11
sendiri. Dengan demikian, terutama perbedaan cerkak dengan dongeng, dalam beberapa segi, sering kali menjadi sulit ditentukan.
6. Cerita Rakyat
Dalam khasanah budaya Jawa juga hidup subur jenis cerita rakyat. Dari sisi isinya cerita rakyat dapat dikategorikan sebagai dongeng yang di dalamnya sering berisi mithe,
legenda, atau dibumbui fabel. Jenis cerita rakyat, sebagaimana namanya pada mulanya berkembang melalui tradisi lisan, diceritakan dari mulut ke mulut. Namun setelah munculnya
media massa cetak, khususnya majalah berbahasa Jawa, cerita rakyat mendapat perhatian khusus dan hampir selalu ada rubriknya. Cerita rakyat pada umumnya berkembang terpusat
pada daerah di sekitar cerita rakyat tersebut muncul dengan setting tempat yang ada di sekitar lokasi penyebarannya. Cerita rakyat dapat berupa legenda cikal bakal atau terjadinya
tempat tertentu seperti daerah atau kota atau gunung tertentu. Contoh terjadinya kota Banyuwangi. Cerita rakyat juga dapat berupa mitos tertentu, dapat juga dihubungkan dengan
mitologi dari wayang purwa, misalnya terjadinya sungai serayu, terjadinya goa Kiskendha, dan sebagainya.
Secara umum, yang menjadi ciri cerita rakyat adalah adanya kepercayaan masyarakat pendukungnya bahwa cerita tersebut pernah terjadi di daerah yang
bersangkutan, sehingga sering kali berhubungan dengan upacara adat tertentu atau gugon tuhon tertentu.
7. Kisah Perjalanan dan Biografi
Kisah Perjalanan dan Biografi merupakan karya sastra prosa atau puisi yang bentuknya seperti novel, novelet atau cerpen, namun isinya semacam laporan perjalanan,
biografi atau otobiografi. Karya-karya ini pada umumnya lebih menyerupai bentuk jurnalistik, sehingga estetika fiksinya tidak begitu menonjol.
8. Primbon
Primbon yakni jenis karangan yang berisi catatan kumpulan berbagai keilmuan Jawa, baik yang bersifat logis maupun pralogis, yang juga merupakan kumpulan dari folklor, yakni
sejumlah sastra atau budaya lisan, setengah lisan atau bukan lisan. Secara garis besar Subalidinata, tt.: 7 primbon berisi empat masalah pokok, yakni kelahiran, perkawinan,
kematian dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Kata primbon berasal dari pari- imbu-an. Kata imbu
berarti „simpan‟. Jadi primbon dapat berarti „simpanan kumpulan catatan‟, yakni catatan berbagai keilmuan atau pengetahuan yang ada dalam tradisi
masyarakat Jawa. Pada umumnya primbon ditulis dalam bentuk prosa, namun dalam sejumlah
permasalahan kadang kala juga berupa puisi, seperti halnya puisi mantera. Yang termasuk pembicaraan dalam primbon antara lain, perbintangan, pengobatan tradisional, perhitungan
waktu baik dan buruk, perhitungan struktur dan letak bangunan rumah, katuranggan ciri-ciri fisik dan karakteristiknya untuk binatang piaraan tertentu kuda, ayam jago, burung perkutut
dan wanita dan sebagainya.
9. Novel, Cerbung dan cerkak
Jenis novel, cerbung dan cerkak, sebenarnya bukan hasil klasifikasi dari segi tematik isinya seperti halnya jenis-jenis di atas, tapi dari segi struktur atau bentuk sastranya. Namun
demikiaan pada umumnya jenis ini memiliki kesamaan tema yang khas, yakni bercerita tentang kehidupan sehari-hari tokoh-tokoh dari masyarakat awam, dan tidak bersifat
istanasentris. Jenis ini merupakan hasil karya sastra Jawa modern yang pada umumnya berbentuk prosa. Jenis novel, cerbung dan cerkak merupakan jenis karya sastra Jawa
modern yang merupakan hasil pengaruh sastra dan teori sastra Barat. Jenis ini pada mulanya muncul di Jawa sekitar akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20, dalam bentuk yang
menekankan dedaktik moral. Novel yang pertama kali dianggap sebagai susastra dan tidak dirusakkan oleh kecenderungan pengajaran secara fulgar pada dedaktik moral adalah Serat
Riyanta karya R.B. Sulardi, diterbitkan Balai Pustaka pada tahun 1920 Ras, 1985: 13. Adapun jenis cerkak baru muncul pada 1935 berjudul Sandhal Jinjit ing Sekaten Sala oleh
12
Sri Susinah Sedyawati, dkk, ed, 2001: 369 kemudian Netepi Kwajiban karya Sambo Ras, 1985: 19, keduanya dimuat dalam majalah Panjebar Semangat 2 dan 9 Nopember 1935.
E. Puisi Jawa Modern