32
Tiga. Membidik Bagian Kecil dan Menggemukkan Kata
Adik-adik, saya sadar kalau pertemuan yang lalu masih fenomena real yang anda cermati. Anda memandang konang, lintang, buku, kaca, gunung, dll
– bukan bagian-bagian dari obyek ini. Padahal, kalau akan bagus berkarya, tajamkan perhatian pada: 1 bagian
kecil dari fenomena tadi, 2 apa yang paling unik dari fenomena tadi, 3 apa yang tak pernah dilihat atau diperhatikan orang, itu yang anda tangkap, 4 tangkap yang ada di balik
bagian-bagian kecil tadi, 5 jangan lupa, hubungan dengan kehidupan. Untuk itu, coba kita keluar sebentar. Sepuluh menit saja, baru ekmbali ke sini.
Temukan ide, imajinasikan, dan selanjutnya tuliskan. Tapi, sebelum itu mari kata-kata yang terkait dengan ide anda, digemukkan dulu. Gemuk, artinya ditambah semakin banyak yang
berhubungan dengan kata itu. Andaikata, anda tadi menangkap oyod ringin. Gemukkan menjadi: oyod garing, oyod gumantung, oyod njebol tembok, oyod
nyandhung sikil, ringin kurung, ringin putih, ringin kuning, ringin rungkat, ngeyub ing ringin, gandhulan oyod-oyod ringin, nyecep tetesing banyu seka oyod, dst.
Susun kata-kata itu, semua anda coba. Dari situ, anda akan muncul ide baru, untuk mencipta geguritan yang lebih kaya kata. Tapi, kata-kata yang tak masuk di ide anda, buang
saja. Tambah kata-kata penghubung pengelem, antara kata satu dengan yang lain. Dari sini, munculkan estetika. Maka, gunting dan lipat kata-kata tersedia itu. Jejerkan kata-kata
tadi, seperti tukang batu, jangan seperti orang menurunkan batu dari truk. Ingat, efesiensi kata, akan bermanfaat bagi bangunan puisi. Kepadatan kata, yang mampu mewadahi
sejumlah ide, adalah puisi bagus.
E. Membaca Puisi Individual Satu: Psikologi Membaca Puisi
Membaca puisi secara individual, berbeda dengan kelompok kolektif. Pembaca harus menguasai puisi secara keseluruhan. Puisi yang akan dibaca, boleh milik sendiri atau
milik orang lain. Biasanya, membaca karya sendiri lebih bagus, meskipun relatif. Karena, pembaca telah paham, bagian-bagian mana yang perlu dibaca berat, ringat, panjang,
pendek, perlu tempo dan sebagainya. Untuk mengurangi demam panggung, percayalah bahwa diri anda mampu dibanding
pemirsa. Anda harus merasa lebih hebat, dibanding orang lain. Kurangi rasa gugup, badan bergetar, keringat dingin, dengan cara tidak memandang pendengar satu persatu. Ini bisa
dilatih berkali-kali dengan jalan ke sana kemari di depan orang banyak.
Yang perlu disiapkan, sebelum membaca puisi antara lain: 1 memilih sejumlah puisi, jika kita bebas membaca. Panjang pendek puisi, suasana puisi, perlu dipertimbangan,
akan dibaca dalam suasana apa. Namun, dalam lomba sering telah ditentukan, sehingga langkah ini bisa dibuat santai saja; 2 pelajari kata-kata yang sulit, jika tak tahu, ditanyakan
atau dicaridalam kamus. Bahkan, ada baiknya menghubungi orang lain termasuk pengarangnya; 3 beri tanda khusus pada kata-kata yang dibaca berat, ringat, lambat,
cepat, sedih, gembira, dan seterusnya; 4 pertimbangkan, apakah anda akan membaca puisi humor, sedih, memberi advice, atau yang lain.
Dua: Berlatih Membaca
Latihan dasar yang harus disiapkan, yakni: 1 berlatihlah membaca, sekurang-kurangnya tiga sampai empat kali per judul.
Bacalah di tempat yang terbuka, bebas. 2 berlatih pernafasan. Membaca puisi, dapat menggunakan suara dada dan perut.
