Tanggung jawab pembeli dalam konsep perbuatan melawan hukum dan wanprestasi

Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 151 dan konsumen saja, melainkan juga pihak ketiga seperti penyedia jasa keuangan, jasa pengiriman ataupun provider. Meskipun terdapat perjanjian pendukung lain demi kelancaran proses transaksi namun yang lebih disorot di sini adalah kedudukan masing-masing pihak, mencakup tanggung jawab para pihak yang timbul akibat hak dan kewajibannya yang tercipta dari hubungan hukum dalam dunia cyber tersebut. Untuk menjawab siapa-siapa saja yang dapat diminta pertanggung jawaban dan bagaimana pertanggungjawabanya apabila terjadi wanprestasi dalam jual beli software secara elektronik, maka perlu diuraikan satu persatu dalam uraian di bawah ini.

1. Tanggung Jawab Pihak Pembeli atau Konsumen.

Walaupun pada dasarnya dalam sebuah proses jual beli melalui internet, tidak terkecuali proses jual beli sofware secara elektronik kedudukan seorang pembeli atau konsumen adalah lemah, namun bukan berarti hal tersebut dapat melepaskan pembeli dari tanggung jawab akibat perbuatan-perbuatan yang dilakukannya pada saat atau setelah perjanjian berlangsung baik berupa tindakan wanprestasi ataupun perbuatan melawan hukum.

a. Tanggung jawab pembeli dalam konsep perbuatan melawan hukum dan wanprestasi

Apabila kita tinjau kembali apa yang menjadi mekanisme dalam sebuah proses jual secara elektronik kemudian kita kaitkan dengan aturan dalam KUHPerdata maka secara sekilas dapat kita lihat bahwa mustahil seorang pembeli dapat melakukan wanprestasi mengingat perjanjian jual beli melalui internet baru Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 152 akan terjadi apabila pembeli telah melakukan tahap pembayaran dan merchant telah menyatakan penerimaannya terhadap pembayaran tersebut, atau dengan kata lain selama pembeli belum atau tidak melakukan pembayaran secara penuh maka jual beli secara elektronik belumlah terjadi. Dalam ketentuan KUHPerdata dan dalam praktek jual beli secara konvensional seorang pembeli dimungkinkan untuk mengajukan pembatalan pembayaran namun dalam jual beli secara elektronik yang berhubungan dengan pembayaran dengan menggunakan charge card atau credit card yang pada dasarnya tidak menjadi monopoli pedagang ialah yang menyangkut pertanyaan apakah pemegang kartu card holder dengan berbagai alasan mempunyai hak untuk membatalkan pembayaran yang telah dilakukan dengan meminta supaya perusahaan penerbit kartu card issuer tidak melaksanakan pembayaran atas tagihan yang dilakukan oleh pedagang yang menerima pembayaran dengan kartu itu, dalam Undang-undang dan yurisprudensi Indonesia kondisi ini belum diatur. Namun seperti telah disebutkan sebelumnya di Inggris, masalah ini sudah terjadi dengan adanya case law sehubungan dengan putusan perkara American Express Limited V McCluskey yang diputus oleh High Court pada 7 Mei 1986. berdasarkan putusan ini ditetapkan ketentuan yang menentukan bahwa pemegang kartu tidak mempunyai hak untuk membatalkan pembayaran. 141 Akan tetapi bila kita melihat praktek yang ada dalam jual beli secara elektronik tentunya tidak hanya terbatas pada jual beli software secara elektronik maka pada dasarnya pembatalan pemesanan bukan merupakan hal yang haram, 141 Hardijan Rusli. Loc.cit Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 153 dianggap melanggar hukum atau merupakan tindakan wanprestasi, dengan catatan merchant yang bersangkutan menyediakan fasilitas cancel and order maka tindakan tersebut adalah legal. Kalau kita melihat konsepsi dari perbuatan melawan hukum dan wanprestasi maka kalaupun terjadi pembatalan perjanjian maka hal tersebut bukanlah merupakan suatu perbuatan wanprestasi akan tetapi merupakan suatu perbuatan melawan hukum karena sebelumnya belum ada perjanjian baik yang berbentuk lisan ataupun tulisan antara penjual dan pembeli mengenai ketentuan dari pembayaran. Walaupun mustahil seorang pembeli melakukan wanprestasi dalam tahap- tahap awal transaksi, namun perjanjian jual beli software secara elektronik yang menurut KUHPerdata merupakan perjanjian tidak bernama, dengan mekanisme “ 3 klik” tetap dapat membebankan tanggung jawab kepada pembeli akibat wanprestasi atau perbuatan melawan hukum yang dilakukannya. Dengan dasar sistem “3 klik” tersebut yang termasuk juga di dalamnya mekanisme clickwrap dan shrinkwrap, maka dalam sebuah proses jual beli sofware secara elektronik seorang pembeli baru dapat diminta pertanggungjawabannya atas wanprestasi yang telah diperbuatnya apabila ia telah membuka kemasan paket software atau menjalankan dan mendownload program yang telah dibelinya, karena dalam tahap tersebut telah ditentukan secara jelas dalam satu atau beberapa klausul tentang hal yang boleh, tidak boleh, dilarang, atau diwajibkan terhadap suatu program komputer yang akan dan telah digunakan oleh pembeli. Ketentuan inilah yang disebut dengan ketentuan lisensi yang Fave Chayo Saputra : Tinjauan Hukum Perjanjian Terhadap Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Software Secara Elektronik, 2007. USU Repository © 2009 154 membedakan dengan perjanjian-perjanjian standart lainnya misalnya terms of use dalam suatu proses jual beli software secara elektronik yang umumnya tidak menyebutkan secara jelas tentang kewajiban-kewajiban dari pembeli dan hanya memuat tentang kewajiban-kewajiban dari pihak merchant yang cendrung terbatas. Dengan telah adanya perjanjian lisensi yang telah disepakati oleh pembeli tersebut walaupun sifatnya adalah perjanjian standar maka telah ada hubungan hukum dari para pihak karena suatu perjanjian yang sah secara yuridis adalah merupakan perikatan dan hal ini berarti kewajiban-kewajiban yang timbul dari perjanjian itu bila tidak dipenuhi dapat dipaksakan pelaksanaannya. Bila terdapat pihak yang berkewajiban debitur yang tidak memenuhi kewajiban wanprestasi atau breanch of contract, maka pihak yang berhak kreditur dapat menuntut melalui pengadilan agar debitur memenuhi kewajibannya atau mengganti biaya, biaya rugi dan bunga Pasal 1236 dan 1242 KUHPerdata. Atau secara sederhana dapat dikatakan suatu perjanjian lisensi dalam jual beli software secara elektronik akan melahirkan kewajiban dari pihak debitur untuk memenuhi prestasi dan hak dari kreditur untuk menuntut pemenuhan prestasi juga termasuk kewajiban dari debitur untuk bertanggung jawab memenuhi tuntutan dari kreditur misalnya tuntutan ganti rugi atas wanprestasi yang telah dilakukan debitur.

b. Tanggung jawab pembeli dalam UU Hak Cipta dan UU Perlindungan Konsumen