Objek Dan Subjek Perjanjian 1. Objek Perjanjian

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 30 Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa defenisi perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah tidak lengkap dan terlalu luas, tidak lengkap karena yang dirumuskan hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Terlalu luas karena dapat mencakup mengenai perjanjian dalam hukum keluarga. Dalam hal bentuk perjanjian tertulis Mariam Darus berpendapat bahwa suatu bentuk perjanjian tertulis tidak hanya bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan, namun merupakan syarat untuk adanya perjanjian itu bestaandwaarde sehingga apabila hal itu tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah, misalnya perjanjian mendirikan PT harus dengan akta notaris Pasal 38 KUHD. 26 Intisari atau hakikat perjanjian tiada lain adalah prestasi, sesuai dengan ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata prestasi yang diperjanjikan itu adalah untuk menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu. Memberikan sesuatu sesuai dengan ketentuan Pasal 1235 KUHPerdata berarti suatu kewajiban untuk memberikan atau menyerahkan benda yang tidak hanya terbatas pada benda yang berwujud ataupun benda yang tertulis tetapi juga termasuk ke dalamnya penyerahan akan kenikmatan genot dari suatu barang, misalnya sewa menyewa.

B. Objek Dan Subjek Perjanjian 1. Objek Perjanjian

27 26 Mariam Darus Badrulzaman I. Op:cit: 89-90 27 M.Yahya Harahap. 1986. Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni. 9-10 Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 31 Menurut Pasal 1332 hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok-pokok perjanjian. Barang-barang yang dipergunakan untuk kepentingan umum tidak dapat dijadikan objek perjanjian. Kemudian agar suatu perjanjian dapat dikatakan memenuhi kekuatan hukum yang sah, bernilai dan mempunyai kekuatan yang mengikat maka prestasi yang menjadi objek perjanjian harus tertentu, atau sekurang-kurangnya jenis objek harus tertentu Pasal 1323 KUHPerdata. Prestasi yang harus dilaksanakan debitur harus sesuatu yang benar-benar mungkin dapat dilaksanakan. Akan tetapi dalam mempersoalkan masalah prestasi yang tidak mungkin untuk dilaksanakan harus dapat dibedakan ketidakmungkinan mutlak dan ketidakmungkinan dari segi debitur. Secara teoretis atas ketidakmungkinan tersebut dapat diangkat 2 dua pendapat, yaitu : a Ketidakmungkinan yang subjektif yaitu didasarkan atas anggapan subjektif debitur, hal ini tidak berimplikasi pada batalnya perjanjian. b Ketidakmungkinan objektif, prestasi secara nyata dan benar memang tidak bisa dilaksanakan debitur. Perjanjian yang prestasinya tidak mungkin dilakukan sejak dari semula membuat perjanjian yang demikian dengan sendirinya dianggap tidak berharga, tidak sah, tidak mengikat, dan tidak ada kewajiban dari pihak debitur untuk memenuhinya, sebab ketidakmungkinan itu telah menghapus kewajiban itu sendiri dan menghapuskan resiko yang dapat dipikulkan kepada debitur. Apabila pada saat dibuat perjanjian prestasi semula memang benar-benar mungkin namun kemudian oleh karena satu hal menjadi tidak mungkin maka Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 32 perjanjian yang seperti itu dianggap sah dan berharga. Adapun masalah sampai dimana pengaruh kejadian yang menyebabkan ketidakmungkinan tersebut termasuk ke dalam ruang lingkup overmacht. Prestasi yang menjadi objek perjanjian bisa saja yang tidak bernilai uang, hal tersebut didasarkan pada pengertian penggantian suatu kerugian atau ganti rugi tidak berwujud berupa pemulihan kerugian di bidang moral dan kesopanan. Hal ini diatur dalam Pasal 1239, 1240, 1241, 1243 KUHPerdata. Akan tetapi pendapat yang lain menyatakan bahwa prestasi harus dapat dinilai dengan uang hal ini didasarkan pada pandangan bahwa setiap prestasi harus mempunyai nilai ekonomi yang dengan sendirinya akan mempunyai nilai uang. 2. Subjek Perjanjian Timbulnya perjanjian disebabkan oleh adanya hubungan hukum kekayaan antara dua orang atau lebih yang menduduki tempat berbeda sebagai debitur dan kreditur. Sesuai dengan teori dan prektek hukum, kreditur terdiri dari : a Individu sebagai person yang bersangkutan, yang terdiri dari : 1 natuurlijke persoon atau manusia tertentu 2 recht persoon atau badan hukum Jika badan hukum yang menjadi subjek, perjanjian yang diikat bernama perjanjian atas nama verbintenis op naam dan kreditur yang bertindak sebagai penuntut disebut tuntutan atas nama. b Seorang atau keadaan tertentu mempergunakan kedudukanhak orang lain tertentu, contohnya seorang penyewa rumah A. penyewa bertindak atas Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 33 keadaan dan kedudukan sebagai penyewa sekalipun rumah telah dijual oleh pemilik semula atau pemilik semula telah meninggal, perjanjian sewa menyawa tetap berjalan. c Persoon yang dapat diganti, mengenai persoon yang dapat diganti berarti penggantian kreditur telah ditetapkan dalam perjanjian. 28 Mariam Darus Badrulzaman berpendapat bahwa “....... yang dimaksud dengan subjek perjanjian adalah pihak-pihak yang terikat dengan diadakannya suatu perjanjian, yang dapat dibedakan atas 3 golongan yakni : 1 para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri 2 para ahli waris mereka dan mereka yang mendapat hak dari padanya 3 pihak ketiga……..”. 29 Pihak-pihak dalam perjanjian diatur secara sporadis di KUHPerdata yaitu di dalam Pasal 1315, 1340, 1317, dan 1318.

C. Syarat Sah dan Asas-Asas Perjanjian 1. Syarat Sah Perjanjian