dan budaya Jawa, wujud performance misalnya menggunakan unggah- ungguh basa setiap hari, tata krama, praktik pemakaian busana Jawa, nembang, membaca geguritan, cerkak, dongeng, pranatacara, pidato, dsb. Guru membuat kisi-kisi atau aspek yang akan dinilai. Rentang nilai 0-10. Skor-skor dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.

b. Bentuk Instrumen Non Tes dan Penskorannya

Alat penilaian non tes seperti angket, inventori, dan pengamatan. Angket adalah alat untuk memperolrh data tentang siswa sesuai dengan posisinya, misalnya angket sikap, minat, motivasi, kegemaran. Inventori berkaitan dengan laporan dari siswa. Dalam pembuatan instrumen, pengamatan lebih bersifat flrksibel sesuai dengan kemampuan dan keadaan siswa atau sekolah; bisa dilakukan kapan atau dimana saja. Guru membuat kisi-kisi aspek yang akan dinilai. Rentang nilai 1-5; misalnya 1= sangat kurang, 2=kurang, 3=cukup, 4=baik, 5=baik sekali. Pada tahap akhir skor direrata dan ditafsirkan secara kualitatif. 4. Pengembangan dan Analisa Instrumen Pengembangan instrumen harus mengacu pada kisi-kisi agar dapat dihasilkan butir instrumen yang tepat dan valid. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1 pengembangan butir instrumen, 2 telaah dan revisi butir instrumen, 3 uji coba instrumen, dan 4 analisis empiris kualitas instrumen. Selanjutnya, analisis instrumen sebaiknya dilakukan dengan menelaah instrumen yang telah selesai disusun. Butir yang kurang baik direvisi. Adapun revisi sebaiknya mencakup: 1 substansi dan bahasa, 2 persyarata butir sesuai dengan bentuk instrumen, dan 3 indikator pencapaian kompetensi. Selanjutnya, hasil penilaian dan tindak lanjut hasil penilaian dilakukan dengan cara “penetapan kompetensi siswa terhadap bahasa Jawa”. misalnya, berapa siswa yang tuntas menguasai kompetensi bahasa Jawa, sehingga diperlukan pengayaan untuk pengembangan prestasi nilai 90-100, berapa siswa tuntas pengayaan untuk peningkatan kompetensi nilai 75-89, dan berapa siswa gagal dan harus diremidi pembelajaran bahasa Jawa nilai 0-74.

D. Pelaporan dan Pemanfaatan Penilaian