Keduanya boleh digunakan bersamaan dalam sebuah puisi. Tapi, yang harus diingat, karakter suara dada biasanya: keras untuk marah, menjerit, dll. Adapun suara perut,
biasanya untuk hal-hal yang menggetarkan, dalam, sedih, dan seterusnya; 3 belajar mengucapkan vokal. Vokal dilatih dengan berbagai model yang disebut
senam mulutbibirgigi. Latihlah, mana vokal yang bersilabi: satu dhorrrr, dherrr, tharrr, hee, hemmm,ah, dll, dua geger, teter, mbeler, teler, beser, emper, dll, tiga laramu, atimu,
tapamu, kancamu, tanggane, godhaning, dll, empat sesanggeman, gembiraning, tumlawunging;
33
4 berlatih gerak mimik. Permainan mata, amat menentukan keberhasilan. Mana yang perlu memejamkan, memelototkan, memandang tajam, memandang kosong, semua
digabung dengan bibir, kerut dahi, dan lain-lain. 5 gerakan tangan, sebaiknya tidak berlebihan. Tidak semua digambarkan
menggunakan tangan, seperlunya saja. 6 berlatih akting: berjalan di depan teman-teman, duduk sendirian, pandang-
memandang dengan teman, tertawa sepuas-puasnya, bersedih, dan seterusnya Purwaraharja, 2003:45.
Tiga: Catatan Ketika Membaca Puisi 1 meembaca judul dan nama pcnyair. Keduanya boleh dibalik, mana yang
didahulukan. Ini wajib dibaca. Nama majalah atau koran yang memuat, bolch dibaca boleh tidak. Begitu pula tanggal pembuatan puisi. Yang terakhir ini sudah bukan puisi
lagi. 2 lboleh dari duduk ke berdiri atau sebaliknya. Jika harus berjalan, rapatkan
dengan irama puisi. Kapan harus berhenti berjalan, harus dalam suasana aktif, 3 membelakangi pemirsapendengar sebaiknya jangan dalam hitungan 5-10 detik, jika
sudah siap, tentu boleh saja. 4 pada awal dan akhir membaca, tidak harus honllat, kendati dalam lomha.
Tidak harus mengucapkan salam, dan apalagi introduksi diri. 5 kalau ada kata yang terlewatkan, tak perlu diulang maaf seperti membaca
berita di radio dalr televisi.
BAB III PERMAINAN TRADISIONAL JAWA
A. Permainan Berbasis Budaya Jawa
Pembelajaran bahasa Jawa berbasis permainan jelas lebih menarik. Asumsinya, manusia itu adalah makhluk yang gemar bermain. Oleh sebab itu, sampai masa remaja dan
dewasa sekalipun, manusia memang gemar bermain. Maka pembelajaran yang dikemas sambil bermain justru akan menggembirakan. Pembelajaran semakin segar.
Permainan tradisional dalam budaya Jawa disebut juga dolanan. Dolanan akan menciptakan suasana senang, nikmat, dan penuh daya tarik. Hal ini mengingat bahwa
manusia adalah makhluk bermain . Budaya bermain ini sering muncul dari masa kanak- kanak. Bahkan pada masa remaja dan dewasa pun dolanan masih sering menjadi idola dan
perlombaan. Banyak sekali permainan dalam budaya Jawa yang masih dapat dimanfaatkan.
Sebagian besar dolanan Jawa itu selalu menggunakan gendhing atau lagu-lagu. Banyak pula gendhing-gendhing yang sering digunakan untuk menghiasi dolanan. Dalam kaitan ini,
menandai bahwa dolanan akan membuat orang lebih segar, sehat, dan awet muda. Oleh sebab itu pemanfaatan permainan tradisional dalam pembelajaran akan menciptakan
suasana yang gembira. Gembira adalah nuansa permainan yang akan menggiring subjek didik lebih suka ria.
Konteks ini akan menandai semakin semangat dalam belajar sastra, budaya, dan seni Jawa. Yang dipentingkan dalam belajar bahasa Jawa, tidak lain adalah dolanan terus-menerus,
sampai menemukan keindahan dalam hidup. Dolanan menjadi ciri orang Jawa yang gemar dalam hal: a kerukunan,
kebersamaan, gotong royong karena setiap dolanan dapat melahirkan rasa nikmat, b kecerdasan, akal sehat, dan c memupuk jiwa yang berbudi luhur. Itulah sebabnya
pengembangan permainan dan seni selalu terkait dengan budi luhur manusia. Budi berarti akal dalam arti untuk menimbang baik dan buruk. Budi luhur adalah kekuatan yang memuat
tabiat, watak, akhlak, perangai, daya upaya, ikhtiyar, kecerdikan untuk memecahkan masalah secara bijak wicaksana.
Permainan tradisional yang akan dikembangkan senantiasa dalam kerangka budaya Jawa. Budaya akan menyangkut seluruh cara, proses, dan karya hidup manusia yang dianut